5. Taman Vanda

80 9 0
                                    

Halo!! Maaf udah lama ga muncul-muncul hehe. Maafin aku yang pemalas ini yaa

Happy reading!

Author POV

"Cantik sekali, Keyra. Mau kencan ya?" Keyra menunduk sambil tersenyum malu. "Tidak, ibu. Aku bersama teman-temanku yang lainnya juga."

Ibu tersenyum. Mengelus kepala Keyra dengan sayang. "Keyra, kalau ada yang berani menyakitimu, katakan pada ibu."

Keyra memeluk Bu Karina, meneteskan air matanya. Andaikan ibunya masih ada disampingnya, akankah sehangat ini?

"Keyra janji, bu. Keyra akan bercerita pada ibu."

Keduanya tersenyum. Berpelukan dalam kehangatan.

"Maaf saya mengganggu. Saya pikir ada sesuatu didalam. Maaf, bu, saya lancang."

"Oh, tidak apa-apa. Mau kemana hari ini?"

Ivan tersenyum pada Keyra. "Kekasihku ini ingin kenal bandung, bu. Saya ingin mengajaknya ke salah satu taman di Bandung."

"Oh, baiklah, hati-hati ya"

***

Dulu, di sudut Jalan Merdeka depan Mapolrestabes Kota Bandung ada sebuah bioskop. Namanya bioskop Vanda. Bioskop ini seperti bioskop-bioskop lainnya, mulai berhenti pada 1990-an.

Dalam sebuah laman, disebutkan Bioskop Vanda dulunya bernama bioskop Rex. Kemudian berubah nama menjadi Panti Budaya pada 1950-an. Baru pada 1970-an namanya menjadi Bioskop Vanda.

Setelah Bioskop Vanda tidak beroperasi lagi, lahan di dekat Kantor Bank Indonesia Jalan Perintis kemerdekaan itu menjadi taman.

Taman ini kemudian direvitalisasi Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil. Taman ini pun kini bernama Taman Vanda. (Diambil dari web)

"Bagus ya. Kita duduk disana, yuk!" Ajak Keyra.

"Keyra, hati-hati!"

"Iya, Ivan."

Keduanya lalu menduduki tangga yang berada di taman tersebut. Bercanda tawa ditambah rasa cinta.

"Keyra, kau tahu tidak? Ada banyak perempuan di Bandung."

Keyra tersenyum. "Iya, aku tau."

"Kau tau mengapa aku memilih orang yang jauh dari kota ini?" Tanya kekasihnya.

"Karena aku cantik. Hahaha"

Ivan tertawa bersama Keyra. Mengelus pelan puncak kepala kekasihnya itu.

"Mengapa kau memilihku?" Tanya Keyra setelah tawanya berhenti.

"Karena kamu cantik, kan?" Ivan tersenyum. "Karena Tuhan mempertemukan kita, Keyra."

Keyra mengangguk. "Memangnya kalau Tuhan tidak mempertemukan, kita tidak akan bertemu?"

"Tetap bertemu." Keyra mengerutkan alisnya. "Mengapa bisa begitu?" Tanyanya.

"Karena aku akan mengusahakannya." Keyra tersenyum, menepuk tangan kekasihnya karena malu.

"Kalau begitu, aku akan berterimakasih pada Tuhan dan kamu." Keyra tersenyum. "Sama-sama." Jawab Ivan.

Keyra, senyummu bagus
Aku mencintai senyummu
Keyra, rambutmu indah
Aku mencintai rambutmu

Keyra, kamu baik
Aku mencintai hatimu
Keyra, kamu cantik
Aku mencintaimu

-Puisi Ivan-

***

"Kalau tau begini, kita tidak usah datang kesini."

Keyra dan Ivan menoleh kearah perempuan yang menggoda keduanya. Mereka pun tersenyum malu.

"Cinta memang buta, tidak dapat melihat segalanya. Cinta memang buta, tidak dapat merasakan kehadiran yang lainnya."

Keyra, Ivan, Tasya, dan Lura tertawa mendengar kata-kata yang Dimas lontarkan. Sedangkan Dimas tertunduk malu karena sekumpulam ibu-ibu disampingnya sedang menertawakan dirinya.

"Ayolah, berlebihan sekali, sih." Halau Ivan. "Padahal ia juga sedang jatuh cinta dengan perempuan cantik." Lanjutnya.

"Tuh kan, dia saja tau kalau aku ini cantik." Bisik Lura pada Dimas. Dimas tertawa. "Memangnya aku jatuh cinta padamu?"

"Sudahlah, aku iri. Kalian tidak lihat teman kalian ini masih sendiri?"

Mereka tertawa mendengar keluhan Tasya.

"Daripada mengasihanimu, bagaimana kalau kita foto-foto saja?" Usul Dimas. Yang lainnya mengangguk tanda setuju.

Mereka terus saja mengambil gambar bersama. Tidak tahu kapan akan merasa kenyang atas kegiatan mereka. Yang pasti, mereka ingin gambar-gambar ini menjadi kenangan baik.

"Aku istirahat dulu ya, sudah bosan dengan gayaku yang itu-itu saja. Dan lagi, aku juga bosan dengan wajahku yang terus saja terlihat cantik." Keluh Lura.

"Ayolah, aku masih ingin mengambil gambar disini." Jawab Tasya. "Kalau begitu kau ambil saja gambarmu hingga kau merasa puas." Timpal Lura.

"Bagaimana kalau kau dan Ivan saja? Biar aku, Lura dan Dimas duduk disana?" Tanya Keyra.

Tasya dan Ivan mengangguk setuju. "Calon fotografer ini akan menemanimu, Nona Tasya."

Lalu mereka berdua melanjutkan sesi foto itu. Sedangkan ketiga sahabatnya menunggu dengan bosan.

"Dimas lucu ya, Lura? Kurasa dia selalu menganggapmu ibunya. Lihat saja wajahnya yang keasyikan tidur dipundakmu itu."

Lura mengangguk setuju. "Dia selalu begini dan membuatku nyaman atas apa yang selalu dia lakukan padaku. Apapun itu, aku menyukainya."

Keyra tersenyum tanpa membalas perkataan Lura. Dimas selalu membuat Lura nyaman dengan perilaku manjanya. Sedangkan kekasihnya tidak manja sama sekali namun tetap membuatnya nyaman.

"Kau tidak panas hati melihat kekasihmu dan sahabatmu mesra begitu? Mereka terlihat seperti sepasang suami istri sekarang."

Keyra menggeleng. "Apa selama aku berada jauh dari kalian, mereka melakukan hal yang tidak wajar?"

Lura menggeleng.

"Apa selama aku berada jauh dari kalian, mereka sering kencan? Apa mereka bercerita padamu tentang perasaan mereka yang begitu mencintai satu sama lain?"

Lura menggeleng lagi. "Tidak, tidak sama sekali. Kau harus percaya padaku bahwa mereka tidak pernah berkencan."

"Kalau begitu aku tidak perlu khawatir tentang mereka kan, Lura?" Tanya Keyra.

"Cinta itu bukan dilihat, Keyra. Cinta itu dirasakan. Iya, mungkin kau sering mendengarnya. Kita tidak akan tau bagaimana perasaan seseorang yang saling berciuman. Entah saling mencintai atau tidak."

"Begitupun dengan orang yang tidak saling menyapa. Belum tentu mereka tidak saling mencintai. Atau setidaknya, salah satu dari mereka memiliki rasa terpendam. Mungkin?"

Keyra terdiam. Melihat objek yang sedang mereka bicarakan. Yang sedang tertawa berdua seperti sepasang kekasih.

"Kalau mereka benar-benar berkhianat, kau tau cerita selanjutnya kan, Lura?"

***

Haai! Makasih banyak yang udah sempetin waktunya buat baca KEYRA yaa!

Jangan lupa vote dan keluh kesah kalian tentang cerita ini dibawah👇

Thankyou!

KEYRA (On Hold)Where stories live. Discover now