5. Nice to Meet You

81 11 5
                                    

Minggu, 20 Desember 2016
19.00

Lima belas menit rasanya seperti lima jam bagi Bian. Kalau saja Myta tidak menghubunginya pada menit ke-16, mungkin Bian sudah nekat mencari sendiri di mana rumah Myta. Tidak, Bian tidak gila, dia hanya takut Myta berubah pikiran.

Bagi Bian, meyakinkan Myta untuk bertemu dengannya sama saja dengan seakan-akan meyakinkan dirinya sendiri kalau dirinya tidak akan berhianat pada Rena; penuh dengan keragu-raguan. Bian hanya bisa menebak, tanpa tau jawaban yang pasti, tanpa tau apa yang dimau oleh hati.

Jadi, ketika Myta mengatakan kalau tempat pertemuan mereka hari ini adalah supermarket di depan gang rumah Myta, Bian langsung menyanggupi. Bahkan, Bian rela datang lima belas menit sebelum waktu yang telah mereka sepakati. Sangat bukan Bian sekali.

Satu panggilan masuk di handphone Bian membuyarkan lamunanya. Telepon dari Myta, ternyata.

"Halo, Myt? Iya. Iya, plat nomornya belakangnya ARS. Di depan pintu supermarket persis. Iya, langsung masuk aja. Oke, see you."

Tak lama setelah Bian menurunkan handphonenya, pintu penumpang di sampingnya terbuka, membiarkan angin dari luar mobil masuk, serta mengantarkan perempuan yang dari semalam membuat Bian resah luar biasa.

"Sorry lama," katanya sambil tersenyum, lalu menutup pintu mobil. Masih disertai senyum yang sama, Myta melanjutkan ucapannya, "yuk, jalan?"

Sungguh, Bian tidak tau mengapa jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Karena yang Bian tau adalah, malam ini, Bian harus menahan mati-matian hatinya agar tidak jatuh pada Myta.

***

Sepanjang jalan, Bian tidak bisa berhenti mencuri-curi pandang ke arah perempuan di samping kirinya yang sekarang sedang sibuk melihat-lihat koleksi CD milik Bian dengan sorot mata bersinar-sinar cerah.

Harus Bian akui, Myta memang tidak secantik Rena. Hanya saja, entah apa namanya, ada satu hal yang ada pada Myta yang membuat Bian seakan-akan tidak pernah bosen memperhatikan tingkah Myta. Sesuatu yang Bian sadar hanya bisa ia temukan pada Myta.

Myta terlihat begitu manis dengan balutan celana jeans dan jaket jeans berawarna senanda, yang dipadukan dengan kaos hitam dan bandana hitam berwarna senanda juga. Bandana ikat yang dikenakan Myta membuat rambut lurusnya dibiarkan tergerai, sementara poni lurusnya berjatuhan menutupi dahi Myta. Apalagi ditambah senjata terakhir yang Myta punyai; senyuman, membuat Bian yakin, sebentar lagi semut akan berebut untuk mengerubungi Myta.

"Jadi sekarang Cibubur masuknya Depok, nih?"

Perkataan Myta begitu Bian membelokkan mobilnya ke arah lampu merah Cibubur membuat Bian terkekeh. "Aduh, salah deh gue boong sama nax Jakarta."

Bubur ayam paling enak se-Depok yang dikatakan Bian sebenarnya tidak benar-benar berada di Depok. Di Jakarta Timur pinggiran Depok, tepatnya. Tentang tempat makannya, sebetulnya sederhana saja, sangat sederhana. Berada tidak jauh dari kawasan pasar Cibubur, tempat makan yang didirikan di depan bengkel motor yang beroperasi pada pagi hari ini selalu ramai kedatangan pengunjung.

Baru saja Bian membelokkan mobilnya ke dalam kawasan lampu merah Cibubur, dengan hati-hati, Bian langsung menepikan mobilnya ke tepi jalan, lalu menatap Myta serius.

"Kenapa deh Bi?" Myta mengerutkan keningnya, berusaha menatap Bian sesantai yang ia bisa. "Udah sampe?"

"Myt, walaupun ini bubur ayam paling enak se-Depok or se-Jakarta or whatever, tapi, suasana tempat makannya nggak mencerminkan hal itu sama sekali." Bian masih melihat kerutan di kening Myta, jadi ia melanjutkan, "Yah, kaki lima."

Her Surprise Birthday PartyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang