3. Bandung

138 14 2
                                    

Keyra POV

Ini adalah hari terakhirku disini. Di desa ini dan di panti asuhan ini. Hari terakhirku bisa menikmati angin malam sambil melihat bulan, hari terakhirku bisa bercanda tawa dengan Nata dan Nasa, dan hari terakhirku bisa melihat kekacauan yang mereka perbuat.

Di Bandung, aku tidak mungkin bisa duduk dipasir sambil bercerita dengan bulan. Tetapi, mungkin, aku bisa bercerita dengan bulan di balkon kamarku. Tak apa, yang penting bersama bulan.

"Keyra, sudah packing?" Tanya ibu.

"Ibu, kau mengagetkanku. Keyra sudah packing, kok, bu"

Kami terdiam dalam pikiran kami masing-masing. Aku memperhatikan ibu yang sedang menatap lurus kedepan. Ia tersenyum, tetapi matanya mengeluarkan air mata. Sebelum aku bertanya, ibu sudah bercerita.

"Ibu bahagia bisa membuatmu tersenyum karena kepindahan kita ini, Keyra. Ibu bahagia karena sebentar lagi kamu akan bertemu dengan sahabat-sahabatmu itu. Kamu akan mengenal dunia luar mulai besok pagi. Ibu tidak perlu khawatir lagi atas apa yang akan terjadi padamu." Ibu masih menatap lurus kedepan sambil tersenyum.

"Terima kasih ya, bu. Keyra sangat beruntung punya ibu. Ibu sudah berhasil bimbing Keyra sampai detik ini. Ibu adalah ibu terbaik yang ada dunia ini. Terima kasih sudah melakukan semua yang Keyra inginkan. Keyra sayang ibu."

Ibu menghadap kearahku. Mengelus rambutku lalu mengecupnya. Kepalaku dibiarkan bersandar dibahunya.

"Keyra, terima kasih juga sudah menjadi anak yang paling ibu banggakan. Ibu akan sangat berterima kasih kepada orang tuamu karena sudah membuang gadis manis seperti kamu. Ibu juga sayang Keyra."

"Keyra, setelah kamu mengenal dunia luar, kamu akan benar-benar mengerti apa arti hidup. Ibu yakin kamu tidak akan sebahagia ini, tapi ibu akan selalu ada untuk kamu. Kamu sudah dewasa, jaga dirimu ya, nak." Tambahnya.

"Keyra akan selalu belajar tentang hidup ini, bu. Dan Keyra percaya ibu akan selalu ada disamping Keyra."

***

Aku sudah tiba dibandara di Kota Bandung ini. Aku dan ibu sedang menunggu kedatangan teman-temanku yang katanya akan menjemputku sambil meminum kopi dipagi hari yang sangat dingin ini.

Namun tiba-tiba ada seseorang yang menutup kedua mataku. Aku menyentuh tangannya yang cukup besar. Sepertinya aku tidak mengenal pemilik tangan ini.

"Hey," bisik seseorang ditelingaku. "Ini siapa? Lepaskan!" Sedangkan dirinya hanya tertawa kecil ditelingaku lalu mencium puncak kepalaku.

"Selamat datang di Bandung, sayang." Katanya setelah melepaskan tangannya dari mataku. Oh tuhan, lelaki yang sangat ingin kutemui ini. Ternyata tidak beda jauh dari fotonya dan saat kami melakukan video call.

"Kau? Bagaimana kau tau kalau yang duduk dikursi ini adalah aku? Kita kan belum pernah bertemu sebelumnya." Dia tersenyum dengan tampannya.

"Karena hanya kau satu-satunya perempuan yang terlihat cantik dari belakang. Awalnya hanya mengira-ngira, sih. Namun ternyata aku tidak salah, bagian depannya pun sangat cantik." Jawabnya.

"Bu, lihatlah anakmu yang satu itu. Saking asiknya melihat sang kekasih, sampai lupa bahwa ketiga sahabatnya sedang berdiri menunggu pelukan pertamanya."

Aku tertawa lalu memeluk Lura dengan eratnya. "Kau cantik, Lura. Rambut coklatmu juga indah." Bisikku yang membuatnya mengeratkan pelukannya.

Aku melepaskan pelukan Lura lalu memeluk Dimas. Kalau kau bertanya setampan apa lelaki ini kalau dilihat dari dekat, jawabannya adalah sangat tampan. Sungguh. "Selamat datang, cantik." Bisiknya.

"Lura, kekasihmu ini pintar sekali sih membuat aku senang. Memangnya aku cantik ya?" Perkataanku membuat mereka tertawa, termasuk ibu. Lalu yang terakhir, aku memeluk Tasya.

"Kau sangat cantik, matamu juga bagus. Pantas saja kau menjadi primadona sekolah." Kataku setelah melepaskan pelukannya.

"Bahkan kekasihmu tidak mendapat pelukan selamat datang." Lelaki ini benar-benar.

***

Aku menurunkan barang-barangku dari mobil Dimas, dibantu oleh Tasya. Lalu aku membuka pintu rumah baruku.

"Surprise!" Teriak mereka dengan semangat. Sedangkan ibu hanya tersenyum sambil memegang beberapa buah balon. "Welcome home, Keyra!"

"Terima kasih banyak. Kalian bertiga yang menyiapkan semua ini?" Mereka mengangguk lalu menjelaskan bahwa ibu juga terlibat dalam kejutan ini. "Ibu? Terima kasih." Sedangkan ibu hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Sepertinya perutku sudah tidak tahan mencium makanan yang ada didapur." Ujar Lura.

"Kalian memesan makanan? Makanan apa?" Tanyaku. Astaga, mereka benar-benar menyiapkan semuanya dengan sangat lengkap. Aku terharu, sungguh.

"Lihat sendiri saja." Jawab Ivan. Lalu ia menggenggam tanganku dan membawaku ke dapur.

Aku melihat dapur yang ukurannya terlalu besar untukku dan ibu. Meja makan dihadapanku sudah penuh dengan berbagai macam makanan yang mereka pesan.

"Bagaimana bisa kalian masuk ke rumah ini? Bahkan kuncinya masih ada di tas ibu tadi."

Mereka memutar bola mata mereka. "Ayolah, Keyra. Ini bukanlah komplek biasa, ini adalah komplek mewah yang ada di tengah kota. Kami menelfon ibu, lalu ibu menjelaskan semua pada satpam bahwa kami ini adalah anak ibu." Jelas Lura.

"Sudahlah, kalian terlalu banyak mengobrol. Lebih baik sekarang kalian duduk lalu makan karena makanannya sangat banyak. Ibu akan mengganti baju ibu terlebih dahulu." Saran ibu.

Kami mengangguk lalu duduk ditempat yang sudah disediakan. Aku senang berada disini, diantara mereka.

***

Aku sedang mengayunkan kakiku ditepi kolam renang bersama Ivan setelah merapikan barang-barangku.

"Aku senang." Ucapnya. Aku tau ia memperhatikanku sedari tadi tanpa bicara. "Aku senang akhirnya aku bisa bertemu denganmu dan menjalani hari-hari denganmu mulai hari ini hingga seterusnya."

Aku tersenyum padanya. Menatap wajahnya dari dekat pertama kalinya, mencium wangi tubuhnya dan menggenggam tangannya. "Aku lebih senang kalau kau senang. Kau tau, pada awalnya aku mengira kalian tidak akan suka dengan kepindahanku."

"Kenapa mengira begitu?"

"Karena aku hanya menghubungi Lura dan hanya melihat pancaran kebahagiaan yang ada diwajahnya. Aku tidak tau apa reaksimu, Dimas dan Tasya."

Ia mengangguk. "Itu salahmu. Jangan berpikiran begitu lagi, ya?" Ia merangkulku. Menghangatkanku di sore yang cukup dingin ini.

"Terima kasih sudah menerimaku. Aku tidak menyangka kita akan bertemu. Aku pikir, kita akan berpisah sebelum bertemu."

Ia menggeleng lalu mencubit ujung hidungku. "Aku tidak pernah berpikir begitu. Dan tidak akan berpikir begitu. Karena nyatanya, kita sudah bertemu dan tidak berpisah."

Aku menyenderkan kepalaku di bahunya. Sedangkan ia masih merangkulku dan memegangnya semakin erat.

"Belum. Kita belum berpisah, atau mungkin tidak akan pernah berpisah. Ini cerita kita hari ini dan belum tentu besok akan seperti ini pula."

"Tapi kau berjanji tidak akan meninggalkanku kan?" Tanyanya penuh harap, aku tau dari nada suaranya.

"Aku janji."

***

Hai!! Ini part 3nya. Dan iya, aku tau ini part tergeje yang pernah ada. Soalnya aku cuma mau ceritain kepindahannya Keyra gitu.

Tapi kalian jangan berenti baca dan harus pijit tombol bintang dibawah ini👇

Tunggu part selanjutnya yaa!!

KEYRA (On Hold)Where stories live. Discover now