1. Fu dan Kim

449 38 21
                                    

Wanita itu bernama Fyra Utami, tapi ia lebih suka dipanggil Fu. Lebih singkat dan mudah diingat. Tidak bikin lidah keseleo saat mengucapkannya.

Fu sedang menjerang air ketika ponsel Kim berbunyi. Kim adalah kekasihnya. Saat itu masih pagi, dan mereka sepakat sarapan bersama di apartemen Fu.

Fu mengernyit saat Kim membiarkan ponselnya terus berdering. Ia pun bertanya, "Kenapa nggak diangkat?"

Kim melipat koran yang baru saja dibacanya, lalu menyandarkan punggung seraya berkata, "Bukan hal penting."

Fu mengangguk, tak lagi bertanya. Tak lama kemudian terdengar bunyi berdenging dari ceret yang sedang dijerang. Fu mematikan kompor, lalu menuangkan air ke dua cangkir yang berisi kopi, gula dan creamer. Aroma kopi memenuhi mini kitchen tersebut.

"Thanks," ucap Kim saat Fu meletakkan cangkir kopi di hadapan pria tersebut. Fu mengangguk, lalu menarik kursi di hadapan Kim dan duduk di sana. Lalu keduanya duduk dalam hening, bergelut dengan pikiran masing-masing. Sesekali keheningan itu diisi oleh suara seruput saat keduanya meminum kopi milik masing-masing.

*****

"Morniiing," suara cempreng menyambut Fu saat sampai di tempat kerjanya. Suara itu milik Zeya, sahabat sekaligus rekan kerjanya. Fu membalas sapaan ceria Zeya dengan senyuman tipis.

"Kok tumben telat?" Zeya bertanya lagi, sambil menyodorkan camilan keripik kentang kepada Fu. Fu menggeleng menolak tawaran Zeya. Fu tidak seperti Zeya, yang terbiasa mengonsumsi makanan ringan dipenuhi micin.

Sebenarnya Fu tidak bisa dibilang terlambat. Jam kerja mereka baru dimulai jam 8 pagi. Namun, hari ini Fu baru sampai ke kantor lima belas menit sebelum jam kerja dimulai. Padahal jam 7 Fu sudah duduk di kubikelnya, memeriksa agenda atau merapikan berkas-berkas kerjaannya.

"Tadi mobil Kim kempes di jalan. Terpaksa ke bengkel dulu, baru nyari taksi."

"Gimana kabar Kim? Udah lama nggak ketemu."

"Baik dan sibuk."

Zeya tertawa renyah. "Kalo nggak sibuk bukan manajer namanya."

"Begitulah." Fu menjawab singkat, lalu mengenyakkan bokong di kursi kerjanya.

"Oh iya," Zeya seperti teringat sesuatu. Wanita itu mengambil sebuah map berwarna kuning dari atas mejanya, lalu memberikan pada Fu. "Dari Pak Bos, minta kamu periksa."

Fu menerima dokumen tersebut dan mengangguk. Tak lupa mengucapkan terima kasih.

"Waktunya kerja," kata Zeya saat jam menunjukkan angka 8. Wanita itu kembali ke kubikelnya, sementara Fu membuka map yang diberikan Zeya tadi.

*****

Fu masuk ke dalam apartemen dengan tangan penuh oleh kantong belanja. Tadi sepulang kerja, ia memutuskan mampir ke supermarket untuk membeli bahan makanan. Stok di kulkas sudah hampir habis. Fu terbiasa memasak sendiri makanannya. Terlebih lagi tadi pagi Kim mengatakan akan makan malam di apartemen Fu.

Setelah meletakkan kantong belanja di meja, Fu meraih gelas lalu mengisinya dengan air dari dispenser. Rasa dingin mengaliri tenggorokannya yang kering. Kemudian wanita itu berjalan ke bak pencuci, membilas gelas dan meletakkannya kembali ke rak pengering. Fu menyambar kantong belanja kembali, mendekati kulkas dan mulai menyusun bahan-bahan makanan yang tadi dibelinya.

Setelah memastikan semua bahan makanan tersusun rapi di kulkas, Fu melihat jam di layar ponselnya. Masih ada waktu kurang lebih dua jam lagi sebelum Kim datang. Fu bisa mandi dulu sebelum masak untuk makan malam mereka. Lagipula Fu tidak masak makanan yang ribet dan butuh waktu lama. Hanya ayam goreng sambal, tumis kangkung, dan perkedel kentang. Satu jam cukup untuk menyelesaikan semuanya.

Fu meninggalkan dapur, lalu masuk ke dalam kamar. Sekarang waktunya menyegarkan tubuhnya kembali setelah lelah bekerja hampir 8 jam.

*****

Ayam goreng sambal, tumis kangkung dan beberapa perkedel kentang sudah tersaji di atas meja makan. Fu tinggal menyiapkan piring, sendok dan juga gelas. Setelah itu pekerjaannya selesai. Hanya tinggal menunggu Kim datang.

Selagi menunggu Kim datang, Fu memutuskan untuk membaca novel dari penulis favoritnya yang baru dibeli pekan lalu. Kesibukan membuat Fu belum menamatkan novel setebal 300 halaman tersebut. Padahal dulu saat masih berstatus mahasiswa ia bisa menamatkan novel dalam waktu satu hari. Sekarang ia hanya bisa menikmati hobinya tersebut di waktu senggang, seperti saat ini.

Sebuah notifikasi Whatsapp masuk ke ponsel Fu. Semula ia pikir itu dari Kim, ternyata bukan. Zeya yang mengirimkannya pesan. Sebuah tautan berita.

Ini apa? balas Fu, terlalu malas untuk meng-klik tautan tersebut.

Drama terbaru Mas Leemin. Aku harus nonton!

Balasan dari Zeya itu Fu terima dalam waktu kurang dari semenit. Omong-omong Mas Leemin yang Zeya maksud adalah Lee Min Ho, aktor Korea yang selalu Zeya sebut sebagai suami masa depannya. Zeya maniak drama korea. Sementara Fu tidak. Selama ini Fu hanya tahu tentang drama Korea dari cerita Zeya. Kalau sudah membahas drama Korea, Zeya bisa lupa waktu, tapi Fu tidak pernah keberatan mendengarkannya. Mungkin inilah salah satu alasan mereka bersahabat. Zeya pribadi ceria yang selalu punya banyak bahan bicara, sementara Fu adalah pendengar yang baik.

Aku nanti dengar ceritanya dari kamu aja, ya. Fu mengirimkan balas.

Beres, balas Zeya.

Alih-alih membalas pesan terakhir dari Zeya, Fu malah melihat jam di dinding. Sudah jam tujuh lewat. Seharusnya Kim sudah datang. Tidak biasanya Kim terlambat. Apa terjadi sesuatu? pikir Fu.

Fu baru saja hendak mengirim pesan Whatsapp kepada Kim, ketika ponselnya berdering. Ternyata Kim yang menelepon.

"Assalamualaikum," Fu mengucapkan salam saat menerima sambungan telepon. Di seberang, Kim membalas salam Fu.

"Nggak apa-apa. Aku bisa makan sendiri." Ternyata Kim mengabarkan bahwa tidak bisa datang ke apartemen Fu untuk makan malam. Ada kerjaan yang belum selesai dan harus diselesaikan malam ini juga. Kim terpaksa lembur.

"Aku kirim makanan ke sana, ya," tawar Fu kemudian. Kim menolak. Pria itu bilang baru saja mengorder makanan. Sekali lagi Kim meminta maaf karena tidak menepati janji, tapi Fu mengatakan Kim tidak perlu merasa bersalah. Sambungan berakhir ketika Fu meminta Kim mengabarinya setelah pulang ke rumah.

Fu meletakkan ponsel di atas meja. Suara Sam Smith menyanyikan Stand by Me mengalun dari DVD Player yang sedang diputar. Fu menutup novel yang masih terbuka di pangkuannya, lalu meletakkannya di atas meja, di samping ponselnya. Satu tarikan napas, Fu berdiri dan berjalan menuju dapur.

Di meja makan, Fu melihat makanan yang sudah ia masakan. Fu tidak suka membuang makanan, tapi malam ini ia terpaksa melakukannya. Makanan di atas meja tersebut terlalu banyak untuk ia habiskan sendiri.

Ini pertama kalinya Kim membatalkan janji setelah lima tahun mereka berhubungan. Entah kenapa Fu merasa ada yang salah. Namun, Fu menepis perasaan itu jauh-jauh dan memilih makan dalam diam.

Tentang Kita Yang Takut Berpisah Meski Tak Lagi Cintaजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें