11¦ Genggam Tanganmu

1.8K 235 127
                                    

"Boruto!" Nao berseru khawatir.

Sarada diam, menjatuhkan kunai di tangannya ketika melihat Mitsuki yang menendang kemudian mengalirkan raiton kuat guna menghentikan gerakan serigala itu. Sarada diam, tak berkedip menatap bahu Boruto yang terkoyak akibat serangan serigala.

"Boruto?" Mitsuki menghampiri Boruto. "Kau terluka parah."

Dari sana, Boruto hanya mendengus sambil tersenyum. "Luka kecil, aku baik-baik saja."

"Kecil apanya? Gigitan serigala berhasil mengoyak bahumu, Boruto." Yuri mengernyit khawatir.

Sada melepas kain yang Yuri gunakan untuk menutup lehernya, kemudian mendekati Boruto. "Sini, biar kubalut lukanya dengan ini dulu."

Boruto menatap Sarada yang terdiam tanpa gerak. Tangan gadis itu terkepal, alisnya membentuk raut khawatir, bibirnya tertekuk menahan gejolak rasa. Boruto pun kembali tersenyum seolah menegaskan bahwa benar ia tak apa-apa. "Kau baik-baik saja, 'kan, Sarada?"

 "Kau baik-baik saja, 'kan, Sarada?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sarada, aku tidur duluan, ya. Hari ini lelah sekali." Nao yang tidur sekamar dengan Sarada terlihat mulai menarik selimut. "Omong-omong, aku masih heran, kenapa orang-orang dari konservasi berkata bahwa di tempat tadi tak ada satu pun serigala. Padahal jelas kita mengikat ketiga serigala itu di sana, 'kan?"

Sarada membuka matanya. Benar memang, itu membingungkan. Bahkan Mitsuki sendiri yang menemani para petugas konservasi hewan liar untuk menjemput tiga ekor serigala tadi, dan Mitsuki bilang bahwa ketika ia dan petugas konservasi hewan tiba di sana, sudah tak ada lagi serigala yang tersisa. Padahal jelas tadi mereka bertarung di sana. Bahkan salah satu serigala—tepatnya yang berhasil mengoyak bahu Boruto—terkapar di sana karena raiton Mitsuki.

Nao berkedip ngantuk. "Besok kita lihat keadaan, kalau memungkinkan untuk Boruto ikut ke pantai, kita akan bawa dia. Tapi kalau keadaannya tidak memungkinkan, kita akan pergi tanpa dia, Sarada."

Sarada mengangguk kecil. "Kalau begitu, aku mau ke luar dulu, ya, Nao-san."

Nao menarik selimut hingga sebatas lehernya. "Mau ke mana, Sarada? Perlu kutemani?"

Sarada melambaikan telapak tangannya kecil-kecil. "Aku hanya ke dapur, kok, tak perlu ditemani. Kau bisa tidur duluan juga, kok."

Nao mengangguk saja sebelum Sarada benar melangkah ke luar pintu.

Sarada menutup pintu kamarnya, lantas berjalan menuju dapur. Ia mengenakan piyama yang dibalut lagi dengan jaket. Gadis berkacamata itu melirik kiri dan kanan ketika sadar bahwa suasana vila mulai sepi. Rata-rata orang sudah masuk ke kamar masing-masing. Di dapur pun tersisa dua orang wisatawan lelaki yang duduk menyeruput teh hijau, juga seorang petugas dapur yang masih membereskan piring.

Future? [BoruSara Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang