1장

640 42 7
                                    

"Apa kau sudah gila?!" teriak Eun Jung--wanita berambut panjang dengan paras yang menawan itu.

"Kau akan percaya jika kau sudah melihatnya sendiri! Aku hanya tidak mau kau tersakiti! Ini sudah kedua kalinya dia seperti itu, apa kau tidak puas juga?!" Sekali lagi Chanyeol menekankan. Pria itu menatap lurus wanita yang kini berdiri di depannya.

"Aku tahu kau menyukaiku. Tapi ini urusanku dan ini hidupku! Kau tidak perlu ikut campur, mengerti?!" Wanita itu kini meninggalkannya seorang diri. Menutup pintu dengan keras hingga akhirnya pria itu tidak dapat lagi melihat bayangan tubuh wanita itu.

"Kau melamun lagi?" tanya Eun Jung menatap adiknya dengan seksama.

"Hah?" Chanyeol membalikkan tubuhnya menghadap Eun Jung.

"Kau sedang melamuni apa? Aku memanggilmu berulang kali dan kau hanya diam saja." Eun Jung kini duduk di samping Chanyeol dan mengambil sehelai roti lalu mengoleskan selai di atasnya.

"Ah maaf. Aku hanya memikirkan hal yang tidak penting," ujar Chanyeol berbohong. Tentu saja Chanyeol berbohong karena dia tidak mungkin mengatakan apa yang sebenarnya sedang ia pikirkan pada Eun Jung.

"Kalau kau sudah selesai, ayo kita berangkat." Chanyeol kini beranjak dari kursinya yang kemudian diikuti oleh Eun Jung.

Pengakuan cinta itu terjadi setahun yang lalu, tepatnya saat Chanyeol menyadari ada yang salah pada dirinya saat melihat Eun Jung menangis dan bercerita mengenai pria lain.

Sejak awal bertemu Eun Jung, Chanyeol sebenarnya tidak pernah benar-benar menyetujui pernikahan Ayahnya dengan Nyonya Choi yang notabene adalah Ibu dari Eun Jung.

Ya, mereka bukanlah adik-kakak yang lahir dari satu rahim yang sama. Ibu Chanyeol sudah lebih dulu meninggalkan Ayahnya dan dirinya. Sehingga akhirnya Tuan Park memutuskan untuk kembali menikah dengan orang lain. Pernikahan ini sudah berlangsung hampir 10 tahun, namun meski begitu, sampai detik ini Chanyeol masih belum bisa memanggil Nyonya Choi dengan sebutan "Ibu".

***
"Apakah tidak ada yang tertinggal lagi?" tanya Nyonya Han—ibu Ye Ri.

"Sudah tidak ada, Eomma. Ayo cepat berangkat, nanti aku bisa terlambat. Ini adalah hari pertama sekolah dimulai dan aku tidak mau datang terlambat," ucap Ye Ri yang sudah menunggu Ibunya di ambang pintu sedari tadi.

"Iya, iya. Tunggu sebentar." Nyonya Han bergegas mengambil kunci mobil dan langsung mengantarkan anak semata wayangnya itu ke sekolah.

Hari ini adalah hari pertama semester baru dimulai setelah semua murid mendapatkan libur yang sangat panjang. Ye Ri begitu menyukai sekolahnya karena dirinya bisa bertemu dengan teman-temannya dan bermain bersama mereka.

Menjadi anak semata wayang bukanlah hal yang mudah dan hal ini membuatnya menjadi pribadi yang sangat tertutup. Ye Ri tidak mudah untuk bercerita mengenai dirinya pada orang lain. Hanya ada satu orang sahabat yang Ye Ri percayai dan membuatnya dapat terbuka, yaitu Shin Areum.

Shin Areum tumbuh besar bersama Ye Ri karena orang tua mereka dekat. Dan itu membuat Ye Ri serta Areum menjadi sepasang sahabat.

"Bye Eomma! Terima kasih sudah mengantarkanku!" Ye Ri mencium kedua pipi Nyonya Han sebelum akhirnya turun dari kursi penumpang mobil itu.

"Bye! Telpon Eomma jika terjadi sesuatu, mengerti?!"

"Aku sudah besar. Tidak akan ada yang terjadi padaku." Ye Ri berjalan menjauhi mobil tersebut. Langkahnya dengan tegas memasuki gerbang sekolah.

Ini adalah tahun kedua Ye Ri bersekolah, yang artinya tinggal setahun lagi Ye Ri bisa merasakan mengenakan seragam sekolah seperti ini. Sebenarnya banyak sekali hal yang ingin Ye Ri lakukan saat dirinya duduk di bangku SMA ini.

ArcaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang