4. Taman Hutan Raya

111 11 3
                                    

Aku sedang mempersiapkan diri untuk berjalan-jalan dengan teman-temanku pagi ini. Rencananya kami akan pergi ke Taman Hutan Raya. Terdengar menyeramkan karena kupikir akan banyak hewan buas disana.

Aku memperhatikan penampilanku kembali. Aku memutuskan untuk memakai skinny jeans hitam, sweater merah marun dan sepatu sneakers dengan warna yang sama dengan sweaterku. Sedangkan rambutku, kubiarkan tergerai berantakan.

Aku sudah siap. Aku segera mengambil tas putihku lalu turun untuk menunggu teman-temanku.

"Selamat pagi, ibu." Sapaku lalu mencium pipinya. "Aku tidak dibuatkan sarapan?" Tanyaku setelah melihat hanya ada satu porsi roti di meja makan.

"Tentu tidak. Mereka mengajakmu keluar pagi ini untuk sarapan dan berjalan-jalan. Jadi, kau tidak perlu sarapan dirumah. Lebih baik kau meminum air putih terlebih dahulu."

Aku hanya mengangguk lalu berjalan menuju dapur. Aku segera mengambil gelasku lalu--

Tunggu, siapa lelaki yang berdiri membelakangiku ini?

"Selamat pagi. Sudah siap?" Aku hanya bisa berdiam diri melihatnya. Ia memegang gelas sambil tersenyum padaku. "Lebih baik kau ambil air minum itu lalu kita berangkat, manis."

Aku tersenyum padanya lalu mengambil air putih untuk kuminum. Sedangkan Ivan hanya berdiri dibelakangku sambil menatap punggungku. "Aku kira kau belum datang."

"Sebenarnya sudah beberapa menit sebelum kau turun dari kamarmu. Aku haus lalu ibu menyuruhku mengambil minuman sendiri. Dan tidak kusangka aku akan bertemu peri cantik didapur."

"Kau ini berlebihan sekali." Keluhku. Dia terkekeh lalu mengangkat alis sebelah kirinya. "Baiklah, tapi aku menyukaimu."

"Aku mengetahuinya."

***

Aku masih terdiam di pintu masuk sedari tadi. Ini masih terlalu pagi dan udara disini sangatlah dingin. Ditambah lagi, aku takut bila harimau akan datang menerkamku dengan tiba-tiba.

Katakan aku berlebihan dan penakut. Namun siapa juga yang tidak takut ke hutan? Hey, aku masih waras.

"Ini bukanlah hutan rimba seperti yang ada dipikiranmu. Tidak akan ada hewan-hewan buas yang akan menjadikanmu santapan mereka. Sekarang saatnya kita masuk dan menikmati kopi hangat di pagi hari sambil menunggu ketiga teman-teman kita yang lama itu."

Aku mengangguk namun tetap berdiri ditempat. Tetap saja aku takut. Dari namanya saja sudah mencerminkan keseraman hutan ini.

"Hanya ada monyet disini dan jangan takut karena kita jauh dari para monyet itu. Sekarang, masuklah. Kakiku sudah cukup pegal untuk berdiri disini sejak beberapa menit yang lalu."

Kekasih yang menyebalkan.

***

Aku menyesap kopiku yang cukup menghangatkan pagiku. Ditambah pemandangan yang enak dipandang juga udara yang sejuk. Dan jangan lupakan laki-laki yang duduk dihadapanku.

"Bagaimana rasanya?" Tanyanya. Aku melihat kearahnya. Masih meminum kopiku. "Seenak itukah sampai kau tidak menjawabnya?"

Aku tersenyum sembari menyimpan gelas ke meja. "Rasanya sungguh enak. Aku sangat senang berada disini. Kopinya dan juga pemandangannya."

"Ya, memang enak berada disini. Bahkan, berdiam diri disini selama berjam-jam pun kau takkan merasa bosan."

Aku mengangguk. "Kau sering meminum kopi disini?"

Ia mengangguk dengan semangat. "Memang sedari dulu aku bukanlah anak pintar yang berdiam diri didalam kelas. Aku juga bukanlah anak SMA yang populer di sekolahku. Hanya saja aku memang tidak bisa berdiam diri didalam kelas dan tidak bisa selalu masuk sekolah. Jadi, ya begitulah."

"Jadi, bagaimana? Kau sering membolos dan pergi kesini?" Tanyaku. Ia mengangguk membenarkan. "Ya, tentu saja."

"Kupikir kau tidak pernah membolos walaupun memang tidak terlihat baik." Ia tertawa singkat. "Sudahlah, lagi pula masa itu sudah lewat. Bahkan beberapa hari lagi kita akan kuliah."

"Pembelaannya bisa sekali." Ia tertawa lagi.

Aku mengamatinya yang sedang tertawa. Betapa aku mencintai makhluk ciptaanMu ini, Tuhan. Selain ibu dan teman-temanku, dialah yang kucintai terakhir kalinya. Lelaki hebat yang bisa membuatku jatuh cinta pertama kalinya.

Cintaku ini memang cinta anak remaja. Namun aku tak mengerti mengapa rasa cintanya sedalam ini. Aku mencintainya. Benar. Kalau ada keringat didahinya, aku akan cepat-cepat menghapusnya. Secinta itu. Sesayang itu.

Tuhan, kalau memang waktuku dengannya adalah beberapa detik lagi, izinkan aku menghabiskannya dengan rasa bahagia. Biarkan aku merasakan rasa cintanya atau hangat peluknya.

"Hey, setampan itukah aku?" Sial.

***

"Tidak, tidak! Kalau didalam ada ular bagaimana? Kau mau aku dililit ya?"

Kami sedang berdebat untuk masuk ke dalam goa jepang. Dimas dan Ivan sedang membujuk Lura untuk masuk sedangkan yang dipaksakan sangat tidak ingin karena ketakutan. Takut ada ular alasannya.

Aku hanya diam memperhatikan ketiganya yang sangat berisik itu. Sedangkan Tasya sedang tertawa kecil karena ulah teman-temannya.

"Lura, ayolah, kita sudah berjalan sejauh ini. Tidakkah kau merasa kasihan pada keempat temanmu yang kelelahan? Jahat sekali kau ini." Bujuk Ivan.

Dimas mengangguk. "Kalau memang ular yang kau takutkan, tenang saja, tidak akan ada ular disini. Sekarang, ayo kita masuk dan tanpa ada penolakan."

Lura mengerucutkan bibirnya. "Berjalanlah disampingku." Bisik Dimas padanya yang masih dapat terdengar ditelingaku. Lalu ia menggenggam tangan kekasihnya sembari mengambil senter. Manisnya.

Andaikan aku ini adalah Lura, aku adalah perempuan yang sangat beruntung. Namun, tak apa. Ivan memang tidak semanis itu, namun aku menyayanginya.

Kami berjalan didalam goa yang gelap ini. Saling berpegangan karena sama-sama merasakan takut yang amat sangat.

Berbeda denganku, Dimas dan Lura malah cekikikan saat mengarahkan senternya kearah wajahku. Lucu, katanya.

"Ayolah, Key. Bahkan aku sama sekali tidak menampakan wajah yang seperti itu. Itu adalah wajah terburukmu, Keyra."

Ivan, Tasya dan Dimas tertawa setelah mendengar ucapan Lura. Sial. Sehabis keluar dari sini, ingatkan aku untuk membekap mulutnya.

"Bahkan genggamanmu begitu erat, Key." Ivan tersenyum lalu menunjukan genggaman Tasya ditangannya. "Tasya tidak seerat itu."

Jadi, begini, posisinya adalah aku berjalan disamping Ivan dan Tasya juga berjalan disampingnya. Lalu kami berpegangan tangan karena takut terjadi sesuatu.

Kalau kau tanya aku cemburu atau tidak, jawabannya adalah tidak. Memangnya ada yang salah?

***

Halo lagi! Maaf bgt ya gj:(

Ini cuma ngejelasin moment2 mereka gitu deh pokonya. Yang udah baca, makasih banyak ya!

Jangan lupa pencet tombol bintang dibawah👇

Thankyou!

KEYRA (On Hold)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora