Chapter 2 : Ep.1 - Colliding Worlds

98 8 0
                                    

Sahabat-sahabat yang kini berprofesi sebagai penulis ataupun bekerja didalam perusahaan penerbitan, mereka kerap mengatakan bahwa buku ini ditulis dengan sangat berantakan, tidak bermakna dan hanya sampah belaka. Namun, mengapa aku menemukan buku ini sangat menarik jika mereka mengatakan bahwa itu adalah kumpulan dari tulisan tak berarti?

Arashi kou- itulah namaku, hidup selama dua puluh tujuh tahun dan bekerja sebagai budak korporat selama tujuh tahun lamanya, tidak memiliki tujuan hidup selain membaca "Survival Destruction".

Jika kau bertanya apa pekerjaanku, aku lebih baik menjawab bahwa diriku pengangguran daripada benar-benar menjawab diriku sudah bekerja di sebuah perusahaan yang ternyata memiliki jam kerja tidak manusiawi selama tujuh tahun, mereka pasti akan berpikir bahwa aku adalah anjing yang setia terhadap tuannya.

Pemandangan kota dari atas rooftop memang sangat berbeda jika kau hanya melihatnya dari dalam kantor. Aku melirik jam tangan yang terpasang pada pergelangan tangan kiriku, sudah jam empat sore- waktu dimana para pekerja akan pulang, melihat apa yang terjadi dibawah sana dari tempat teratas digedung ini sungguh membuatku takjub.

Orang-orang yang berlalu lalang ketika menyeberang, kendaraan yang memenuhi jalan hingga perjalanan mereka menjadi sedikit terkendala dan jangan lupa, matahari yang mulai terbenam ke arah barat. Sebelumnya, aku tidak pernah memperhatikan bahwa detail kecil seperti ini dalam kehidupan dapat membuatmu tersenyum.

Angin sepoi-sepoi menerpa wajahku dan membuat rambut menjadi sedikit tak karuan. Diriku masih belum berniat untuk pergi ataupun berpindah an sudah satu jam aku berada disini, menenangkan diri dari kekacauan yang sudah ku perbuat sebelumnya. Di ambillah sebatang rokok dan pemantik api dari saku celanaku, kemudian aku menghisap benda yang mengeluarkan asap candu itu perlahan.

"Kou," Suara berat memanggil namaku dari belakang, lantas diriku membalikkan badan. Tinggi, besar dan berotot, ah ya- lelaki itu memiliki rupa yang tak kalah saing dengan seleberiti yang sering terlihat pada layar-layar besar di kota, satu hal yang membuatku bangga adalah aku mengenalnya.

"Apa yang kau lakukan?" Ia mengernyitkan dahi, manik mata miliknya tertuju pada benda kecil yang mengeluarkan asap di tanganku.

Aku menghisap asap tersebut sekali lagi, kemudian menjawabnya setelah beberapa saat.

"Entahlah?" Responsku dengan nada sedikit tak peduli didalamnya. 

Kami sudah bersama selama beberapa tahun dan aku cukup mengenal tabiat maupun wataknya. Dia memang orang yang seperti itu, suka berbasa-basi meskipun sudah melihat apa yang lawan bicaranya lakukan- tujuannya bukan sebagai memastikan, namun itu adalah peringatan.

Wajahnya memang sudah datar, namun melihatku yang tengah merokok saat ini membuatnya menjadi masam. Ia tersenyum kecut, lalu berjalan mendekatiku dengan cepat. Rokok yang ku nikmati direbut olehnya, ia membuang itu secara sembarangan ke bawah dan memberikanku tatapan yang penuh dengan rasa tak suka. Hanya tatapan tak suka, bukan sebuah tatapan yang penuh kebencian.

"Kau tahu aku sangat membenci rokok," 

Suara yang ia miliki memang rendah, sehingga orang-orang menyebutnya sebagai deep-voice man di kantorku. Bukan hanya sebagai rekan kerja untuk saat ini, namun kami adalah sahabat dekat, saking dekatnya hubungan yang kami miliki, orang-orang menganggap kami sebagai pasangan sesama jenis. Mungkin ia memang tak keberatan, namun aku sedikit keberatan. Sebagai pasangan sesama jenis? Aku lebih menganggapnya sebagai kerabat yang selalu ada untukku.

Aku memutar bola mata kepalaku dan mengacuhkan perkataannya, tubuhku kembali pada posisi awal- menatap hiruk pikuk kota yang penuh dengan berbagai macam kegiatan. Aku tahu bahwa lelaki itu merasa kesal sesaat aku melakukan itu, sampai-sampai aku dapat memperkirakan bahwa ia menggertakan giginya saat ini. Sudah ku bilang, kami hidup bersama dengan waktu yang tak singkat- membuatku hafal dengan kebiasaannya itu.

World Means SurvivalWhere stories live. Discover now