A Night with Him

3.6K 217 4
                                    

Warning! Peringatan buat yang belum cukup umur hati-hati...
----------------------------------------

"Pengganggu itu tak usah dipikirkan," ucap presiden. "Sekarang, biar kutunjukan dimana kamar kita,"

Kamar kita?

"Kita satu kamar?" tanyaku kaget dan lebih kaget lagi menyadari kebodohan akan pertanyaan itu.

"Tentu saja, kita ini pengantin baru," jawabnya dingin, meski aku sempat melihat raut bingung di wajahnya.

Wajahku langsung terasa memanas. Agak aneh mendengar kata-kata itu. Biasanya aku selalu mengucapkan 'kamarku' tapi tidak kali ini, dan untuk kedepannya. Pria yang saat ini menuntunku akan berada di kamar yang sama denganku.

Aku merasakan hal aneh yang bergejolak di dadaku ketika kami sampai di ruang itu. Aku memang masih berusia 16 tahun, tapi aku tidak senaif itu. Aku mengerti bahwa pasangan akan melakukan sesuatu di malam pertama mereka. Dan mungkin karena itulah kali ini aku merasa frustasi.

Kamar itu sangat luas dengan dominasi warna putih dan krem seperti keseluruhan bangunan istana. Beberapa rak buku berjejer rapi di sekitar pintu masuk. Sebuah pintu menuju wardrobe room berada tak jauh dari ranjang. Ranjang king size dengan warna senada dinding berada tepat di bagian tengah antara pintu wardrobe room dan kamar mandi. Karpet tebal berbentuk lingkaran tergelar di tengah-tengah ruangan. Terdapat sebuah sofa dan tv berukuran besar, serta jendela yang terhubung dengan balkon yang langsung menghadap pemandangan kota Aidel, ibu kota negara Aidelore.

"Kau ingin mandi?" tanyanya masih dengan nada yang datar.

Aku mengangguk.

"Baiklah, kau duluan... atau kau ingin mandi denganku?"

Aku mendelik ke arahnya. "Jangan bermimpi!"

Aku langsung berjalan ke arah wardrobe, mencari pakaianku. Aku tahu koperku sudah dibawa kemari. Mataku terbelalak seketika saat melihat isi koperku yang mengejutkan.

BRAK! Aku memukul pintu kayu dengan cukup keras sambil meremas secarik kertas yang membuatku ingin berteriak. Ya, aku tak pernah menyangka isi koperku yang kebanyakan pakaian keseharianku berganti menjadi berbagai pakaian dalam yang begitu seksi. Astaga! Dan kertas yang kuremas adalah catatan kecil dari Kak Aiden dan Kak Velove.

Cepat buatkan teman untuk Irish

-Your beloved brother and sister, Aiden and Velove

Seandainya aku bisa mengutuk perbuatan keduanya!

Presiden tiba-tiba masuk karena mendengar kegaduhan yang aku lakukan di tempat ini. Ia tampak heran melihatku.

"Apa yang terjadi?" tanyanya sambil mendekat.

Dengan cepat aku menutup koperku. "Tidak perlu melihat! Apa kau punya kemeja? Boleh kupinjam?"

Presiden terdiam, memandangku dengan tatapan menelisik. "Apa yang terjadi dengan pakaianmu?"

"Bukan urusanmu!"

"Kalau begitu aku takkan meminjamkanmu kemeja karena itu bukan urusanku," ucapnya dingin.

"Oke! Oke! Ini urusanmu! Aku tak punya pakaian layak karena kakakku menggantinya!" aku menyerah.

Presiden berbalik, kemudian menatapku. "Biar kulihat," katanya mendekat ke koperku. Aku tak bisa berbuat apa-apa ketika dia melihat begitu banyak pakaian dalam wanita super seksi yang diberikan kakakku. Ada rasa kesal sekaligus malu.

"Apa yang salah dengan semua ini?" tanyanya. "Lagipula aku tak bisa yakin kau akan memakai sesuatu malam ini,"

Aku melongo mendengar perkataannya. "Berikan aku kemejamu!"

Mr. PresidentWhere stories live. Discover now