05 - tendencies

1.7K 260 20
                                    

Your soul is haunting me.

***

"Taehyung," Mataku memicing di antara banyak sekali celoteh yang keluar dari mulutnya. "Kenapa kau menceritakan semuanya padaku?" Menanggapi reaksiku, dia langsung terdiam. Menampilkan tampang syoknya. "Maksudku... aku tidak berhak mendengarnya. Dan kau sama sekali tak perlu membagi kisah yang kau alami dengan istrimu. Bagaimanapun, itu adalah rahasia kalian berdua. Dan aku cuma orang yang kebetulan lewat saja. Dalam arti, aku cuma orang asing dalam kehidupanmu."

Dalam hening yang berisik oleh sahutan dari emosi kami, Taehyung menatapku bingung. "Maafkan aku," ada rasa kecewa yang bercampur melalui suaranya. "Kupikir kita—"

"Tidak," suaraku keluar dengan bantahan. "Kita baru bertemu beberapa kali. Meskipun yah, kita pernah bersetubuh bukan berarti kau dapat dengan mudah menyerahkan seluruh kehidupanmu padaku. Sekaligus berharap aku akan menyerahkan seluruh kehidupanku padamu."

Kuremas ujung ranjangnya sebelum bangkit dari sana.

Mendengarnya bercerita mengenai kehidupan pribadi dengan istrinya, memunculkan getaran dalam diriku yang membuatku menjadi ketakutan.

Aku takut terperdaya,

Aku takut jatuh cinta padanya,

Aku takut ingin memilikinya,

Aku takut menjadi diriku yang lain, yang lemah tak berdaya.

Sebelumnya, tak pernah terbayangkan olehku akan memiliki perseteruan yang serius dengan orang yang baru kukenal. Kedatanganku ke Madrid ingin menenangkan diri bukan berakhir bersekutu dengan permasalahan yang rumit lagi.

"Haruskah kita mengakhirinya?" kalimat yang keluar dari mulutku semakin membisukan Taehyung. Tatapannya terpaku padaku dengan aroma syok yang kuat. Aku mengangguk kemudian. "Baiklah, kita tak perlu bertemu lagi."

Pada saat langkah kakiku bergerak meninggalkan ruangan, dan hendak membuang seluruh memori yang kami punya. Lubuk hatiku seolah bilang kalau aku dapat menyimpannya.

Sekali saja, aku mau mendengar perkataannya. Jadi pada tanganku, tetap kusimpan kenangan kami. Berjalan cepat dengan langkah berat yang kukira gara-gara heels yang kupakai, tapi nyatanya aku tak benar-benar ingin mengakhiri semuanya.

Aku tak menangis setelah sampai ke rumah. Mandi, dan berganti baju. Hanya saja, aku tidak bisa tidur sedang meratapi kekosongan yang bercampur aduk dengan heningnya ruangan ini. Sempurna.

Gelandangan kecil yang tersesat di negara orang, benar sekali adalah aku.

Seberapa jauh lagi kakiku dapat melangkah memenuhi hasrat untuk tetap hidup liar, di luar batas orang normal. Dan apakah bertemu dengan Kim Taehyung, bercampur dengan setitik kehidupannya adalah aku yang menariknya ke dalam kehidupan liarku, atau justru sebaliknya?

***

Sore dengan rintik hujan. Jazz diputar seolah seirama denganku yang bergerak lamban, dan kantung mataku yang menghitam. Penampilanku hari ini tentu saja berbanding terbalik dengan penampilanku yang kemarin. Tidak ada objek yang hendak kurayu, dan tak ada objek yang berniat kupanas-panasi. Setelah hari itu, kuakui kekalahanku.

Arthur menggelengkan kepala mengampiriku. Kupikir aku telah terlalu berlebihan menyangkal hubunganku dengan Kim Taehyung di hadapannya, tapi buat apa juga aku menceritakan semuanya?

Tidak ada yang spesial. Hubunganku dengan Kim Taehyung tidak lebih dari seorang penggoda suami orang.

Sebuket bunga Arthur letakkan di atas meja, diserahkannya kepadaku. "Kupikir ada yang sedang berselisih, dan tampaknya cukup serius." Mata awas itu mengamatiku. "Dan aku yakin kiriman ini tidak salah alamat." Sebelum pergi, dia sempat menyeringai kepadaku.

ARDOURWhere stories live. Discover now