2. Rencana

196 13 6
                                    


"Keyra, mengapa kompornya tidak dimatikan?"

Oh, sial. Aku lupa mematikan kompor karena keasikan memandang langit. Aku langsung berlari kearah dapur yang kebetulan dekat dari tempatku duduk tadi.

Sampai sana aku melihat ibu yang memandangku dengan tanda tanya. Sedangkan aku hanya membalasnya dengan senyuman tak bersalah.

"Lain kali, kalau mau lihat bulan, jangan lupakan kerjaan lain. Oke, Keyra?"

"Iya, ibu"

Ibu memang baik. Sangat baik dan lembut. Itu yang membuatku nyaman berada didekatnya dan berbagi cerita dengannya. Ia bagaikan malaikat yang Tuhan kirimkan untuk menjagaku setelah aku ditinggal orang tuaku.

"Keyra?"

"Iya, bu?" Aku melihat tatapan sendu ibu. Ada apa ini?

"Ehm... Sebenarnya, sejak beberapa minggu lalu, panti asuhan ini sudah laku terjual. Dan mulai bulan depan, pemiliknya akan tinggal disini. Dan kita harus pindah ke kota untuk tinggal disana"

Aku? Pindah ke kota? Oh Tuhan, ini yang kuinginkan. Tetapi, itu tandanya, aku tidak bisa melihat bulan di tepi pantai lagi? Mengapa tiba-tiba seperti ini?

"Mengapa tiba-tiba, bu? Keyra belum siap meninggalkan tempat ini. Ya, walaupun sebenarnya Keyra sangat ingin pindah ke kota. Omong-omong, untuk apa ibu membeli bangunan untuk dijadikan panti asuhan disana?"

"Maafkan ibu, Keyra. Ibu tidak berbicara padamu sebelumnya. Tetapi, tidak, ibu tidak akan menjadikannya panti asuhan. Nata dan Nasa akan diadopsi oleh pemilik tempat ini. Dan di Bandung, ibu hanya akan tinggal denganmu. Hanya berdua"

Aku terkejut. Sungguh. Yang pertama, kedua anak kecil yang menggemaskan itu diadopsi dan itu tandanya aku tidak memiliki adik lagi. Kalau kau tanya mengapa aku tidak diadopsi, entahlah, aku memang tidak diinginkan.

Dan yang kedua, apa katanya? Kota apa? Bandung? Kota dimana Lura, Tasya, Ivan dan Dimas tinggal. Oh, yang benar saja. Aku berharap aku akan kuliah di tempat yang sama dengan mereka nantinya.

"Kapan kita pindah, bu? Ibu serius, kan? Kota Bandung? Kota yang ingin Keyra kunjungi itu kan, bu? Dan kita akan tinggal disana? Sungguh?"

Aku merasa seperti anak kecil yang dijanjikan untuk diberi permen oleh ayahnya. Membuat ibu terkekeh dihadapanku.

"Iya, iya, dan iya. Kota yang sangat ingin kamu kunjungi itu akan menjadi kota tempat tinggal kita. Kamu akan bertemu dengan sahabat-sahabatmu dan kekasihmu itu. Kita akan pindah dua minggu lagi. Jadi, persiapkan dirimu, cantik"

Ibu tersenyum. Sementara aku loncat-loncat kegirangan. Ini tidak mimpi. Aku akan bertemu mereka!

***

"Apa aku tidak bermimpi? Kau serius?"

Aku sudah menceritakan semuanya pada Lura lewat telefon. Dan ia pun tak percaya bahwa aku akan pindah ke Bandung. Sama sepertiku pada awalnya.

"Aku bersumpah karena tadi ibu menceritakannya padaku. Apa kau senang?" Aku hanya takut bila Lura tidak senang dengan kepindahanku.

"Ah, ya, tentu aku senang. Bahkan sangat senang, Keyra. Kau tau, aku sudah mempunyai rencana kalau kau sudah sampai Bandung. Percaya tidak?"

Aku tertawa, "sungguh? Apa saja rencananya?"

"Aku akan mengajakmu nonton bioskop, shopping, dan keliling Bandung untuk kuliner. Oh ya, satu lagi, aku akan mengajakmu ke taman-taman yang ada disini. Kau tau, disini banyak taman yang bagus untuk foto-foto" dia tertawa sendiri atas ucapannya, begitupun aku.

KEYRA (On Hold)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن