Chap. 3 - Accept It?

124 27 7
                                    


       

==//==

          


"Rigel, angkat tanganmu sejajar dengan dagu. Fokus pada pembidik handgun, bukan target!" Kata tegas Leo sembari menaikkan sikut laki-laki itu dengan cepat setelah melihat papan sasaran tembak Rigel berlubang ditempat yang kurang sesuai. Leo yang berdiri di belakangnya membuat Rigel masih bisa mendengar apa yang dikatakan, walaupun mereka semua memakai earmuff.

Gerakan pada tangannya dari sang Kapten baru membuat wajah Rigel merengut dan mengumpat dalam hati. Ia tahu, tembakannya tak tepat dengan sasaran yang diinginkan Leo, tapi mengenai leher yang tentunya jika papan target itu manusia asli, akan memutuskan arteri karotis lawan yang membuatnya mati akibat perdarahan hebat.


Sambil tersenyum miring, Rigel malah memindahkan handgunnya ke tangan kiri, memegang senjata itu hanya memakai satu tangan dan merendahkan sikutnya secara terang-terangan. Ia menoleh pada Leo dengan tatapan menantang. Lalu memiringkan handgun sebelum menarik pelatuk hingga peluru dari senjata itu meluncur menembus dada kiri gambar papan target yang berbentuk siluet manusia di depan. Tepat dimana jantung manusia berada.

Lagi-lagi bukan bagian kepala seperti yang diinginkan Leo.


Senang dengan hasilnya, Rigel meniup mulut handgun, menyombongkan diri. Lalu berbalik, sepenuhnya menghadap pada sang Kapten baru dengan sebelah earmuff yang ditarik ke belakang telinga. "Aku tetap mendapat 100 poin kan, Capt." Ucap laki-laki itu tanpa menurunkan senyum miringnya, saat melihat angka 100 muncul pada papan poin di atas papan target yang ia tembak.


Leo menatap lurus Rigel dengan serius. "Semudah itu kau mengabaikan perintahku? Jika dalam misi nyata kau tetap bertingkah seperti ini, mau bertanggung jawab saat ada kesalahan yang terjadi?" Ucap tajam Leo ditengah gemuruh tembakan yang terdengar bersahutan dari tiga bilik anggota lain.

Rigel tertegun, wajah bahagianya runtuh dan berganti penuh kebencian pada Leo.


"Shoot! Cassie dan rifle memang tak perlu diragukan." Sahut Percy yang berada di bilik sebelah Rigel, mengalihkan ketegangan yang ada. Membuat teman dan sang Kapten juga memandang gadis yang namanya disebutkan.


Papan poin Cassie sudah mencapai 2300 poin dalam waktu kurang dari 2 menit jarak dekat. Semua dahi di kepala gambar siluet manusia pada papan target pun berlubang. Gadis itu benar-benar melakukan headshoots.

Selena yang ternyata sudah menghentikan latihan tembaknya, ikut menatap poin-poin Cassie yang terus bertambah. Mereka seperti menonton Cassiopeia sedang bersenang-senang dengan mainan yang begitu ia suka. Dari menembaki setiap papan target yang diam hingga berubah menjadi bergerak.

Gadis bertubuh tinggi dan sintal itupun mengakhiri pesta hujan pelurunya saat mencapai poin ke 3000. "Haaahh~" ia menghembuskan napas puas. Earmuff nya ia kalungkan di leher dan menaikkan kacamata pelindung di atas kepala. "How?" tanya Cassie pada keempat orang yang menatap ke arahnya.


"Impressive like ever!" Jawab Percy sambil berdecak. "Our 'Firearm Princess' is back." ucapnya, yang membuat Cassie melebarkan senyum.


Terdengar kekehan Rigel. "Tapi itu curang. Kau selalu menjadi satu-satunya yang memakai rifle saat latihan dan kita hanya handgun." Responnya, menatap senjata yang dipegang Cassie lebih besar dibanding yang lain. Tapi pada badan rifle itu tertempel stiker bunga lily of the valley, sebagai tanda kepemilikan. 

BACKFIREDär berättelser lever. Upptäck nu