03¦ Masih Ragu

2.1K 248 44
                                    

"Sejak tadi pagi anak itu belum bangun, 'kan?"

Kediaman Uzumaki cukup ramai hari ini. Ada Sarada dan Mitsuki yang kebetulan datang guna menjemput Boruto. Kawaki juga ada di rumah dan sibuk menonton televisi bersama Himawari, sedangkan Hinata lebih memilih untuk membaca buku meski ia juga duduk di depan televisi.

"Himawari, panggilkan Boruto. Bilang bahwa Sarada dan Mitsuki datang menjemputnya."

Himawari lekas bangun dari duduknya. "Tapi, sejak tadi pagi kamarnya sunyi. Ayah coba datang ke kamarnya saja, seperti tak ada orang." Gadis empat belas tahun itu bicara sambil berjalan menuju tangga.

Naruto—Hokage Ketujuh sekaligus kepala keluarga dari rumah ini—terlihat menoleh ke arah Himawari. "Panggilkan saja, Himawari. Kalau dia tidak bangun juga, baru Ayah yang ke sana."

Sarada dan Mitsuki saling lirik.

"Duduk dulu, Sarada, Mitsuki. Oh iya, tadi kalian mau pergi ke mana?"
Hinata menutup bukunya sambil tersenyum ramah. Tangan kanannya menyimpan buku di atas meja.

"Mau ke rumah Denki, Bibi." Sarada turut tersenyum.

"Denki kabarnya sakit sejak dua hari yang lalu, Bi, tapi aku dan Sarada baru tahu sejak pagi tadi," tambah Mitsuki.

"Denki?" Naruto mengernyit. "Dia sakit apa?"

"Kami juga tahu beritanya dari Chouchou, Nanadaime. Kata Chouchou, sih, Denki hanya demam pilek karena kehujanan." Sarada menoleh pada Naruto.

"Hujan belakangan ini memang berpengaruh pada kondisi kesehatan warga. Banyak yang datang ke rumah sakit dengan keluhan damam, batuk, atau pilek. Aku tak menyangka bahwa sekelas shinobi juga ada yang terkena demam di musim hujan kali ini." Naruto melipat tangannya di depan dada.

Ketika Sarada akan membalas ucapan Naruto, mendadak dari tangga terdengar suara derap langkah terburu-buru. Langkahnya terus mendekat, hingga terdengar jelas di lorong menuju ruang keluarga.

Kawaki mengganti siaran televisi dengan santai. Kakinya diluruskan ke bawah meja. Paling itu suara langkah kaki Himawari yang berlari karena dikejar oleh Boruto, begitu pikir Kawaki.

"Oh iya, Papamu ada di rumah, Sarada?" tanya Naruto.

"Tadi, sih, ada, Nanadaime, tapi siang ini dia bilang akan pergi ke laboratorium untuk mengambil sesuatu."

Naruto diam sejenak. "Mungkin dia akan mengambil pedang yang tempo hari Katasuke promosikan. Sasuke bilang dia akan melakukan uji coba pada pedang itu dengan dirinya sendiri. Seharusnya Boruto ikut dengannya, 'ttebayo."

Pintu dapur dibuka dengan cepat dari arah luar, hingga timbul suara cukup keras dari sana. Ketika Sarada menoleh heran, ia dapati di sana ada Boruto yang berdiri dengan kaus putih dan celana panjang hitam. Air wajah Boruto serius sekali meski pakaiannya jelas terlihat santai. Iris biru pemuda itu menatap Sarada tanpa kedip. Sebelah tangannya menopang tubuhnya di daun pintu, seolah ia lemas sekali hingga butuh penopang tubuh.

"Baru bangun?" Kawaki yang pertama kali angkat suara.

Hinata menatap Boruto heran. "Kau kenapa, Boruto-kun?"

Himawari muncul di belakang Boruto dan lekas menggaruk pipinya kebingungan. "Dia bangun tidur benar-benar dalam kondisi panik. Padahal aku membangunkannya pelan-pelan. Kau kenapa, sih, Boruto-nii?"

Future? [BoruSara Fanfiction]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt