CHAPTER 7 : BYE (NEVER STOP LOVING YOU)

684 110 5
                                    

DEA pun tiba dirumah saat saat waktu sudah sedikit larut malam. Sepasang irisnya menilik sejenak ke arah rumah Evann. Lengab ia dapat. Lampu kamar Evan juga sudah redup. Kemudian, ia berjalan ke dalam rumahnya. Ia duduk di tepi kasurnya. Wajahnya sendu. Entah apa maksud dari sendu yang ia tampakan. Ia jatuhkan tubuhnya di atas ranjangnya. Menatap langit-langit kamarnya dengan belingsatan tak karuan.

Keesokan paginya. Ketika jam menunjukan pukul 8 pagi, Dea terbangun. Matanya mengerjap beberapa kali. Ia menilik sekitar dengan pandang kabur. Ia raih ponsel di dekatnya. Tertera tulisan "One Message from Evan Galak" . Namun, pesan itu diterima sejak tadi malam. Kemudian, ia membuka pesan tersebut.

From : Evan Galak

"Besok pagi gue berangkat ke London, gue bakal kuliah di sana dan mungkin bakal tinggal di sana bareng Kak Reza dan Istrinya. Sekedar pengen lo tau, gue benar-benar sayang sama lo, De. Gue pengen terus bareng lo, ngejagain lo. Tapi kayaknya, Tuhan memutuskan untuk mengakhiri tugas gue. So, gue pengen lo bahagia sama pangeran yang dari dulu, lo impikan."

Wajah Dea berubah menjadi sendu ketika membaca pesan tersebut. Kemudian, ia langsung bergegas menuju rumah Evan dengan masih menggunakan pakaian promnite-nya. Dengan tergesah-gesah ia berlari ke rumah Evan. Menghampiri ibun yang tengah duduk di sofa.

"Bun, Evan mana?" tanya Dea dengan wajah cemas

"Evan udah jalan dari tadi subuh, De," sahut ibun kebingungan.

Kemudian Dea berlari menuju kamar Evan. Ibun benar. Evan telah pergi dan kamarnya nampak lengang tanpa ada sesosok penguni laki-laki itu. Dea menyesal dengan apa yang telah dia lakukan pada Evan. Ia memerhatikan segala sudut kamar Evan dengan perasaan sedih. Kemudian ia mengambil sebuah foto dirinya bersama Evan di atas meja. Ia menatap foto tersebut. Dua makhluk yang tengah tersenyum lebar. Dea mulai menitikan air mata.

Tiba-tiba ibun datang. Perempuan itu menghampiri Dea dengan wajah cemas nan sendu. Lalu, memeluk hangat Dea. Berharap, pelukan hangatnya dapat meredakan segala kesembiluan gadis itu.

"Evan pergi karna Dea ya, bu?" tanya Dea menjatuhkan air matanya.

Ibun terus memeluk Dea dan mencoba menenangkannya. Perempuan itu hanya menggelengkan kepalanya. Tak menjawab dengan lisan yang seolah terkunci rapat. Kemudia ibun memberikan sesuatu kepada Dea.

"Tadi pagi sebelum Evan pergi dia titip ini untuk dikasih ke kamu." Ibun sambil memberikan sebuah kotak berwarna putih.

Dea mengusap air matanya lalu meraih kotak yang putih itu. Kemudian, ia membuka kotak tersebut. Terdapat sebuah gulungan kertas dan CD. Kemudian Dea membuka surat tersebut. Tertera tulisan "Never stop loving you.." Dea tertegun ketika membacanya.

"Bun, aku pulang ya. Makasih ya, bun," ujar Dea mengusap air matanya kemudian bergegas pergi.

Dea pun langsung pergi ke kamarnya. Kemudian memutar CD rekaman tersebut di laptopnya. Terdapat Evan yang sedang duduk di depan kamera. Terlihat sedikit kaku. Laki-laki itu terlihat sedang berpikir. Mengatur kata-kata apa saja yang harus di keluarkan. Lalu, ia pun mulai membukan mulutnya.

"Hay, De!" sapa Evan dengan senyum kecilnya. "Kalau lo mutar video ini, berarti kita nggak akan ketemu lagi, De. Gue cuma mau bilang, kalau gue sayang banget sama lo. Cinta banget sama lo," ujar Evan.

Dea menatap layar laptopnya dengan wajah sendu. Air matanya terus saja mengalir. Tak mempedulikan apapun disekitar.

"Tapi gue tau, De. Cinta gue ke lo itu, nggak akan bikin lo bahagia. Gue bukan pangeran yang sering lo impikan. Bukan raja yang selalu lo dambakan, iya kan?" ujar Evan seraya tersenyum sendu.

Dear London [COMPLETED]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt