Chapter 4 | Foolish

98 49 76
                                    

"Professor udah gila. Tidak, pokoknya gila masih mending daripada kelakuannya. Hmm, psikopat, tukang bully." Soodam berseru jengah sama persis yang dilakukan oleh semua teman sekelas ku begitu keluar dari ruang kelas.

"Dia mau buat kita gila kayak dirinya?! Aku muak sekali mereview buku. Yah, kalau satu atau dua masih manusiawi. Tapi, ini lima sekaligus dalam seminggu. Dia pikir hanya dia dosen? Apa hanya pelajarannya saja yang penting??" Lami juga misuh-misuh memeluk buku tebalnya.

"Dia pikir kita ga ada kegiatan lain apa selain mengerjakan tugasnya yang kebangetan?! Benar-benar kejam!! Aku sumpahin kepalanya botak semua." Setelah menyumpahi prosessor Soodam dan Lami menyusulku duduk di depan kelas dengan lemas.

"Lagian botak lebih enak dilihat daripada kepala compang-camping seperti itu." Lalu mereka berdua terkekeh.

"Kamu ga mau protes Rachel? Walaupun kamu pintar tapi kamu juga tetap manusia biasa kan? Kalau dikasi tugas mematikan seperti ini masa kamu biasa aja." Aku cuman tersenyum masam. Lagian protes tidak protes aku bakal tetap mengerjakannya dengan teliti. Protes tidak ada gunanya, tapi mengumpat kadang-kadang cukup membuat kita melepas sebagian beban.

"Apa sekali-kali aku mengumpat saja?" Tanyaku.

"Benar, keluarkan saja sebelum kamu jadi gila seperti Professor." Lami langsung berseru ganas.

Aku terkekeh. "Lagian kita bakalan kerjain juga walaupun rada-rada tidak ikhlas. Aku sedang tidak ada tenaga buat protes."

"Oke, biar aku saja yang mengambil porsi umpatan mu. Aku belum puas." Soodam berseru.

"Kalian belum mau pulang? Udah jam delapan malam loh." Soodam dan Lami menggeleng bersamaan.

"Kita mau healing dulu sebelum bertempur dengan siksa dunia part kesekian. Mau ikut ke club?" Ajak Soodam menaikkan alisnya bergantian.

Aku meringis. "Tidak dulu deh, aku harus ke perpustakaan buat kerjain tugas dari profesor." sebernanya ini cuman alasan, aku sudah menyelesaikannya dari kemarin.

"Poor my baby." Seru Lami sedih.

"Aku duluan guys nanti kemaleman." Aku langsung undur diri, terakhir kali aku ke sana dengan mereka semuanya kacau. Bayangkan saja aku harus mengurus dua orang liar yang sedang mabok?! Mimpi buruk yang tidak akan ku ulangi lagi, aku cukup pintar untuk belajar dari pengalaman.

Karena masih pagi, aku memutuskan untuk singgah sebentar di perpustakaan untuk memijam beberapa buku lagi. Lagian aku tidak akan bisa tidur kalau masih ada tugas yang belum ku kerjakan. Aku langsung duduk di bangku favoritku setelah mendapat tiga buku yang kubutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menumpuk seperti cucian kotor. Kata orang-orang aku aneh, karena kalau belajar aku selalu damai dan bahagia. Memangnya apalagi yang harus aku lakukan sebagai mahasiswa yang menginginkan lulus secepatnya dan bekerja di tempat yang layak selain belajar dengan giat?!

Aku bukan anak yang bisa langsung meminta sesuatu ke orang tuaku. Walaupun orang tuaku akan mengusahakan apapun yang aku minta. Aku hanya ingin menjadi anak baik-baik yang tidak merepotkan siapapun, kalau masih bisa aku selesaikan sendiri.

Aku merentangkan tangan yang kaku lalu beranjak ke rak buku yang berjejer sepanjang ruangan mencari buku lain untuk dijadikan referensi baru. Setelah dapat yang ku cari aku kembali ke tempat semula tapi di atas buku yang belum ku kembalikan ada sebotol minuman isotonik yang diberi note.


Aku suka liat kamu fokus belajar.
Tapi, aku ga suka liat kamu kelelahan.

Kalau buku ga membuat kamu muak
Semoga minuman ini sama. Tidak membuatmu muak juga.

What's Wrong With Manager Choi?¿ | Jaehyun Where stories live. Discover now