3

49 5 2
                                    


Rega menyeret langkahnya masuk ke dalam kamar. Pikirannya terbang entah ke mana. Apalagi, ditambah kabar dari rumah sakit yang mengatakan kalau kondisi mama Arjuna semakin lemah saja. Arjuna hanya akan semakin menyalahkan dirinya saja. Sekarang, rasanya setiap tindakan yang Rega lakukan di rumah selalu saja salah.

Baru saja Rega memikirkan bagaimana caranya bicara baik-baik tentang Dara, pintu kamar Rega sudah didorong dengan kasar dari luar. Oleh siapa lagi, kalau bukan Arjuna. Setelah masuk, Arjuna langsung menutup pintu kamar Rega dengan cara yang sama seperti ia membukannya.

"Arjuna, berisik."

Kalimat Rega barusan seperti memancing emosi Arjuna. Dengan kasar, Arjuna langsung bergerak ke arah Rega yang sedang duduk di atas kasur. Menarik Rega untuk bangun dan mendorong Rega dengan keras sampai laki-laki itu membentur dinding kamarnya sendiri. Setelah itu, Arjuna beralih mencengkram kerah seragam SMA yang masih dikenakan Rega, membuat Rega sedikit kesulitan bernapas.

"Bangsat! Denger ya lo, sampe nyokap gue kenapa-kenapa ...." Arjuna menggantung sebentar ucapannya. "Gue jamin lo nggak akan pernah liat Dara lagi!"

Dengan satu gerakan cepat, Rega balik mendorong bahu Arjuna, cukup kuat sampai Arjuna jatuh ke kasur Rega, membuat cengkraman Arjuna lepas. "Dengar Arjuna, nyokap lo kayak gitu, itu karena ulah lo sendiri. Nggak perlu lo bawa-bawa gue, apalagi Dara. Udah gue bilang berkali-kali, gue nggak tahu menahu tentang surat itu. Gue cuma ketua OSIS, bukan kepala sekolah. Ja—"

Secepat kilat, Arjuna langsung balik mengcengram Rega lagi. "Bacot aja lo, Anjing! Asal lo tau, Dara kesayangan lo itu udah tidur sama gue. Hahaha, gampangan banget. Cewek yang lo suka, ternyata perek ya? Mau gue ceritain nggak gimana malem itu? Jadi, gue ajak dia minum sampe mabok, terus gue paksa dia buka ba—"

Rega langsung melayangkan pukulannya kepada Arjuna. Membuat Arjuna terjatuh sambil memegangi pelipisnya yang berdenyut. Emosi Rega sudah mencapai puncaknya. Ucapan Arjuna sudah benar-benar kelewatan. Dengan tangan gemetar hebat menahan marah, Rega berkata sambil menujuk Arjuna, "Gue kasih lo waktu satu hari buat minta maaf dan tanggung jawab atas semua perbuatan lo ke Dara, k-kalau sampai nggak, g-gue bakal ...."

Arjuna mengangkat sebelah bibirnya. "Kalau sampai nggak kenapa? Lo mau pukulin gue? Sini! Dasar banci!"

Rega mengeraskan rahangnya. Memahan mati-matian emosinya yang sudah siap ia keluarkan pada manusia jahat di depannya. "Kalau sampai nggak, gue bakalan bilang hal ini ke ayah. Bahkan kalau perlu, nyokap lo kalo nanti dia sadar."

"Jangan berani-beraninya lo--" ketika Arjuna ingin mendaratkan pukulan balik pada Rega, Rega menahan tangan Arjuna dengan mudahnya. Arjuna menarik tangannya dengan kasar. "Anjing!"

Arjuna lalu berjalan keluar kamar Rega, sambil menabrakkan dirinya dengan kasar ke arah Rega.

Saat Arjuna sampai di ambang pintu, ia mendengar Rega berkata dengan nada paling dingin yang pernah Arjuna dengar.

"Gue tunggu lo mengakui segala perbuatan lo, Arjuna. Besok. Gue tunggu besok."

Arjuna tau, Rega tidak main-main soal ancamannya. Arjuna tersenyum jijik. Kalau Rega punya cara mainnya sendiri, tentu, Arjuna juga punya.

Lagipula, Arjuna tidak pernah kalah dari Rega, kan?   


***

Yeyeyeyeyeyeay!

23 Juli 2018

Heart Like YoursWhere stories live. Discover now