★ 13 | Honeymoon

821 113 52
                                    

[ Underneath the Sunrise, UPDATE ]

Semula, Matteo tidak tahu, bahwa George Savalas akan mengirimnya bersama Lucia di penghujung musim gugur Dolomites, pedesaan utara Italia, yang kaya akan pemandangan menakjubkan

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Semula, Matteo tidak tahu, bahwa George Savalas akan mengirimnya bersama Lucia di penghujung musim gugur Dolomites, pedesaan utara Italia, yang kaya akan pemandangan menakjubkan. George bahkan menghadiahkan penginapan tiga malam, berupa cottage di dataran tinggi, tepi pegunungan. Danau berwarna biru toska, pohon pinus yang menguning, situs sejarah, serta hamparan rumput hijau luas menjadi pusat pemandangan terbaik yang dapat dinikmati sejelas-jelasnya.

“Ah. Cantik sekali. Aku belum pernah lihat yang seperti ini di Bogota,” ucap Lucia, penuh semangat. Menari di tengah ruangan kaca yang mendominasi.

Matteo minggir ke balkon, melihat-lihat danau yang tak begitu jauh.

“Om, kita tidur seranjang, 'kan?” Tanya Lucia. Telah melepas jaket tebal yang menutupi separuh tubuhnya. Meninggalkan knit ungu dengan punggung terbuka lebar.

Matteo menoleh. Menatap gadis itu di antara ranjang berukuran sedang. Dia membisu, tak dapat bercakap lebih banyak. Jujur, Matteo tak memahami isi pikirannya, pernikahan yang di minta George sebagai balasan masa lalunya ini, sungguh tak membuat nya keberatan.

“Ya!” akhirnya Matteo menjawab. Setelah Lucia hampir berjalan mendekati nya.

“Kalau begitu, aku bisa peluk, 'kan?” Lucia berkata dengan riang. Membuat Matteo terdiam dilema. Lucia tersenyum lebar, segera mengambil langkah kencang demi mendekati Matteo dan langsung memeluk pria itu. “Terimakasih, karena mengajakku ke sini.”

Matteo membeku. Hanyut dalam kebisuan yang ia ciptakan sendiri. Dia tak tahu harus melakukan apa, balas memeluk Lucia atau sebaliknya. Sampai, dalam detik ke sepuluh, Matteo akhirnya memilih. Dia mundur, melepas Lucia, penuh kehati-hatian dan lembut.

“Aku harus pergi,” kata Matteo. Singkat.

“Kemana? Jadi, aku?” Lucia mendelik cemas. Bagaimanapun kondisinya, Lucia tak ingin tersesat di dalam negara asing ini, apalagi terjebak bersama ruangan besar tak berpenghuni.

“Tunggu di sini!” kata Matteo parau. Lekas berjalan menuju pintu.

“Tapi, Om. Janji jangan lama, ya!” kata Lucia. Menaruh harapan. Menatap pria itu lekat.

Hm— Matteo mengangguk. Lalu menarik gagang pintu untuk pergi. Tapi, baru saja selangkah dia bergerak, Matteo berhenti. Menoleh Lucia yang menatapnya murung. Gadis itu menarik sudut bibirnya. Menahan senyum.

Ck! Matteo berdecak. Memijat keningnya sedikit. “Pakai jaketmu dan ikut aku!” ucap Matteo. Membuat Lucia spontan membelalak.

“Aku boleh ikut?” Lucia tersenyum.

“Cepat!” desak Matteo. Melambaikan tangan, seakan manggil bocah kecil yang meminta permen darinya.

Okay!” sigap, Lucia melompat. Menarik jaket dan mendesak tubuhnya untuk segera sampai pada Matteo. Pria itu memegang nya. Menyentuh jari-jemarinya tanpa di minta. Lucia berdebar, salah tingkah.

Underneath the SunriseOù les histoires vivent. Découvrez maintenant