5

316 14 1
                                    

***

Entah siapa yang menyebarkan, yang jelas berita kehamilan Sora telah menjadi perbincangan oleh hampir seluruh warga di kampusnya. Banyak yang terang-terangan membicarakannya, tak sedikit pula yang berkasak-kusuk.

“Jadi, dia hamil dan belum terlihat akan menikah? Yang benar saja?”

“Hey, aku bilang kan dari kemarin. Kalian melihat televisi tidak, perkiraan cuacanya sedang tidak baik. Akan ada badai yang datang. Kalian pikir bukankah kemungkinan penyebabnya adalah kehamilan Sora ini?”

“Wah, kenapa dia tidak menikah saja kalau begitu?”

“Aku dengar dia adalah korban pemerkosaan.”

“Apa?”

“Katanya sih. Bukankah kalau bukan korban pemerkosaan, seharusnya ia sudah menikah dengan orang yang menghamilinya?”

“Benar juga.”

“Kasihan sekali Sora. Walau aku tidak begitu dekat dengannya, tapi dia adalah anak yang baik dan manis. Siapa yang tega melakukan hal itu padanya?”

“Iya. Walau dia sangat galak kalau menyangkut pemotretan, tapi dia sungguh manis. Aku kasihan padanya. Kalau dia tidak menikah, maka dia harus mengasingkan dirinya jauh dari sini kan?”

“Iya kau benar. Sora, dia manis dan cantik. Kenapa dia tidak jadi model seperti yang lain ya?”

“Hey, kau naksir padanya? Kenapa tidak kau nikahi saja. Mencegah bencana juga kan akhirnya.”

“Kau jangan gila! Aku punya tunangan. Aku dulu sempat mendekatinya. Tapi saat itu aku terus tahu, kalau ia sedang menyukai orang lain. Jadi aku menyerah saja.”

“Kenapa menyerah secepat itu. Kau laki-laki bukan?”

“Pasti karena kau sadar diri kalau tampangmu tak menarik bagi Sora.”

“Hahahaha.”

Vantori mendengar percakapan beberapa mahasiswa-mahasiswi di salah satu koridor kampusnya. Ia jujur terkejut mendengar kabar kehamilan Sora telah diketahui oleh warga kampusnya. Lalu ia mendekat pada gerombolan itu.

“Apa itu benar? Sora sedang hamil?” Vantori memastikan. Dan seluruh rekannya itu kompak mengangguk. Kemudian Vantori pergi dari sana.

“Saya hamil Yang Mulia.”

“Emh, kau apa…?”

“Saya hamil anak anda, Yang Mulia. Usianya akan tiga bulan.”

“Kau laki-laki Sora!”

“Saya tahu, tapi saya memang hamil. Male-Pregnancy Yang Mulia, dan ini anak Anda! Apa yang harus kita lakukan?”

“Kalau tidak menikah, akan ada bencana yang datang.”

“Gugurkan anak itu Sora!”

“Apa?”

“Aku tidak siap untuk menikahimu Sora. Dan aku juga tidak ingin menikah dengan orang yang tidak aku cintai. Maafkan aku.”

Vantori teringat malam itu, saat Sora mengakui kalau dirinya tengah mengandung anaknya. Sejujurnya ia masih ragu dan tidak mempercayainya. Tapi setelah berita ini tersebar, entah mengapa keyakinannya runtuh. Sungguhkah Sora hamil? Anaknya? Ia langsung teringat malam saat Vantori memaksa Sora untuk menidurinya. Ia ingat ia tidak memakai pengaman dan menumpahkan benihnya dalam tubuh Sora. Bahkan ia tidak hanya sekali dua kali menyerang Sora malam itu, bahkan hingga menjelang pagi. Dia benar-benar kerasukan saat itu. Entah berapa banyak benihnya ia tabur dalam diri Sora.

COMPLETEKde žijí příběhy. Začni objevovat