Hari ke: 31

1.8K 372 103
                                    

Hari ketiga puluh satu

Minggu. Hari ini hari Minggu. Aku selalu beruntung di hari Minggu, entah kenapa.

Aku tidak ingat jam berapa aku tertidur, yang jelas itu membuatku terlambat bangun hari ini. Bukan lagi kesiangan, tapi terlalu sore! Belum pernah aku tertidur begitu lama. Kepalaku cukup pusing dan hal itu memaksaku untuk mandi air hangat mengingat ini adalah hari pertama badai salju menurut Ashton yang memang lahir dan tumbuh besar di kota ini.

Kuakui, hari ini suhu menjadi lebih rendah. Temperatur di ruang tamuku menunjukkan angka -4 derajat. Salju bukanlah penghalang bagiku untuk tetap menunggunya, maka dari itu aku segera mengganti baju tebal dan pergi kecafe.

Dalam perjalanan, rasanya aku melihat seorang perempuan yang tengah memeluk tubuhnya sendiri di emperan toko yang tutup. Salju-salju berterbangan dengan sangat cepat tapi aku yakin bahwa ada seseorang di sana.

Jalanan sangat sepi. Tanpa mempertimbangkan apa-apa, aku segera berbalik dan melawan arah untuk menghampiri orang itu.

"HEY!" teriakku begitu keluar dari mobil. Benar saja, ada seseorang yang tengah kedinginan di sana. "Kamu butuh bantuan?"

Aku tidak yakin apa jawabannya, tapi tetap saja kututupi tubuhnya dengan jaket yang sudah kuambil dari jok belakang mobilku dan menggiringnya masuk.

"Kamu tidak apa-apa?" tanyaku sedikit panik ketika melihat ia menggigil kedinginan. Giginya bergemelatuk dan bibirnya nyaris membeku.

Seperti hipotesaku, ia tidak menjawab.

"Rumahmu di mana?"

Ia berusaha menjelaskan, namun sepertinya sia-sia. Tidak ada sepatah katapun yang keluar, bahkan bernafas saja rasanya sulit. Dengan berat hati, aku membelokkan mobilku untuk kembali kerumah.

"Bagaimana?"

Dengan malu-malu ia tersenyum. "Sudah lebih baik. Terimakasih atas bantuanmu. Entah apa jadinya jika kamu tidak datang."

Aku berjalan meninggalkan dapur dengan dua cangkir teh panas tanpa gula di tanganku dan bergabung dengannya yang (masih) berdiri di dekat sofa.

"Duduk saja. Anggap kalau ini rumahmu juga." Kataku hingga akhirnya ia mengangguk dan duduk di hadapanku. "Secangkir teh panas pasti membuat hatimu lebih baik."

Ia kembali menangguk dan menyeruput tehnya. Beberapa detik kemudian, ia menjauhkan bibirnya dari cangkir.

"K-kenapa? Terlalu panas?"

Aku baru ingat.

Gulanya!

"Maaf, maaf. Aku lupa menaruh gula di sana. Kamu suka manis, kan?"

Ia menggeleng cepat-cepat. "Bukan begitu! Aku hanya terkejut begitu tahu kalau kamu tidak menaruh gula di sini. Aku tidak suka manis."

"Bukankah semua perempuan suka manis?"

Ia tergelak. "Tidak semua. Aku tidak."

Tapi Alana suka manis.

Aku suka Alana yang manis dengan noda cokelat panas di bibirnya.

"Siapa namamu?" tanyaku sekaligus mengakhiri monologku tentang gadis pecinta manis itu.

"Libra."

"Wow, keren." Pujiku. "Aku Luke."

Libra tersenyum. "Terimakasih, Luke."

***

kayaknya part Hari ke: 28 (part sebelumnya) gak masuk notif ya?

hm ku jadi sedih.

guys dediket buat kechoodCatchfirez dan ceploukin karena udah mau nyampis di sini hahahahahaasumatiajalusemua.

laf yu guys

ivonne.

AlanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang