Bab 7

13.1K 365 0
                                    

"Gue bukan punya lo" Kesal cya cyara memberontak

"Aku tidak butuh persetujuan mu cyara" Tekan Sadewa

Cyara bangkit berdiri dan keluar dari ruangan Dia berjalan terus saja saat pergi dari rumah sakit jiwa itu.

Segala umpatan keluar dari bibir seksi nya saat ini tujuan cyara adalah pergi ke kantor daddynya

Sampainya di sana cyara langsung pergi ke ruangan daddynya tanpa mempedulikan sapaan-sapaan dari karyawan yang bekerja di kantor daddy nya sampai  di depan ruangan yang ia kenali ia disapa oleh sekretaris daddynya.

Sekretaris yang dikenal dikenal cyara dengan nama Vera itu menunduk hormat saat dia sampai di depan ruangan itu

" Apa Anda ingin bertemu dengan Tuan besar nona?" Tanya sekretaris yang dengan sopan

"Gue mau ketemu Daddy" ucap cyara mengatakan tujuannya datang kemari" apa Daddy ada di dalam?" Vera mengangguk mengiyakan dan mempersilahkan Kiara masuk

Di sana dia melihat daddynya sedang duduk sambil memeriksa berkas-berkas yang ada di atas meja cyara masuk dan langsung duduk di sofa

"Ada apa sayang? Tidak biasanya kamu datang kantor" heran Danuarta melihat putrinya yang datang hari ini apalagi dengan wajah kesal

"Pokoknya cyara nggak mau lagi di sana dad" ucapnya dengan kesal menatap sang daddy dengan sengit

Danuarta menatap putrinya heran"  Mengapa kamu berkata begitu sayang?" Tiara duduk menghadap daddy-nya

"pasien yang kira urus itu gila dad" ucapan  cyara sukses membuat ayahnya terkekeh

" Ya namanya juga Rumah Sakit Jiwa sayang udah pasti pasiennya yang gila" jelas ayahnya memberi pengertian pada putrinya

" Tapi ini beda dad pasien yang cyara urus itu buat cyara juga ikut gila " kesal cyara menatap ayahnya" pokoknya Kiara nggak mau di sana lagi disana terserah Daddy  mau ngomong apa" suara menyerah cyara membuat danuarta merasa bersalah

" Memangnya Bagaimana sih bentukan pasien yang putri daddy urus itu?" Kekeh danuarta

" Daddy  pasti kaget kalau lihat orangnya bayangin aja dia ngaku-ngaku nggak gila padahal dia ada di rumah sakit jiwa kan aneh" cyara berbicara dengan suara yang Dilema

"Baiklah baiklah kamu boleh tidak usah di sana lagi tapi berjanji pada Daddy tidak mengulangi kesalahanmu kemarin" Ucapnya mencoba bernegoisasi dengan Putrinya

" Serius dad?, Cyara janji gak akan mengulangi kesalahan cya kemarin" ucapnya meyakinkan daddy  nya

Danuarta tersenyum putrinya yang kembali ceria

" Ya sudah Apakah cyara tidak kembali?" Danuarta bertanya melihat putrinya yang sudah asik dengan ponselnya

Cyara pergi dari kantor daddynya  ini sudah cukup sore jadi cyara memutuskan untuk pulang saja

Cyara berjalan menuju kamarnya sampai di kamar Dia berjalan kemar mandi membersihkan dirinya sesuai dengan rutinitas nya

Cyara  berbaring di atas tempat tidur nya membayangkan wajah Sadewa  yang sangat dekat di wajahnya, dia menggelengkan kepalanya sialan bagaimana wajah itu terus terbayang-bayang di pikirannya

Cyara hendak turun ke bawah untuk makan malam pelayan sana menunduk hormat setelah sampai di dapur cyara bertanya

"Masak apa bi malam ini?" Cyara melihat hidangan yang di atas meja

" bibi masak masakan kesukaan nona  malam ini" cyara tersenyum melihat pelayan itu

Wanita itu adalah ketua pelayan di rumah ini dia sudah bekerja selama 30 tahun di rumah ini pelayanan itu jugalah yang telah menyaksikan pertumbuhan Cyara

Pelayanan tersebut yang merawat  atau membantu ibunya sebelum Ibunya meninggal dunia selain itu Santi lah  yang meneruskan peran mommy cyara  Jadi tidak salah jika Cyara sangat   menyayangi pelayan tersebut

Cyara duduk di kursi itu lalu mengambil makanan yang disajikan oleh pelayan tersebut Saat memasukan makanan ke mulutnya Cya  tersenyum teringat pada mommynya sudah 10  tahun Ibunya meninggalkannya cyara selalu menutupi rasa sedihnya dengan menghabis kan uang yang  diberikan daddy nya  agar dia tidak merasakan kesepian

namun Cyara tetap saja manusia biasa  bisa merasakan rasa sedih seperti orang normal pada manusia biasanya.

Menggeleng kan  kepalanya setelah itu dia bergegas pergi ke kamarnya

Dia menatap bingkai di meja riasnya dia mengambilnya terseyum
"Cya kangen mom.. "
Tak terasa air matanya menetes tanpa diminta cya berjalan ketempat tidur dengan memeluk bingkai foto keluarganya yang begitu idah, dulu...

Cya tertidur karena kelelahan menangis seseorang yang mengawasinya sedari tadi masuk dan berjongkok di depan gadis itu

"Mengapa kau terus bersedih hm? Bukankah setiap orang akan kehilangan? " Bisiknya lembut sembari mengelus rambut gadis itu

Ponselnya bergetar membuat geraman pria itu terdengar dia mengecup bibir cya dan pergi dari sana.



                                       .....

"Bagaimana tuan? " Tanya pria berkacamata itu pada pria yang memunggunginya

"Atur pertemuan ku dengannya" Suara dingin itu terdengar setelah beberapa menit terdiam

"Baik tuan"

"Pergilah" Usir pria itu pada pria tadi

Pria tersebut keluar dari sana dengan hormat

" Cih, mendekati milikku heh.. " Kekehnya menyeramkan

Pria itu keluar dari ruangan tersebut menuju ruang bawah tanah gedung ini bau anyir langsung menyambut penciumanya ia memejamkan matanya menikmati

Dia berjalan kearah laki laki berperut buncit dengan banyak luka ditubuhnya

"SIALAN!! LEPASKAN AKU BAJINGAN" Teriakan pria itu memekakan telinga

"Penghianat.... harusnya mati" Desis pria itu tajam

"Aku sedang tidak ingin bermain main jadi bagaimana jika kau langsung bertemu ajalmu" Kekehnya

"Kau bukan Tuhan" Marah pria itu sudah tidak berdaya

"Tapi aku bisa.... DORR! "

"bereskan"

Pria itu pergi dari sana setelah melemparkan senjata ditangan nya tadi.

Cyara SweetWhere stories live. Discover now