08¦ Lancar

1.7K 221 44
                                    

"Mereka sepasang suami-istri."

Mitsuki mengangguk paham sambil terus menatap Sada dan Yuri yang berjalan santai di sekitaran vila. "Bulan madu, ya?"

"Kurasa begitu."

Mengangguk lagi, Mitsuki kemudian melirik sekitar. Suasana pagi di Mizūmigakure ternyata memang cantik. Dari vila di dataran tinggi yang mereka tempati, pemandangan terlihat begitu jelas. Di bawah sana ada hutan yang terlihat masih begitu alami meski jelas ada jalan setapak yang sengaja dibuat di balik sana. Mizūmigakure tidak sekecil apa yang Mitsuki bayangkan. Ini luas, seperempat luas Konoha, mungkin.

"Di mana si Bodoh?" tanya Sarada. Ia bahkan sudah hampir selesai sarapan, sedangkan Boruto belum keluar kamar.

"Masih tidur, dia kurang tidur sejak kemarin."

"Kenapa bisa?" heran Sarada.

Mitsuki menoleh sambil menggilas potongan daging dengan giginya. Ia menelan makanan itu sebelum angkat suara. "Ya, kurang tidur. Dia bolak-balik keluar kamar untuk memastikan keadaanmu. Kalau bolak-balik begitu, mana mungkin tidurnya nyenyak."

Sarada tersedak karena ucapan Mitsuki. Gadis itu meneguk air dengan terburu-buru, tapi sayang air di gelasnya tinggal sedikit. Mitsuki bergegas mencari air minum kemasan untuk Sarada, tapi sebelum ia sempurna bangkit, Boruto sudah datang dengan segelas air dan ransel hitam di punggung.

"Minum. Kenapa bisa tersedak begini, sih?" heran Boruto.

Sarada meneguk air minum yang Boruto bawakan secepat mungkin. Tenggorokannya sampai sakit karena tersedak.

Boruto melirik menu sarapan Sarada yang dominan diisi sayuran, kemudian menu Mitsuki yang dominan diisi daging ayam. "Tidak ada yang memakan pasir, kok, di sini. Kenapa kau tersedak seolah habis menelan pasir dattebasa?"

Sarada meletakkan gelas di meja, kemudian melirik Boruto sinis. "Pergi dan ambil makananmu, sana. Jam sembilan nanti tur akan dimulai."

Boruto mengedikkan bahunya, kemudian duduk di samping Mitsuki. "Aku kenyang."

"Hah?" lirih Sarada.

Kini cowok keturunan Uzumaki itu meletakkan kedua siku tangannya di atas meja. Kerangka badannya ditegakkan agar dagunya dapat ditopang oleh kedua tangannya. Mata birunya pun menganalisis keadaan sekitar melalui jendela vila. Lama Boruto menatap pemandangan tanpa peduli pada obrolan Mitsuki serta Sarada, hingga, kedua rekannya itu pergi karena sarapan mereka telah usai. Boruto masih betah menyapu pemandangan dengan matanya.

"Boruto, ini sarapanmu."

Mendadak sepiring makanan tersaji di hadapan Boruto, yang membuatnya kontan mengangkat kepalanya.

"Cepat, sarapan." Sarada melipat kedua tangannya di depan dada sambil balas menatap Boruto.

Boruto diam. Iris birunya tak berkedip menatap Sarada, memindai raut gadis itu hingga benaknya merasa bahwa ternyata gambaran Sarada pagi ini tercetak di kertas pemberian Peramal Tua tempo hari. "Ini?"

Sarada mengernyit keheranan. Sebelah tangannya lekas melambai di depan wajah Boruto. "Boruto?"

Boruto berkedip pelan. Wajahnya lekas dipalingkan ke arah sepiring sarapan, dan dengan cepat ia mulai mengambil sumpit. Dari ekor matanya, Boruto sadar bahwa tingkahnya ini berhasil membuat Sarada keheranan. Gadis itu kini duduk di sebelahnya dengan alis mengerut tipis. Boruto pun bergegas makan sebelum Sarada sempat berani menyuarakan kebingungannya.

Future? [BoruSara Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang