6. Tragedi

3.5K 311 42
                                    

6. Tragedi

Helaian rambut panjang terurai bergerak mengikuti irama langkah kaki si pemiliknya—Ruby sedang berjalan menuju kelas yang berada di lantai 2.

Suasana koridor sekolah tidak begitu ramai. Hanya beberapa orang yang berpapasan dengan Ruby, mungkin karena jam masih menunjukkan pukul 7.30 pagi. Jam masuk sekolah Delion berada di jam 8 pagi, sebentar lagi para murid akan ramai berdatangan.

Hari ini Ruby berangkat lebih dulu karena dia harus mengambil buku pelajaran untuk satu semester kedepan. Buku-buku penunjang pelajaran itu Ruby ambil di perpustakaan sekolah. Kemarin dia sempat meminta Syeila untuk menemaninya, tapi pagi ini Ruby memilih berangkat lebih dulu dan mengambil sendirian buku-buku itu.

Karena masih sangat pagi, dan petugas sekolah sedang sibuk dengan pekerjaan mereka, Ruby merasa sedikit takut karena tidak banyak orang berada di ruangan perpustakaan yang besar itu, sehingga dia berjalan pergi dari perpustakaan dengan terburu-buru.

Merasa kesulitan, Ruby meletakkan ponselnya di sakunya agar memudahkan membawa beberapa buku tebal.

Gadis itu menghela nafas lega saat sudah berada di depan pintu kelas. Memikirkan informasi berskala besar yang dia ketahui saat bersama Shaka membuat wajahnya merah dan panas juga merasa takut.

Hal yang baru dia ketahui jika di dalam perpustakaan sekolah terdapat satu ruangan rahasia yang menyimpan banyak senajat api. Ruby sempat heran, sekolah ini apa dulunya bekas pangkalan militer?

"Hai!"

Tepukan dan suara sapaan mengagetkan Ruby dari lamunannya. Dia menoleh mendapati Syeila menyegir sambil mengangkat kedua jari tangan '✌🏻'.

"Sye.. hampir aja aku lompat saking kagetnya," kata Ruby lalu meletakkan buku di atas meja miliknya dan duduk di kursi sambil menetralkan rasa kaget.

"Kamu bengong lama banget. Aku panggil-panggil gak nyahut, jadilah aku kagetin aja." Syeila terkekeh. "Maaf yaa, Sye bikin kamu kaget."

Ruby tersenyum, dia menepuk bahu Syeila saat gadis itu telah duduk di kursi sampingnya. "Gak apa, setidaknya kamu menyelamatkan aku dari setan yang ingin masuk ke tubuhku."

Kedua gadis itu tertawa mendengar ucapan konyol Ruby. Tidak lama, para murid mulai berdatangan. Shaka dan kedua temannya juga datang sambil mengobrol mengenai basket. Personil mereka kurang satu, Raven belum terlihat sejak tadi.

"Selamat pagi gadis-gadis cantik." Sapa Darren sambil mengerlingkan mata genit.

"Selamat pagi, Darren." Balas Ruby dan Syeila kompak seraya memberikan senyuman hangat.

"Raven kemana? Tumben gak masuk bareng kamu, biasanya kalian sepaket.."

Darren mengangkat bahu dan ekspresi wajah cowok itu cemberut. "Gatau kenapa sama itu anak. Dari kemarin di telpon gak di angkat sama sekali, di chat juga gak di balas. Dari sepulang sekolah sampai sekarang, dia gak ada kabar."

Terlihat Darren sangat kehilangan setengah nyawanya. Cowok dengan seribu tingkah ajaibnya itu merasa diabaikan oleh Raven. Entah kesalahan apa yang tidak sengaja dia lakukan hingga Raven mengacuhkan Darren bahkan ketiga teman mereka.

"Kemarin aku berkirim pesan sama Raven. Dari cara dia membalas pesan, kayak biasa aja, engga ada yang aneh." Ruby menunjukkan obrolam chat dirinya dan Raven tadi malam kepada Syeila dan Darren.

"Sombong banget ini anak. Chat gue gak di balas. Giliran cewek cantik yang ngechat, di balas." Darren memberikan raut tidak suka.

"Coba kamu telpon pake hp aku." Ruby memberi saran. Belum sempat Darren mengikuti apa yang Ruby bilang, sosok Raven masuk ke dalam kelas dengan raut wajah datar.

SHAKARUBY (HIATUS)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt