Chap. 7 - The Fear

118 23 4
                                    



***



Entah kenapa ruang perawatan pasien intensif sebuah rumah sakit memiliki atmosfer berbeda dengan ruang perawatan lain. Rasa dingin di ruangan itu juga lebih menusuk. Bahkan keheningan yang tercipta membuat siapapun terlalu takut bersuara, sampai-sampai yang terdengar hanyalah bunyi monitor pemantau alat vital juga helaan napas pasien dengan ventilator. Lokasi ruangan yang terpisah dan berjarak sedikit lebih jauh dari keramaian mungkin bermaksud untuk menjaga kondisi pasien tetap stabil dan tenang.


Begitupun dengan ruang perawatan intensif di dalam gedung Celestial.

Tentu saja Celestial memiliki ruang perawatan pasien sendiri di dalamnya. Tidak mungkin Organisasi ilegal sebesar itu terlalu bodoh untuk membawa anggota mereka ke rumah sakit sipil. Apalagi jika kondisi mereka akibat perseteruan dengan para penegak hukum.

Dan ditempat itulah kini Kapten Tim Cyrus terbaring tak sadarkan diri dengan alat-alat medis yang terpasang di tubuh. Syukurlah, masa kritis gadis itu sudah lewat. Peluru yang bersarang juga telah dikeluarkan. Untung saja peluru tersebut sedikit meleset dari organ vital, sehingga tak memperparah pendarahan yang terjadi. Walau tubuh sang pasien terpasang berbagai alat pemantau kondisi tubuh, tapi keadaan umumnya sudah stabil. Kini hanya tinggal menunggu Aurora mau membuka matanya sendiri.


"Any progress?" Bisik Aries saat memasuki ruang perawatan intensif Aurora.


Maia yang sudah setengah jam mengawasi dada si pasien untuk terus naik dan turun, menggeleng perlahan. "Hanya bersyukur dia sudah melewati masa kritis." Jawab Maia. Ekspresi sendunya menatap wajah pucat dan tubuh lemah sang Kapten tim. Aurora adalah salah satu Kapten Tim terkuat di Celestial. Selalu melindungi semua anggota tim dan juga dirinya. Maia sampai tak mengerti, kenapa hal buruk ini bisa menimpa Aurora. Ia tau kapten timnya tak sebodoh itu untuk bisa terluka. Apalagi sampai hampir mati seperti ini. Apa yang sebenarnya terjadi di rumah besar itu?


"Hei.." Panggil Aries membuyarkan lamunan gadis yang berdiri di samping tempat tidur pasien. "Makanlah dulu. Aku membawakanmu sarapan. Arcturus dan Castor menunggu di luar. "

Maia akhirnya menoleh, berjalan menghampiri Aries yang terduduk di sofa. "Thank you.." Ucapnya saat mendudukan diri di samping laki-laki itu. Lalu membuka paper bag yang dibawakan.


Maia mengunyah makanan yang dibawa Aries dalam diam. Teman di sisinya pun tak berkata apa-apa, seolah keduanya nyaman dengan kesunyian itu. Tapi jika diperhatikan, tatapan Aries seperti tak fokus. Bagai larut dalam pikirannya sendiri.

"Hei.." Kini giliran Maia yang membuyarkan lamunan si laki-laki. Ia menabrakan pelan bahunya pada bahu sang teman. "Apa yang kau pikirkan?" Tanya gadis itu.


"Apa Aurora mengatakan sesuatu kenapa dia pergi ke rumah angsa putih?" Tanya Aries langsung.

Maia menggeleng. "Dia bilang, dia harus memastikan sesuatu. Tapi sampai saat inipun aku tak tahu arti dari sesuatu itu. Karena saat Aurora keluar dari rumah tersebut, dia sudah berlumuran darah dan terlalu lemah untuk bicara. Untung saja dia masih bisa keluar dan kembali ke mobil bersamaku. Sampai akhirnya sebuah mobil mengejar kami." Jawabnya.


"Mengejar? Siapa?"


Maia menaikan bahu. "Entahlah. Karena panik, tadi aku belum menjelaskan detailnya pada Sirius. Tapi aku memang tak tahu siapa yang mengejar kami itu. Mobilnya keluar dari rumah angsa putih dan terus melesat menyudutkan mobilku. Hingga mobilnya terbalik karena tabrakan yang terjadi. Saat itu Leo dan Selena ada di sana. Mereka langsung membawa kami kembali ke Celestial. Dan akupun sudah tak memikirkan orang tersebut. Entah kini dia masih hidup atau mati dalam kecelakaan. Aku juga tidak tahu dia perempuan, laki-laki atau mungkin angsa putih itu sendiri." Jelasnya.

BACKFIREUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum