CHAPTER 8 : DEAR LONDON

925 119 20
                                    

Tiba di Bandara Internasional Getwick, London.

"Aku gak mau buat kesalahan untuk kedua kalinya. Aku nggak mau ngelepas pangeran impianku," batin Dea sambil menampakan wajah bahagianya.

Dea pun ke luar dari bandara tersebut dan menaiki taksi yang telah berada disepanjang pintu keluar bandara. Perempuan itu segera meninggalkan bandara tersebut.

Dea menaiki taksi yang sepanjang lobi bandara terpajang rapi. Pertama ia harus mencari hotel guna mengistirahatkan dirinya. Waktu juga mulai larut. Ia juga mulai kelelahan, sebab sepanjang perjalanan di pesawat, ia hanya menghabiskan waktu dengan berdiam duduk. Tak mampu menutup matanya.

Dea pun tiba di salah satu hotel yang tak jauh dari tempat kuliah Evan. Agar esok hari ia bisa segera mencari laki-laki itu sesegara mungkin.

Dea pun menuju kampus Evan. Cukup memakan waktu lama. Dea terus menatap ke arah luar taksi. Banyak orang berlalu-lalang. Ia menilik sebuah kotak putih yang tengah ia bawa sedari tadi.

Keesokan harinya.

Waktu juga masih begitu pagi. Dea bersiap-siap guna menuju kampus Evan. Perempuan itu berjalan disepanjang jalan Kota London. Tak membutuhkan waktu lama, ia pun sampai di salah satu kampus di Kota London. Hampir sejam Dea mengelilingi kampus tersebut. Sesekali menanyakan kepada seseorang yang mungkin mengenal sosok Evan. Namun, usahanya hanya sia-sia. Hingga detik ini, ia belum menemukan laki-laki itu.

Dea lelah. Kakinya pegal karna terlalu lama berjalan. Ia duduk di sebuah kursi di pinggir jalan. Matanya hanya memerhatikan setiap mobil berlalu lalang. Orang-orang yang tengah sibuk dengan aktifitasnya tersebut.

Tiba-tiba, terdengar sebuah detuman hebat dari ujung jalan. Beberapa orang segera menghampiri lokasi. Mencari tahu apa yang telah terjadi di sana. Dea juga mengikuti langkah orang-orang itu. Sebuah peristiwa tabrak lari baru saja terjadi. Semua orang hanya melihat sang korban yang terkapar. Dea, ia mencoba untuk melihat si korban. Betapa terkejutnya, bahwa korban tersebut adalah orang yang selama ini ia cari, Evan.

"Evan!" pekik Dea menghampiri Evan.

Perempuan itu terus mencoba membangunkan Evan. Air matanya perlahan ke luar dengan begitu deras. Beberapa orang hanya melihat dengan tatapan bingung harus bagaimana. Tak lama kemudian, ambulan datang. Sesegara mungkin Evan dibawa ke rumah sakit guna menyelamatkan nyawanya.

Sesampainya di sana, Evan segera di bawa ke dalam ruang operasi. Dea terus saja menangis. Isaknya begitu memperihatinkan. Ia meraih tas Evan yang sedari tadi ia bawa. Lalu, ia rogoh tasnya mencari ponselnya. Dea pun segera mengubungi seseorang.

"Halo, Kak Reza?" suara isak tangis bersamaan dengan kalimat tersebut.

"Halo, ini siapa, ya?" tanya Reza bingung.

"Ini aku, kak, Deandra."

"Oh, Deandra. Kamu kenapa nangis, De. Hape Evan kenapa sama kamu?"

"Evan kak, Evan kecelakaan. Sekarang dia ada di rumah sakit."

"Astaga. Yaudah, kamu kirim alamat rumah sakitnya, nanti kakak ke sana."

Dea menunggu dengan kecemasan yang berlebih. Air matanya sudah terlalu sering jatuh. Tak lama kemudian, Reza datang menghampiri Dea.

"Dea, gimana keadaan Evan?" tanya Reza sama khawatirnya.

"Evan masih di dalam, kak. Masih ditangani sama dokter," sahut Dea dengan isak tangisnya.

"Yaudah, kita tunggu aja, ya," ujar Reza.

Mereka pun masih menunggu tentang keadaan Evan. Tak lama kemudian, seorang dokter ke luar dari ruangan tempat Evan di operasi. Langsung, mereka hampiri dokter itu.

Dear London [COMPLETED]Where stories live. Discover now