Dikelam gelapnya lorong nan panjang, langkah berat dan perlahan itu tertatih mendekati pintu kayu berukiran classic dengan warna coklat pekat yang menambah kesan antique sebagai rupa dari perwakilan masa lampau.Bukan hanya langkah yang berasa berat namun hati ini pun terasa sangat berat kala raga membawa diri mendekati pintu itu, namun apa mau hendak dikata kala keharusan menjadi kendali utama.
Ingin hati tuk menangis menumpahkan beban hati yang terpatri namun raga mimilih tuk menahan sekedar sembunyikan luka lama agar tiada tau akan rapuhnya hati.
Tepat di depan pintu kayu dengan ukiran khas itu, aku terdiam menyesapi rindu hati yang kiranya akan kembali. Dalam tarikan nafas yang ku lakukan untuk mengoleksi oksigen menenangkan hati yang gundah, membuatku kembali memikirkan pilihan langkahku. Benarkah pilihan yang ku pilih saat ini.
Haruskan semuanya berakhir seperti ini? Kenapa?
Masih berat rasa hati untuk melangkah memasuki ruangan yang sarat akan kenangan dan angan. Seketika itu jua, sekilas lalu, bayangan akan semua yang tlah tercipta bermain dalam sekejap mata melintasi kosongnya kepala.
Lagi, helaan nafas berat kembali ku cipta seraya tangan beralih menggenggam ganggang pintu yang trasa sangat dingin hingga menembus tulang.
YOU ARE READING
Room in My Heart (Random Things)
RandomTangis dalam Tawa Luka dalam Canda Sedih dalam Bahagia Sepi dalam Ramai