★ 05 | Against contract marriage

626 100 18
                                    

[ Underneath the Sunrise UPDATE ]
Yuk, komen yang rame dan penuh semangat.

Happy reading.

•••

Lucia melempar tubuhnya ke ranjang. Memeluk bantal dan meremas-remas benda itu sekuat tenaga. Ia menunduk. Menenggelamkan wajahnya yang memanas. Semakin sulit mengatur napas, bentuk tubuh beserta aroma maskulin milik Matteo terasa semakin dalam, menekan isi kerongkongan. Lucia tercekat. Sesak napas oleh perbuatannya sendiri.

"Dia menyentuhku. Dia menyentuhku untuk pertama kalinya." Lucia mengerang. Menarik kuping yang ikut memanas. "Astaga. Perutku terasa sangat kenyang. Ah. Aku tidak mau makan, minum ataupun menggosok gigi. Tidak ada yang boleh menyentuh bibirku. Ini bekas tangan Theo," teriak Lucia. Menghentak-hentak tubuhnya di ranjang. Sibuk sendiri memikirkan Matteo.

Ah! "Aku butuh udara. Angin yang kencang dan segar," ucap Lucia. Berlari menuju balkon untuk menghirup kebebasannya. Ia mendongak, menatap bulan yang seolah ikut tersenyum. Malam terasa hangat, menyelimuti tubuhnya yang kecil, berlapis gaun tipis.

Sedetik kemudian, Lucia berpaling. Menoleh kiri balkon. Namun, ia terdiam membisu. Lagi-lagi menemukan pria yang membuat jantungnya berdebar kencang. Matteo di sana. Terbatas tembok kaca tebal, tengah menghisap sebatang cerutu. Sibuk bersama pikiran yang sulit ditebak.

Lucia menelan saliva, waktu Matteo mengerling. Mendadak menatapnya. Sungguh dingin dan penuh arti. Matteo menarik keluar cerutu di mulutnya, sengaja mengepulkan asap.

"Theo," ucap Lucia. Tersenyum lebar. Tapi, pria itu bungkam. Terlalu malas untuk menanggapi. Kemudian menaruh sisa cerutu ke dalam asbak kaca di sebelah nya dan kembali pergi mengurung diri.

Kini, Lucia sendiri. Tercengang sepi bersama harapan yang memudar. Matteo selalu begitu, seakan takut di dekatnya. Tapi, tetap saja. Perasaan milik Lucia pada Matteo sangat mutlak. Entah ini karena dia belum memahami betapa kacaunya dunia percintaan, atau terlanjur menaruh perasaan pada pria tersebut. Masing-masing memiliki arti yang luas. Lucia belum menyerah.

***

Alicia terlihat mondar-mandir. Bergerak di sudut ranjang sambil menggigit ujung kukunya. "Tidak bisa, George. Lucia belum saatnya menikah," ucapnya parau.

"Aku tahu, tapi aku harus melakukan ini untuk melindunginya."

"Melindungi? Dengan memaksanya menikah di usia muda? Pernikahan itu berisiko, George. Dia belum matang dari segi psikologi dan reproduksi."

George mengulum bibir, dengan berat hati bergerak mendekati Alicia. Dia tahu, pembahasan ini akan sensitif. Namun, George tidak ingin menunggu hingga mereka pulangpulang ke Bogota. George harus memberi keputusan yang tepat.

"Alicia, aku sangat paham pada kekhawatiranmu. Tapi, Moray terlalu berbahaya."

"Semua salahmu. Kenapa malah mengajak putriku ke sini dan melibatkannya ke dalam masalah? Kau sudah berjanji padaku, George. Kau bisa melanjutkan semua ini, asalkan, jangan ganggu putriku!" teriak Alicia gusar. Menggenggam kedua tangannya begitu erat.

"Aku minta maaf, Alice. Aku benar-benar minta maaf. Tapi, semua sudah terjadi. Aku tidak bisa mengelak," ucap George penuh keyakinan.

"Akan ku bunuh pria berengsek itu jika dia berani menyentuh putriku," kecam Alicia.

"Aku bisa melakukannya jika kau mau, Alice. Tapi bisnisku, sedang dalam masalah sekarang. Moray adalah satu-satunya jalan, dan aku tahu, aku bukan seorang ayah yang baik, karena melibatkan kedua anakku di dalamnya. Namun, jangan khawatir. Aku punya nama yang cocok untuk melindungi Lucia. Aku yakin kau setuju denganku."

Underneath the SunriseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang