02¦ Kertas

2.1K 250 54
                                    

Mitsuki tersenyum hingga matanya bertambah sipit. "Terima kasih, Paman."

Sarada ikut berterima kasih sambil menerima bungkusan taiyaki yang sejak beberapa waktu lalu ia nantikan.

"Punyamu kenapa belum diambil, Boruto?" Mitsuki lekas menyadari bahwa Boruto belum mengambil taiyaki pesanannya.

"Omong-omong, kalau kita belikan taiyaki untuk Kawaki juga, bagaimana?" Sarada ikut berbalik guna menatap Boruto. "Sekalian kita jemput dia ke rumahmu untuk pergi bersantai ke danau."

Boruto yang ditatap oleh kedua temannya sempat terdiam sesaat, kemudian ikut mengambil taiyaki yang sudah disodorkan oleh pedagangnya. "Terima kasih, Paman."

Sarada menelan taiyaki yang ada di atas lidahnya. Ia mengernyit tipis menatap Boruto, pasalnya sejak kejadian jatuhnya pot bunga tadi, cowok itu jadi tak banyak bicara. Selain itu, wajah Boruto juga terlihat pucat—Sarada baru menyadari hal ini.

"Kawaki sedang tidak ada di rumah." Boruto menjawab pertanyaan Sarada yang harusnya dijawab sejak tadi. Cowok itu menggigit taiyaki-nya.

"Tapi, tadi pagi Kawaki ada di rumah, 'kan?" sahut Sarada, masih berusaha memastikan bahwa wajah Boruto memang pucat.

"Ada, tapi tadi pagi katanya dia akan pergi ke luar." Boruto berbalik guna memimpin jalan teman-temannya.

"Ooh." Mitsuki bergumam sebelum menggigit kembali taiyaki-nya yang tinggal separuh.

"Setelah ini kita langsung pulang?" tanya Boruto.

"Pulang saja," jawab Sarada cepat.

Mitsuki mengangguk. "Lagipula, kuperhatikan wajahmu terlihat pucat, Boruto. Kau sakit?"

"Nah!" Sarada mengangguk setuju pada ucapan Mitsuki. Gadis itu ikut menunggu jawaban Boruto terkait kebenaran dari wajahnya yang pucat.

Boruto mengernyit. "Hah?"

"Kau sakit?" ulang Sarada.

"Apanya yang sakit? Aku baik-baik saja. Memang wajahku pucat?" Boruto menurunkan taiyaki yang tadi hampir masuk ke mulutnya. "Sumpah, aku baik-baik saja."

"Wajahnya pucat, 'kan, Sarada?" Mitsuki menatap Sarada sekilas, yang dibalas gadis itu dengan anggukan tegas sebagai afirmasi.

"Tapi sumpah aku baik-baik saja." Boruto mengernyit.

Sejenak Boruto, Sarada, dan Mitsuki saling diam, kemudian Sarada memecah keheningan. "Kita bubar saja, pulang ke rumah masing-masing. Kau butuh istirahat, Boruto. Aku yakin kau sakit."

Mitsuki mengangguk setuju. "Malam itu, kutebak kau kehujanan, 'kan, Boruto? Ayo pulang, istirahat supaya lekas sembuh."

"Kalian ini apa-apaan? Tadi janji ingin pergi ke danau untuk bersantai, tapi sekarang malah—"

"Kau sakit, Baka!" Sarada menyentil dahi Boruto jengkel. "Bagaimana mungkin kita pergi ke danau bersama kau yang sakit begini?"

"Tapi aku tidak sakit!" bentak Boruto. Pikirannya penuh saat ini, dipancing berdebat membuatnya cukup tertantang dan marah.

Sarada mengernyit, tumben Boruto membentak.

Mitsuki berkedip satu kali. "Em, ya sudah, kalau begitu kita bisa pergi ke danau dan bersantai untuk hari ini." Mitsuki menoleh pada Sarada. "Ayo, Sarada, mungkin hanya perasaan kita bahwa Boruto terlihat pucat. Bagaimanapun juga, Boruto yang lebih tahu keadaan dirinya."

Future? [BoruSara Fanfiction]Where stories live. Discover now