Chapter 5 : Ep.2 - First Main Scenario, II

269 32 0
                                    

Tenaga yang ku miliki saat ini cukup untuk pergi dari tempat itu, benar- tempat yang ku tinggali tadi adalah lokasi dimana pertumpahan darah akan terjadi. Duren Kalibata, nama daerah itu.

Aku berhasil menghindar dan menjauh dari Duren Kalibata sebelum kejadian itu terjadi, meskipun sekarang aku memiliki ability hebat seperti 'Leaf of Life' , aku bukanlah seorang protagonist dari buku 'Survival Destruction' ataupun sosok yang berasal dari buku.

Aku adalah sosok yang lain.

Entah akan apa jadinya jika aku bertemu dengan Luke nanti, karena dia protagonisnya.

Sudah pasti beberapa urutan kejadian akan berubah karenaku, tetapi setidaknya scenario-skenario di masa kini ataupun di masa yang akan datang akan tetap berurutan, itu adalah poin pentingnya.

System ini memberikan sesuatu yang luar biasa, mungkin gadget pun sudah tidak bisa ditandingi.

Hanya dengan layar yang mengambang, kamu dapat mencari layaknya mesin pencarian internet, memiliki fitur seperti sosial media dan bahkan ada maps. Ini bagaikan game dalam realita, yah memang benar- anggap saja ini seperti game.

Meskipun di masa lalu aku tidak bermain game, aku tahu itu karena banyak iklan yang memasang game dan juga aku sempat menonton satu video saja karena penasaran.

Bisa dibilang aku memang tidak terlalu peduli dengan teknologi masa kini, aku hanya peduli dan tertarik dengan barang yang disebut 'buku'. Entah buku pelajaran, novel ataupun buku undang-undang, aku hanya tertarik dengan lembaran-lembaran kertas yang terdapat tulisan diatasnya.

Maps sudah menunjukkan kalau aku sudah setengah jalan menjauh dari Duren Kalibata dan kini menuju lokasi bernama Tanjung Barat.

Tidak mungkin aku berlari dari Duren Kalibata menuju Tanjung Barat, tentu saja aku menggunakan [ Grand Ode ] yang sudah ku peroleh. Karena aku tidak segila itu. Dan jika itu dapat dilakukan, mungkin kedua kaki ku sudah patah dan harus di amputasi.

Bagaimanapun, aku bukan seorang atletik dan aku tidak cukup memiliki tubuh yang atletis seperti yang lainnya.

Berbicara tentang ability, aku mendapat penjelasan mengapa atributku waktu.

Alasannya terdengar kurang masuk akal bagiku, tetapi unik.

System memberitahuku mengapa atribut milikku adalah waktu karena kehidupanku berlalu dari waktu ke waktu.

Entahlah, aku tidak begitu mengerti mengapa alasannya seperti itu.

Tetapi itu terdengar tidak terlalu buruk dan tidak terlalu baik juga, jadi akan ku anggap itu bukan masalah sama sekali untuk saat ini. Mungkin di masa depan, aku akan tahu dengan jelas mengapa atributku diberikan waktu daripada yang lain.

Jika aku mengikuti alur 'survival destruction' , maka Luke saat ini seharusnya memiliki atribut 'Ancient God'. Bukankah itu gila? Atributnya adalah 'Ancient God' dimana kamu berada dalam wujud manusia.

Aku juga masih terheran-heran mengapa atribut miliknya adalah 'Ancient God' meski sudah menyelesaikan buku itu. Dan itulah yang membuatku tertarik dengan sang protagonist.

Salah satu alasan mengapa aku ingin bertemu dengan penulis dari 'Survival Destruction'.

Sayangnya, eksistensi dari buku itu saja tidak ada yang tahu. Aku senang karena aku menjadi satu-satu nya pembaca namun aku kecewa karena aku sangat penasaran, banyak hal yang ingin ku tanyakan tetapi pada akhirnya aku membuat teori untuk diriku sendiri.

Disini tempatnya.

'Tanjung Barat'.

Ku lihat lingkungan sekitar, semuanya masih baik-baik saja- 100% berbeda dengan kondisi Duren Kalibata.

Gedung yang menjulang tinggi saja bahkan masih baik-baik saja, kendaraan terparkir rapi, masih ada orang lain yang melakukan kegiatan seperti berolahraga.

Apa orang-orang di Tanjung Barat sangat percaya diri kalau mereka akan baik-baik saja?! Pemandangan ini terlihat konyol untukku yang baru saja tiba.

"Oh, kamu pasti baru tiba ya." Ungkap seseorang kepadaku.

Tanpa sadar aku melakukan analisis pada dirinya, dibekali dengan system yang diberikan, aku dapat melihat status tentang orang lain- entah orang lain dapat menggunakannya juga atau hanya aku yang bisa menggunakannya.

Nama : Matheo

Usia : 31 tahun

Poin : 200

Atribut : Chef

Mana : Lv. 1

Ability yang dimiliki :

- Crazy eater

* Dapat membuat resep instan dari lingkungan sekitar

- God cooking's apprentice

* Ketika memasak dan menghasilkan makanan, lalu memakannya, dapat memberikan tambahan kekuatan/elemen ketika melawan musuh.

"Kau... Suka memasak ya?" Ucapku keceplosan setelah membaca status miliknya.

"Oh bagaimana kau tahu?"

Seketika aku membeku karena diajukan pertanyaan seperti itu, kemudian aku melihat ada keranjang yang penuh dengan jamur dipermukaan.

Ia sadar aku melihat ke keranjang itu dan tertawa.

"Haha, bodoh juga aku karena menanyakan hal seperti itu."

"Haha..." Aku mencoba tertawa, padahal tidak ada hal yang lucu untuk ditertawakan.

"Aku ingin pergi ke lokasi pusat. Maukah kamu pergi bersamaku?"

"Yah, tidak akan ku tolak..." Dengan senang aku menerima tawarannya.

"Memang dimana lokasi pusatnya?" Tanyaku kembali.

"Stasiun MRT." Jawabnya enteng.

Aku terdiam.

Bicara apa orang ini?

"A-apa kau bercanda denganku? Tidak ada MRT di Tanjung Barat sialan."

"Haha, percaya saja denganku dan ikuti saja."

Apa-apaan dengan tawanya itu? Apa dia pikir lucu? Atau aku sudah jatuh ke dalam perangkap?

Sebelum itu, mari kita waspada lebih dulu dengan orang ini, dia terlihat mencurigakan dan juga dia terkadang terlihat meyakinkan.

Daripada dia, lebih aneh orang-orang yang ada di Tanjung Barat ini juga suasananya.

Dunia kan sudah masuk tahap 'hancur' mengapa mereka masih beraktivitas layaknya dunia yang normal?

Aku kehilangan kata-kata sekejap.

Dan semakin lama aku berjalan ke depan, semakin aku merasakan kekuatan yang menekan dan besar, bukan kekuatan yang biasa.

[ Anda mengaktifkan Grand Ode ]

Dan untuk berjaga-jaga, jika ini benar sebuah jebakan, aku akan melakukan teleportasi instan menuju Pasar Minggu.

Entah hanya aku yang terlalu sensitive atau orang ini terpaku sekali dengan makanan, dan berpikir kalau semua ability miliknya berhubungan dengan makanan, aku jadi bingung.

"Kita tiba."

Ini kan...

Mataku terbelalak lebar, aku terdiam dan tak bisa berkata-kata melihat situasi yang ada didepanku saat ini.

Pemandangan yang sama sekali sulit untuk dipercaya.

World Means SurvivalWhere stories live. Discover now