Ketua Umum Keluarga Bobrok

2.1K 365 50
                                    

"Haru, anterin Nenek ke kota, Yuk."

Haruto yang sedang berbicara pada seseorang melalui ponselnya seketika menoleh kepada Sang Nenek. "Ngapain, Nek?"

"Jalan-jalan," jawab Nenek tenang, wanita tua itu sudah rapi layaknya anak muda. "Kamu gini aja udah, tinggal nunggu Ella."

"Ra, ntar aku telpon lagi..." bisik Haruto pada ponselnya yang sedari tadi memang sedang terhubung dengan panggilan suara bersama seseorang. "Ayok Nek. Mau pake mobil siapa? Uto yang bawa."

"Nih, sekalian panasain mobil Nenek. Sayang gak pernah dipake."

Mengambil kunci mobil yang neneknya berikan, Haruto langsung melompat dengan semangat menuju garasi keluarga di samping. Nenek sendiri masih menunggu satu cucu perempuan lainnya.

"Neneeeek, tunggu..." Nenek hanya mengangguk saja, wanita tua itu melambaikan tangannya kepada Ella yang berlari dengan kencang untuk menghampirinya.

"Ntong lalarian, ngkin labuh!" (Jangan lari-larian, nanti jatuh!) Ella hanya menyengir saja, perempuan berwajah campuran eropa itu kini sudah memeluk lengan Sang Nenek dan keduanya berjalan beriringan menuju garasi mobil dimana Haruto berada.

Dua cucu kesayangan Nenek. Haruto dan Ella. Terlepas mereka bukan berasal dari bibit anak-anaknya, tetapi Nenek menerima mereka dengan sangat baik.

🍓

Rumah sakit swasta yang cukup besar merupakan tempat pertama yang Nenek dan dua cucunya datangi. Haruto dan Ella sebenarnya merasa heran. Haruto bahkan takut kalo dia akan disunat untuk kedua kalinya.

"Nek, kita kesini ngapain?" tanya Haruto menunduk kepada Sang Nenek yang memang lebih pendek darinya. "Suntik mati Ella ya?"

Ella yang adem ayem sedang waras seketika mendelik kepada Haruto. Gadis cilik itu dengan kesal memukul Haruto. Sedangkan yang dipukul tentu saja menghindar dan berlari hingga terjadi kejar-kejaran antara dua manusia tak tahu malu itu.

"Uto, Ella, ntong lalarian!" (Uto, Ella, Jangan lalarian!) Nenek berusaha menahan pita suaranya agar tidak berteriak. Bahaya cuy kalo teriak, ini mereka ada di rumah sakit soalnya. Bukan cagar alam.

"Neeek, Kak Utonyaaa..." tentu saja Ella yang mengadu, Haruto sendiri yang biasanya suka mengadu hanya bisa nyinyir tanpa suara karena dibandingkan Ella tentu saja ia lebih tua.

"Ntos, ntos! Ntong pasea bae." (Udah, udah! Jangan berantem aja.)

"Tau tuh Kak Uto!"

Untuk Nenek, semoga darah tinggimu tak semakim tinggi. Lebih baik sekarang bergegas ke dokter saja agar tak semakin emosi dan mendapatkan obat yang bisa menurunkan tekanan darah.

"Uto, kamu mending ke kantin sana. Cari makanan."

Haruto yang sudah jalan di depan Nenek, langsung berbalik menoleh kepada Sang Nenek. Lengannya terulur untuk meminta uang. Sedangkan Nenek dengan santai mengeluarkan selembar uang berwarna merah muda dan memberikannya kepada Haruto.

"Ell sama Nenek aja, nanti kalo kalian bareng ke kantin yang ada malah ribut di sana." Ella hanya mengangguk, masih tetap menggandeng tangan Sang Nenek. Sedangkan Haruto sudah berjalan menjauh menuju kantin rumah sakit yang berada di belakang.

"Nenek, kenapa Nenek ke rumah sakit? Emang Nenek sakit?"

Keduanya kini sudah duduk di ruang tunggu, mengantri untuk bagiannya masuk ke ruangan dokter. "Justru karena Nenek gak mau sakit, makanya Nenek harus sering ke rumah sakit."

COUSIN 2.0✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang