0.6 : Warteg malapetaka

32 4 51
                                    

"Ya elah, masa tutup." Kata Michael dengan nada kecewa sekaligus kesal yang cukup berlebihan jika digunakan pada kantin yang tutup.

Hello! Kantin tutup enak kali. Kami bisa membeli makanan diluar gerbang sekolah, bahkan di daerah sekeliling sekolah. Walaupun hanya di Sekolah Dasar sebelah sekolah kami, kantin karyawan mall yang berada di kawasan mall di seberang sekolah, ataupun di warteg yang berada di depan tempat parkir motor yang sekaligus tempat anak nakal SMA sekolahku nongkrong.

Walaupun nakal, mereka sangat asik, humble, baik hati, tidak sombong, dan tampan. Aku berteman dengan beberapa anak SMA yang merupakan teman-teman dari Ka Jonah. Jika pulang sekolah, aku sesekali mampir untuk membeli tumis kerang ijo dan tongkol balado yang sangat enak di warteg itu. Sesekali pula mereka yang sedang nongkrong di warteg membayarkan makanan yang kubeli. Baik sekali bukan?

Aku sayang kaka SMA.

"Warteg ga?" Tanya Michael seperti leader genk kami.

Genk pinky.

Tidak jauh. Hanya satu klinik 24 jam, satu Indomaret, dan satu foto copy-an yang menjadi jarak dari sekolah kami ke warteg murah meriah tujuan kami. Tapi jalan menurun yang sedikit curam dengan jalan setapak yang lembab menjadi tantangan dalam perjalanan ini.

"Jonah, sini lu!" Luke berteriak yang pasti kepada calon pacarku, Ka Jonah, yang aku tak tahu ada dimana.

Aku segera berlari ke warteg karena tidak ingin bertemu Ka Jonah. Ingat yang aku lakukan di akhir part 3? Aku masih malu jika memikirkan itu. Aku masih tidak tahu harus menaruh muka ku dimana jika bertemu Ka Jonah.

Gelak tawa terdengar kencang dari luar warteg. Ternyata Luke menjahiliku. Tidak ada Ka Jonah diluar sana. TAPI DIDALAM WARTEG. Ia sedang makan pisang goreng sambil memaikan ponselnya. Beruntung Ia tampak tak peduli pada sekitar. Namun keuntungan itu terjadi sebelum Luke menyapa Ka Jonah dan memberitahu bahwa ada aku juga di warteg ini.

Luke tai.

Aku tersenyum hambar pada Ka Jonah dan melempar tatapan 'abis makan lu mati' kepada Luke.

Kami makan dalam diam. Hanya dentingan sendok dan garpu yang menemani keheningan. Apakah karena ada Ka Jonah? Apakah karena hari ini aku terlihat lucu dengan ikat kepala gemoy berwarna merah seperti anak e-girl?

Aku lucu kalian diam.

"Bu, nambah deh."

Astagfirullah.

Tau ga yang ngomong itu siapa dan dalam situasi apa?

Saat kami baru memakan 5 sampai 6 suapan dari sepiring nasi dan lauk pauk yang kami pesan, Michael sudah berencana untuk menambah piring ke-2 dari satu porsi nasi dengan lauk yang sama dengan piring sebelumnya. Tempe orek, dan tumis taoge tahu, juga 2 buah bakwan yang sudah berada di perut Michael saat tadi menunggu giliran untuk memilih lauk.

"Gila." Gemali berbicara mewakili kami semua yang ada di warteg ini.

Keheningan hilang. Sebagian kami tertawa dan sebagian lagi ngata-ngatain Michael.

"Eh, gua punya tebak-tebakan." Ntah mengapa aku sangat ingin menebarkan kebahagiaan lewat tebak-tebakan yang terlintas di kepalaku semalam.

Semua orang, termasuk Ka Jonah memasang muka menunggu. "Kacang, kacang apa yang terlambat?" Aku tertawa dengan keras setelah melempar tebak-tebakan yang sangat lucu ini.

Beberapa jawaban datang namun tidak ada satupun yang benar. "Kacang, kacang apa yang terlambat?" . "Kacang kedelay! HAGGHAGAHA!!"

Aku mengelap air mata yang menetes sangking lucunya tebak-tebakan ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Permanent Vacation • 5SOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang