06 - cried cherries

1.6K 223 25
                                    

"Kiss me hard before you go."

***
Hasrat bergulir menghempas kesepakatan yang tidak pernah terjadi sejak awal menjadi masalah yang tak berkesudahan. Hanya melalui tatapan mata, tubuh kami bergegas secara bersamaan. Insting tahu segalanya kali ini. Dengan tangan Taehyung yang mencengkeram pergelangan tanganku kami berlari tergesa-gesa keluar dari taman meninggalkan dua cangkir kopi yang membisu di atas kursi.

Angin kencang yang bertiup dari arah timur menerbangkan rambutku hingga beberapa helai terasa menempel pada pipiku, menghalangi pandanganku terhadap jalanan. Beruntung malam ini, berkat tangan yang digenggam Taehyung aku tidak tersandung dan jatuh.

Pada saat Taehyung menekan kunci mobilnya, kami berdua terpental ke dalam dengan cepat. Suhu memberikan kuasanya kepada kami untuk memilih di mana mereka akan ditempatkan. Dan dingin membeku di luar pintu Mustang Taehyung, sementara di dalam terasa panas dan semakin panas.

Tatap masih saling berkaitan. Kali ini cara kami membagi tatap membuat tanganku mencengkeram bajuku sekuat tenaga, tetapi aku merasa luar biasa lemas, dan lemah. Ada diskusi serius yang sedang otakku coba jalin bersama dengan hati yang mencoba berdamai, hanya saja orang ketiga yang sedang berada di dalam tubuhku terlalu besar perannya sehingga diskusi gagal dilakukan.

Magnet melekat sama kuat, sehingga tubuh kami semakin mendekat dan rasanya kami menyatu berkat itu. Sang pemburu napas menepi, melimpahkan sebuah ciuman yang pada akhirnya berperan sebagai penyelamat yang menjadi pembuka kisah panjang pada malam kami. Diskusi yang benar-benar gagal.

Berontak. Perasaan semacam inilah yang tak pernah kuharapkan, dan tak kuinginkan dari seseorang. Terutama Kim Taehyung. Karena selanjutnya, aku tahu akan lebih banyak terluka daripada bahagia.
Dalam setiap desir energi yang kurasa, tubuhku tak pernah berniat menolak kehadirannya. Jadi jantungku berdetak keras sekali, sambil menerima pesan bisu yang tubuh Taehyung coba salurkan terhadapku.
Kami sama-sama menjadi orang gila malam ini.

Api membara adalah latar belakang yang melengkapi kami sebagai dua sosok yang robek; tidak sempurna. Tapi kami terus saling menggigit bibir, menyalurkan terlalu banyak hasrat yang ditumpuk di hari-hari lalu. Membiarkannya sampai tak terkendali.

Kudorong bahunya menjauh. "Ayo ke tempatku,"
Ajakan itu melesatkan Mustangnya ke tempat tinggalku, dan sampai dengan cepat.

Dengan begitu banyak ingatan yang tertinggal, kesadaranku sampai pada saat kami sudah sama-sama tak berpakaian.

Taehyung yang berada di atasku, memberi tatapan itu. Dan aku yang sesekali memejamkan mata. Rasa kacau itu membeli harga diri kami yang ditukar dengan gairah hebat, yang pada saat itu mungkin tak akan pernah kusesali.

Kupejamkan mata, merasakan begitu dalam dirinya pada diriku. Aku mencengkeramnya kuat sekali, seolah memohon untuk terus tinggal dan tak boleh lepas. Setiap kali aku mencoba mencengkeram, Taehyung menampilkan wajah terkejut dengan bola mata yang hampir keluar. Aku senang jika yang kulakukan dinikmati dengan baik.

Taehyung menggeser tubuhnya menuruni tubuhku, menempatkan kepalanya di sela leherku sambil menghirupnya lama. Untuk pertama kalinya, aku dapat merasakan kecupan tanpa malu-malu yang Taehyung beri ke sekujur tubuhku. Jemarinya membelai tubuhku selepas lelah memberikan tugasnya. Di sanalah, kesadaranku semakin terperdaya.

Dengan lengannya yang memeluk pinggangku, tak dapat kusangka kalau kami sedang bersentuhan kulit tanpa sehelai benang menyelimuti. Sikap itu terus membesar di rasaku, tanpa berdusta aku merasakan bahagia yang besar.

"Sepertinya aku akan kesakitan selama beberapa hari,"

"Apa yang sakit?"

"Pipis."

Taehyung berdeham dengan gugup selaras dengan apa yang kubayangkan. Pria ini sebenarnya memang manis sekali.

Bercinta dengan kesan yang seperti itu, aku tidak ingat kapan terakhir kali merasakannya. Sehingga tak masalah kalau risikonya harus meringis berhari-hari ketika buang air kecil.

"Apa yang harus kulakukan kalau begitu?" Dengan polos, tak kusangka Taehyung akan mengajukan pernyataan semacam itu terhadapku.

Apa dia tak berpengalaman?

"Maka beri aku obat penawarnya?"

"Haruskah aku membelinya di apotek?"

Alisku bertaut dengan jeda. Berkali-kali mengajukan protes di dalam hati, dan tak percaya terhadap omongannya.

Kutatap matanya dengan serius. "Obatnya tidak tersedia di apotek." Lalu berbisik kecil, "Jilati aku,"

***

Kami manis malam ini, dan sama-sama masih punya merah bersemu di pipi masing-masing. Taehyung adalah penjilat yang handal. Atau mungkin bukan, itu pasti karena dia yang melakukannya, dan mungkin cuma itu alasannya.

Sebelum pergi melesat dengan Mustangnya Taehyung tersenyum lebar melambaikan tanganya padaku. Kepergiannya meninggalkan rindu yang meledak pada diriku. Bahkan, aku masih dapat merasakan basah dari bibirnya yang mengecup bibirku. Tapi aku tetap begitu merindukannya.

Ponsel pada saku jaketku berbunyi, sebelum aku sempat menaiki tangga. Ternyata pesan dari Taehyung.

Taehyung
Sebentar...

Kukerutkan dahi, tak mengerti mengenai maksud dari isi pesannya. Sampai dapat kudengar decitan mobil, kuputar leher untuk memastikan. Terkejut mungkin bukanlah masalah, tetapi caraku memanjat harapan tak pernah kusangka akan dapat respon secepat ini.

Yah, sebelumnya aku berkata masih sangat merindukannya. Dan saat ini, Taehyung kembali.

Berjalan keluar dari pintu Mustangnya menghampiriku dengan langkah yang besar, dan napas memburu.

Pada saat kami bertatapan lagi, Taehyung menarik pinggangku cepat. Satu tangannya menangkup pipiku. Hasrat masih punya kendalinya, jadi kami menautkan bibir dalam waktu yang sama. Keras dan kuat.

Betapa lemahnya aku saat ini, atas respon tubuh yang cepat. Rasa yang bercampur aduk meliputi hasrat, mabuk kepayang, dan ingin menahannya untuk tetap bersamaku di sini. Karena berbagai emosi itu hadir, secara tak sengaja aku menggigit bibirnya terlalu keras. Jadi aku berhenti, dan membatu sesaat.
Melepaskan ciuman kami, dan menatapnya. "Maaf," ucapku, penuh sesal.

Taehyung memberi respon yang kembali memabukkan. Cuma tersenyum, dan menggeleng kecil. "Aku datang lagi karena mau bilang satu hal padamu."

Ada banyak pesan yang sengaja kutunjukkan melalui caraku menatapnya. Binar dari mataku mungkin bisa mengeluarkan air mata haru yang deras sekali.
"Katakan saja,"

Oh, mata itu! Aku tak suka terperdaya, tapi aku kecanduan olehnya.

Sebelum menyatakan sesuatu dari mulutnya, hatiku menciut dengan rasa gemas karena Taehyung memberiku seulas senyum malu-malu khasnya. "Aku akan sangat merindukanmu,"

Kalimat itu berhasil keluar dengan sejuta dampak menguasai seluruh diriku. Suara berat memang tak menjamin sesorang akan bersikap jantan, tapi Taehyung terdengar jantan sekali di telingaku sampai-sampai aku bisa saja melebur menjadi kepingan kecil saat ini juga.

Aku tak melengkapi pernyataannya dengan sepatah kata. Tetapi, dari caraku menatap matanya dia tahu aku menerimanya dengan baik.

Adegan beberapa menit lalu kembali terulang. Menyaksikan Taehyung dua kali melambaikan tangan, tersenyum, dan melesatkan Mustangnya meninggalkan tempat. Nyatanya, aku memang tak dapat menahannya untuk tetap berada di sini bersama denganku.

Selain itu, aku juga dapat pesan lagi.

Taehyung
Aku akan kembali

Kuhela napas. "Bolehkah aku mempercayainya?"

TBC

PO ARDOUR berlaku sampe tanggal 16 Januari ya, buat yg mau ikutan silakan DM ke Instagram aku. Makasih💛

ARDOURWhere stories live. Discover now