Chapter 10: Two hearts

45.3K 3.6K 125
                                    


(Duke Winterson POV)

"Your Grace, Putra Mahkota sedang menuju ke sini dengan rombongannya."

Aku yang sedang berjalan di sekitar tempat latihan berhenti sejenak. Kupandangi Hawk yang berada tepat di belakangku, dari raut wajahnya dia tampak tidak berbohong. Kemudian aku berjalan lagi, kali ini menuju ruanganku di lantai dua sisi timur barrack.

Ada angin apa Putra Mahkota datang ke sini? Hanya melihat-lihat saja? Bukan seperti dirinya. Jelas-jelas dia sudah menyerahkan barrack seutuhnya di bawah kelolaku.

"Siapkan ruangan untuk Yang Mulia," titahku. Hawk dengan gesit meninggalkan ruanganku. Pria berambut cepak itu tahu apa yang harus disiapkan ketika Putra Mahkota datang berkunjung.

"Tuan..."

Hobs, pengawal yang berdiri di sampingku, tiba-tiba membuka mulut. Aku hanya meliriknya.

"Sepertinya Lady Dalcom ada di sini sejak tadi pagi," lanjutnya.

Alisku sedikit terangkat. Sudah lama sekali sejak kejadian di danau waktu itu Lady Dalcon tidak pernah datang lagi ke barrack. Mungkin dia sudah melupakan kejadian itu. Aku hanya diam, tidak berkata apa-apa.

Semenjak kejadian itu pandanganku terhadap Lady Dalcom berbeda. Aku pikir dia hanya gadis manja yang suka mengurung diri di rumah, tapi ternyata  cukup menarik. Kemampuannya yang cukup hebat di kalangan wanita bangsawan sempat membuatku takjub. Dia bahkan ikut mengejar pemberontak yang melukai Putra Mahkota waktu itu. Sungguh berani.

Namun, aku bingung jika berhadapan dengannya, masih ada rasa bersalahku saat tiba-tiba menciumnya. Semoga dia tidak membenciku. Aneh, aku sudah biasa dibenci orang, tapi tidak olehnya, aku tidak ingin dia memandangku dengan penuh kebencian. Di sisi lain, tingkahnya yang selalu aneh dan gelagapan jika berhadapan denganku membuatku penasaran.

Sejenak saat aku memikirkannya, Hawk datang ke hadapanku dan mengisyaratkan bahwa Putra Mahkota sudah sampai di tempat ini. Aku segera bangkit dan turun, diikuti dengan Hawk dan Hobs.

"Selamat datang, Yang Mulia." Tidak lupa salam hormat kutujukan pada pria berambut pirang yang datang bersama beberapa pengawal istana. Walaupun dia merupakan temanku sejak kecil, tapi tetap saja dia seorang Putra Mahkota Barbaria. Faktanya, di luar istana kami sepakat berbicara nonformal.

"Lama tidak melihatmu, kawan," balas Putra Mahkota.

Aku membalas seperlunya, "Ada perlu apa datang ke sini?"

"Hanya ingin saja. Sudah lama aku tidak ke sini." Pria itu mengungkap senyum, lalu memerhatikan keadaan sekitar.

"Mari, aku sudah menyiapkanmu teh," ucapku kemudian.

"Tidak, aku justru ingin berkeliling di sini."

Aku mengernyitkan dahi. Tumben sekali dia mengajakku berkeliling barrack. Apa yang dilihat di sini? Apa ada sesuatu yang ingin dibicarakan? Aku pun menaiki kudaku dan berjalan perlahan, beriringan dengan Putra Mahkota yang menunggangi kudanya.

"Duke Winterson, apa kau tidak ingin menikah lagi?"

Aku agak terkejut dengan pertanyaannya, sejak kapan dia mengurusi kehidupan pribadiku begini. Sial! Mentang-mentang dia sedang memilih calon pendampingnya.

"Sepertinya itu bukan urusanmu." Aku agak tidak senang.

"Aku penasaran saja. Pertunanganmu yang kemarin batal, bukan?" tanya Putra Mahkota selanjutnya.

"Sejak kapan kau tertarik dengan kehidupanku?"

"Aku berencana menjodohkanmu dengan bangsawan dari Golale."

Aku menghentikan kudaku. Begitu juga Putra Mahkota. Dia memandangku dengan wajah datar, seolah tidak tahu apa-apa.

"Ha! Kau mau jadikan aku sebagai umpan? Kenapa tidak kau saja?" balasku menghardik.

"Yang benar saja? Istriku saja dipilih oleh Ratu, bukan aku sendiri. Jika setuju, aku akan mengundangnya ke istana." Putra Mahkota melebarkan senyumnya.

"Kau sudah gila."

Aku segera mengalihkan pandanganku darinya. Seketika mataku menangkap seorang wanita berambut gelap sedang membidik panahnya ke arah pohon di depannya. Pemandangan itu jadi mengingatkanku dengan kejadian di danau.

"Bukankah itu Lady Dalcom?" Ternyata Putra Mahkota pun sedang memperhatikannya

Apa aku tampak seperti dia saat melihat wanita itu?

Aku sempat mengamati Putra Mahkota yang tengah memandangi Lady Dalcom dari kejauhan. Di wajahnya terlihat ekspresi kagum, takjub, entah apa itu.

Apa Lady Dalcom seistimewa itu sampai semua lelaki seperti kagum padanya? Dan anehnya lagi, aku seakan tidak suka caranya memandanginya. Ada apa denganku sebenarnya? Aku terganggu hanya dengan ini?

"Dia memang sering latihan di sini," kataku, berusaha mengalihkannya.

"Oh... kudengar hubunganmu dengannya tidak baik."

"Siapa yang mengatakannya?" Aku tersenyum miring.

"Hanya sepenglihatanku saja." Pria itu mulai bercanda denganku, tapi jujur saja aku tidak suka dia sok tahu seperti ini.

"Bagaimana jika kau kukenalkan dengan putri perdana menteri Golale yang cantik itu?" tambah Putra Mahkota.

"Berhentilah ikut campur, jangan kau ucapkan kata-kata itu lagi."

Aku sedikit muak mendengarnya. Aku memacu kudaku lagi, mendahuluinya. Sebenarnya apa rencananya sampai mau mengenalkanku pada seorang wanita? Menjengkelkan. Sepintas aku melirik ke arah Lady Dalcom lagi. Entah kenapa seperti ada magnet pada dirinya sehingga aku betah lama-lama melihatnya.

Apa dia memang secantik ini?

Tanpa sadar aku bahkan memujinya dalam hati. Benar-benar seperti bukan diriku. Seolah tahu sedang ada yang memperhatikan, mata wanita itu tiba-tiba menangkap mataku. Hanya beberapa detik, lalu dia mengalihkan pandangannya dariku dan menghentikan latihan panahnya.

Apa dia sungguh membenciku?

Aku dan Putra Mahkota kembali ke bangunan utama setelah berkeliling di lapangan itu. Aku duduk di kursiku sambil memikirkan banyak hal. Salah satunya wanita itu, Lady Dalcom. Semenjak bertemu dengannya entah kenapa pikiranku jadi kacau. Aku tidak pernah sepusing ini memikirkan sesuatu. Aku lebih suka langsung melakukan tindakan. Aku beranjak dari duduk dan berjalan menuju ruangan di samping ruanganku. Tidak kutemukan satu orang pun di sana.

"Dimana Yang Mulia?" tanyaku pada salah satu penjaga.

Tidak lama setelah berkeliling, Putra Mahkota ingin berisitirahat di ruangan yang disediakan untuknya, tapi dia tidak ada di sana. Pergi kemana dia?

"Yang Mulia sepertinya berkeliling lagi." Hawk yang menyahut, dengan lugas.

Aku pun mendekat ke jendela paling besar di ruangan tersebut. Mencari-cari sosok Putra Mahkota yang menghilang tanpa bilang padaku. Tidak susah mencarinya, mataku langsung mengarah ke tempat latihan panas di bawah sana. Dia sedang bersama Lady Dalcom.

Apa yang dilakukannya? Putra Mahkota sengaja menyapanya? Atau...

Seketika aku menjadi kesal. Aku tahu aku tidak suka melihat pemandangan itu.

***

Hai lama tidak jumpa di sini~
Masih berjibaku dg dunia nyata dan cerita sebelah🙏🏻

Yang nanya ebook/novelnya mohon maaf blm ada.

Full chapter Duke is Villain sementara baru tersedia di karyakarsa
Bisa kunjungi akun Sun di sana.
@sun_block

See ya!
Terima kasih sudah mampir😘

The Duke is a VillainWo Geschichten leben. Entdecke jetzt