19 : Gunting Aja

96 19 4
                                    


Sesuai dugaan tetangga garis miring temen sebangku laknat gue, anak-anak pada 'cie-cie' tiap gue ngomong sama Artha atau waktu Artha minta sesuatu ke gue. Mereka pada senyum-senyum macem ibu-ibu yang bangga lihat anaknya deketin anak temennya.

"Gue nggak nyangka kalo lo pernah jadi mantan Artha--AKH!"

Cuma butuh satu detik buat buku catatan Artha yang tebalnya (mungkin) setebal dosa dia buat bersarang di kepala Krisna. Tentu aja, cowok yang hobinya menyebarkan dusta dan nyari gratisan itu udah guling-guling di lantai sambil megangin kepala dia seolah baru aja ditimpuk pake batu bata--yang mungkin rasanya sama dengan buku catatan keramat punya Artha.

Fyi, buku catatan Artha itu 4 buku tulis yang isinya 58 lembar, dijadiin satu. Caranya? Tinggal pake staples. Asal lo nggak modal malu aja sih tiap buku catatan diperiksa sama guru.

Nggak percaya kalo Artha yang gitu ternyata rajin? Sama, gue juga masih menolak untuk percaya.

"Mantan apaan? Gue sama Sei sepupuan kali." Artha cuma ngelirik Krisna yang masih mendramatisasi kejadian barusan, sebelum ngelanjutin rebahannya dia yang tertunda.

"Hati-hati lo Kris, jangan sembarangan nyebar dusta soal Artha ke anak lain. Lo lupa, kalo di atas uang jajan lo yang nggak seberapa itu, masih ada rekening bokap Artha yang isinya miliaran?"

Seketika Mawar ngakak bareng Adora waktu Bobby baru aja nampar Krisna pakai kenyataan.

"Iya. Lagian udah jadi rahasia umum, upil sama Artha sepupu--lihat aja dari tinggi badan mereka, udah genetik banget."

Bangke, siapa yang berani bawa-bawa tinggi badan--oh. Temen sebangku laknat gue udah muncul rupanya.

"Lo baru dateng udah minta gue sunat lagi ya?"

Alis Rei terangkat begitu dengar omongan gue. "Yakin lo berani nyunat gue?"

Gue ngangkat bahu, "Tinggal gunting doang kan?"

"...lo pikir burung gue kertas lipat apa?"

"Emang bener kan? Tinggal digunting kan?"

Bobby, Krisna, Rei--dan bahkan Artha yang daritadi rebahan--seketika ngeliatin gue dengan tatapan kasihan. Mereka semua geleng-gelengin kepala--cuma Artha yang nggak ikut gelengin kepala, cowok itu malah balik rebahan. Seketika, Bobby nepuk-nepuk pundak Rei.

"Sabar ya, calon lo butuh banyak pelajaran reproduksi."

Belum sempat gue nyautin gigi kelinci satu itu, tiba-tiba aja Mawar teriak dengan suara cemprengnya.

"GUE BISA AJARIN PILUS SOAL REPRODUKSI"

Rasanya gue pengen tenggelam aja waktu Mawar selesai teriak.

Masalahnya, cewek itu teriak waktu guru kimia gue buka pintu kelas--dan di belakang guru gue, ada Rajendra yang lagi bawa tumpukan kertas. Dua manusia berjenis kelamin pria ini kelihatan kaget banget, dan dua-duanya langsung ngeliatin gue. Entah kenapa gue bisa ngerasain tatapan usil dari guru kimia gue yang hobinya cerita pengalaman percintaannya waktu masih muda.

"Seina--"

"SEI BILANG MAU SUNAT REIKI LAGI PAK"

"KATANYA 'TINGGAL GUNTING' PAK"

Seisi kelas gue jadi pada heboh, dan bikin gue pengen banget gebukin mereka satu-satu. Heboh karena pada berlomba ngadu ke guru gue perihal burung Rei yang mau gue gunting.

Guru kimia gue cuma geleng-gelengin kepala, balik noleh ke Rajendra yang ikut cengar-cengir nggak jelas kayak penduduk laknat kelas gue. "Rajendra, kamu tolong taruh kertasnya di atas meja situ terus kamu bisa balik ke kelas."

Di tengah keributan kelas, gue bisa lihat Rei yang disikut Bobby dan manusia bergigi kelinci itu ngelirik Rajendra sambil gerakin dagunya ke arah junior itu--ngasih isyarat ke Rei buat lihat Rajendra. Rei sendiri seolah nggak ngerti--atau nggak mau ngikutin isyarat Bobby--dan sibuk sama handphonenya.

"Ciee, yang pangerannya menang berantem kemarin."

Gue melotot begitu dengar Mawar yang senyum-senyum sambil colek-colek pipi gue. "Serius lo kemarin mereka beneran berantem sampe selesai?"

"Nggak, cuma lo harus lihat Rei--"

"LOH? ITU BUKANNYA ADEK YANG KALAH SAMA REI KEMARIN YA?"

Gara-gara pengumuman Krisna yang suaranya ngalahin speaker sekolah, semua mata sekarang tertuju ke Rajendra yang baru aja naruh tumpukan kertas di atas meja guru. Pak Jun--guru kimia gue--langsung aja kelihatan kayak ibu-ibu yang baru aja dengar gosip ter-hot di komplek.

"Ada apa kemarin? Kok Bapak nggak dengar apa-apa dari guru lain?"

"KEMARIN REI SAMA ADEK ITU NGEREBUTIN SEINA PAK!"

...pindah sekolah sekarang telat nggak sih?

Teman Sebangku Laknat ✔Where stories live. Discover now