Sedikit Curhatan Dari Author

1.8K 73 11
                                    

Bagiku hidup itu terus berjalan. Entah semenyebalkan atau semengerikan apa hal yang kau lalui, pada akhirnya kau tetap harus menjalani semua itu. Itulah hidup. Kerena dalam hidup tidak ada yang mudah. Sama halnya seperti diriku. Hmm... bagaimana aku menjelaskannya ya? Hidupku dibilang mudah tentu mudah, tapi tidak bisa dikatakan mulus juga. Tentu aku memiliki beberapa masalah dalam hidupku. Tapi yah... aku menghadapinya sesantai mungkin, tapi tidak bisa dikatakan santai juga jika itu masalah yang serius.

Aku akan menceritakan sedikit tentang diriku ini. Aku gadis yang apa adanya sebenarnya. Tidak pernah menuntut ini itu, dan aku selalu memandang positif akan segala hal. Mungkin sifat yang seperti itu sedikit menggangguku, karena terlalu memandang semua hal itu positif aku tidak melihat sisi negatifnya. Aku selalu mudah untuk dibodohi, terlalu polos, dan juga mudah sekali percaya. Tapi... seiring bertambahnya usia dan umurku sudah akan menginjak angka 20, lambat laun pemikiranku sedikit terbuka. Maksudku, dulu aku adalah gadis yang naif terlalu mudah mengikuti kata hati ketimbang otakku. Tapi sekarang aku lebih menggunakan otakku ketimbang hatiku. Yah... mungkin untuk hati aku hanya menggunakannya setengahnya saja. Bisa dikatakan sekarang aku menjadi gadis yang selalu berpikir rasional.
Dulu aku tidak pernah memikirkan sebab atau akibat atas apa yang kulakukan, yang kupikirkan adalah apa yang hatiku inginkan saja. Namun sekarang,, aku selalu memikirkan akibatnya jika aku gegabah melakukan sesuatu ataupun mengambil tindakan. Banyak yang lebih kupikirkan sekarang. Seperti orang tuaku, keluargaku, dan diriku sendiri. Aku seperti tahu sekarang apa yang terbaik untuk diriku sendiri. Apa yang membuatku senang, dan apa yang membuat hidupku lebih nyaman untuk dijalani.

Aku pernah merasakan jatuh bangun dalam hidupku. Seperti dulu hidup berkecukupan, jika aku menginginkan sesuatu dengan mudah kudapatkan. Lalu saat aku merasakan yang namanya 'roda kehidupan yang berputar' dan aku mendapati hidupku berputar kebawah. Sedikit sulit awalnya menerimanya, karena saat itu aku masihlah gadis remaja, kekanakan dan manja. Yang ingin selalu dituruti keinginannya. Dan akhirnya aku menjadi gadis yang mudah memandingkan hidupku dengan orang lain.

Tapi walaupun semua itu terasa sulit aku tetap menjalaninya. Lalu semakin lama akhirnya aku terbiasa dengan kehidupan seperti itu. Saat sekolah uang sakuku selalu lah dibawah uang saku orang lain jika orang tuaku memasuki bulan atau tanggal 'tua' yang artinya keuangan sangat menipis. Seperti pemasokan tidak ada, pengeluaran tetap jalan. Bahkan aku pernah hanya mendapat uang jajan sebesar 8 ribu. Untuk uang saku anak SMU tentu itu tidak cukup. Tapi saat ibuku memberikan uang itu aku hanya tersenyum. Aku menerimanya dengan hati senang. Aku tahu ibuku mengorbankan uang terakhirnya untuk membeli kebutuhan belanja dirumah untuk uang jajanku di sekolah.
Ibuku adalah orang yang selalu mengutamakan anak-anaknya dibanding dirinya sendiri. Aku selalu bersyukur akan hal itu. Aku diberikan orang tua yang tidak pernah menuntut dan selalu mngutamakan anak-anaknya di atas segalanya. Dengan begitu saat sekolah itulah tujuan utamaku, aku tidak ingin mengecewakan kedua orang tuaku. Dengan aku bermalas-malasan sekolah, ataupun membolos di jam pelajaran. Walaupun aku bukan anak yang menonjol di sekolah ataupun anak yang paling pintar di sekolah. Setidaknya aku harus menjadi anak yang tidak pernah mempermalukan kedua orang tuaku dengan sikapku.

Mungkin karena itulah aku jadi terbiasa dengan'peraturan'. Oleh karena itu aku memiliki peraturan di dalam hidupku.

Seiring berjalannya waktu, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Aku merasakan 'roda berputar' itu lagi. Aku kembali kekehidupan yang mudah untuk kujalani. Walaupun sederhana tetapi setidaknya keluargaku merasa cukup. Dan akupun lulus...

Dan kehidupan baruku dimulai...

Lulus sekolah menengah atas. Apakah aku berkuliah seperti teman-temanku yang lain? Hahaha jangan harap. Tentu jawabannya tidak. Tapi tidak berkuliah itu semua kemauanku sendiri. Apa alasannya? Alasannya sederhana saja, aku tidak ingin menyusahkan orang tuaku ataupun kakakku.
Tapi bukan berarti aku tidak ingin berkuliah. Tentu aku ingin, apalagi jika kuliah jurusan impianku adalah sastra. Tapi jurusan yang kuinginkan sedikit sulit kudapatkan di daerahku. Ada Universitas yang memiliki jurusan sastra. Tapi Universitas itu semua biayanya mahal. Yah.. aku sadar menuntut ilmu itu tidaklah murah. Butuh usaha dan uang yang banyak. Jika ikut beasiswa owh... aku tidaklah sepintar itu.

Kenapa tidak berkuliah sambil bekerja?
Yah aku tentu ingin seperti itu. Tapi karena orang tuaku terlalu menyayangiku jadilah aku tidak diizinkan bekerja sambil kuliah. Jadi aku tidak memaksakan kehendakku. Dan mengubur keinginanku menjadi mahasiswa sastra.

Karena aku tidak ingin menyusahkan kedua orang tuaku.
Aku tidak ingin melihat ibu dan ayahku bekerja lebih keras karena aku. Aku tidak akan belajar dengan senang, jika membuat mereka menderita. Aku tidak memutuskan semua ini karena mereka berdua. Aku melakukan ini demi diriku sendiri. Aku suka belajar apalagi pelajaran sastra itu adalah hal yang kusukai, tapi aku tidak mau melakukan hal yang kusukai dengan perasaan tidak nyaman. Makanya aku membuat keputusan ini, dengan diriku tidak berkuliah. Terlebih lagi aku yakin pada diriku sendiri, meski aku tidak masuk kuliah. Aku masih bisa sukses dan berprestasi.


Terkadang semua orang seakan meremehkanku. Entah itu dari keluarga ayahku, ataupun orang-orang luar. Hanya karena aku tidak kuliah. Bahkan pekerjaan yang sekarang aku lakukanpun hanya dipandang remeh. Aku tahu gajih yang kudapatkan setiap bulannya tidak seberapa. Tapi aku bersyukur akan hal itu, walau sedikit setidaknya sekarang aku tidak meminta uang terhadap orang tuaku. Aku bisa memenuhi kebutuhanku sendiri dengan uang yang tidak seberapa itu.

Setidaknya aku sudah melakukan satu hal yang berguna untuk diriku sendiri. Yaitu... tidak menyusahkan orang tuaku lagi tentang uang.

Kata orang-orang jika anaknya berkuliah pasti hidupnya kedepannya terjamin, pekerjaan enak di depan mata. Dan menjadi sarjana mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan. Tapi sekali lagi aku hanya percaya bahwa rezeki, nasib dan keberuntungan bukan di tetapkan dari pangkat seseorang. Kata orang yang dicari sekarang itu title ataupun gelar. Tapi, banyak orang yang memiliki gelar, bahkan dia lulusan sarjana dengan nilai memuaskan, nyatanya tetap sulit mencari pekerjaan. Bahkan ada yang bekerja tidak sesuai dengan bidangnya ataupun gelar yang dia dapat dengan berkuliah. Semua itu tergantung bakat, dan keterampilan. Aku percaya aku bisa sukses dengan bakatku.

Apa bakatku? Apa impianku?
Aku... ingin menjadi penulis. Aku ingin menjadi penulis yang berbakat. Yang bisa menyalurkan idenya melalui tulisan. Aku ingin sukses dengan tulisanku. Mungkin... sekarang jalan itu masih jauh. Aku hanya bisa menuangkan karya ataupun tulisanku hanya di blog atau di wattpad ini. Tapi suatu saat aku harap bisa merilis sebuah buku. Itu impianku.

Aku percaya setiap orang memiliki masing-masing peluang untuk sukses. Begitupun juga aku. Entah itu kapan? Aku hanya harus berusaha dan tidak pernah menyerah akan mimpiku.
Mungkin saat ini banyak yang meremehkan impianku, menganggap itu semua tidak berguna. Tapi aku percaya tidak ada usaha yang mengkhianati hasil.
Aku hanya harus berdoa dan terus berusaha kan.

Dan aku percaya itu!

ENDLESS TEARSWhere stories live. Discover now