04

11.8K 857 7
                                    

Ini sudah satu bulan sejak Jeno dan sang mantan kekasih bertemu, dalam satu bulan itu pula Jeno tidak pernah mau jika terapi. Entah apa penyebabnya tapi Jaemin yakin jika ini berhubungan dengan perkataan mantan kekasihnya kemarin.

Seperti saat ini, Jaemin sudah berusaha membujuk Jeno namun pria itu hanya diam dan fokus pada berkas. Jaemin menghela nafas pelan sebelum berdiri di samping Jeno dan berjongkok memegang paha pria itu.

Jeno terkejut, menoleh kearah Jaemin dengan tatapan bingung.

"Jeno." Panggil Jaemin, Jeno menaikkan sebelah alisnya.

"Nana tau Jeno sakit hati, Nana juga tau Jeno mau berusaha sembuh untuk kekasih Jeno. Tapi untuk sekarang Jeno harus sembuh bukan untuk kekasih Jeno tapi untuk Jeno sendiri, keluarga Jeno juga Nana." Jaemin memegang kedua tangan Jeno.

"Nana akan selalu temani Jeno, ada disamping Jeno selama Jeno terapi. Jeno mau sembuh kan? Mau tunjukkan pada orang-orang jika Jeno sudah baik-baik saja, kembali hidup seperti dulu. Jangan terlalu larut dalam kesedihan, sekarang Jeno harus sembuh. Bisa atau tidak, gagal atau berhasil jika Jeno niat untuk sembuh Jeno akan sembuh. Meski tidak dengan waktu cepat, selagi Jeno sudah berusaha Jeno pasti bisa, ya? mau ya hari ini terapi, Nana akan ada di samping Jeno." Lanjut Jaemin yang kini menggenggam tangan Jeno dan mengelusnya pelan.

Jeno diam, menatap kearah lain dan memejamkan matanya sebelum mengangguk.

"Saya mau, kapan dokter akan datang?" Tanya Jeno, Jaemin tersenyum cerah mendengarnya.

"Lima belas menit lagi." Jeno mengangguk

"Saya selesaikan ini dulu, panggil saja jika dokter nya sudah tiba." Jaemin mengangguk semangat.

"Baik Jeno."

Jaemin beranjak, mengusap surai Jeno pelan.

"Nana keluar dulu, nanti Nana kemari lagi. Terima kasih, Jeno." Jeno mengangguk pelan.

Entah mengapa jantung nya berdegup begitu cepat saat Jaemin mengusap surai nya.

"Aneh." Gumam Jeno kemudian menggeleng pelan.

...

Untuk terapi ini Jaemin benar-benar ada di samping nya, ia tersenyum saat Jeno menoleh kearahnya. Mengatakan semangat hanya dengan gerakan mulut serta tangan, Jeno melihatnya tersenyum tipis.

Begitu dengan dua bulan setelahnya meski Jeno pernah mengamuk karena lelah terapi dan tak ada hasil, namun lagi-lagi Jaemin menenangkan nya, mengatakan tak apa pelan-pelan saja.

seperti ini contohnya, pria tampan itu mengamuk dengan melempar semua barang-barang yang ada di meja kerjanya. Mengatakan jika semua ini sia-sia, tak ada hasil.

"Jeno sudah, ini masih masa penyembuhan. Tak ada yang sia-sia, Jeno. Jeno mau berusaha saja sudah bagus." Ucap Jaemin lembut, memeluk tubuh Jeno yang jatuh di lantai.

Jeno menangis dalam diam di pelukan Jaemin, punggung nya bergetar pelan. Pria itu merasa semua yang ia lakukan untuk sembuh adalah sia-sia, tak ada perubahan meski sudah beberapa bulan berlalu.

"Tak apa Jeno, pelan-pelan saja pasti bisa." Jaemin mengusap surai serta punggung Jeno bergantian, mengatakan hal menenangkan untuk Jeno.

Jeno mulai tenang setelahnya, Jaemin melepaskan pelukannya. Membantu Jeno untuk kembali duduk di kursi roda dan segera berisitirahat.

Mendorong kursi roda itu menuju kamar mereka, setelah sampai Jaemin membantu Jeno untuk naik ke ranjang.

"Jeno istirahat dulu saja." Ucap Jaemin, mengusap surai Jeno lembut lalu beranjak keluar kamar meninggalkan Jeno yang masih menatap punggung hingga pintu kamar yang tertutup.

365 days | nomin [✓]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon