6. Kisah Tentakel Gurita

51 12 5
                                    

Asmosius berlari sembari menggendong Emma

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Asmosius berlari sembari menggendong Emma. Cukup sigap dan lincah melewati beberapa tenda pasar hingga sesekali melompati gerobak, Cateo turut mengimbangi cara Asmosius melarikan diri. Seluruh penduduk mengejar bahkan beberapa di antaranya membantu menangkap ketiga penyusup itu. Untung mereka berhasil lolos setelah mencoba bersembunyi di salah satu bangunan roboh. Asmosius menuruni Emma, sementara Cateo berusaha memeriksa situasi. Semua aman namun tidak berlangsung lama suara lonceng di alun-alun kota berbunyi, bergema hingga memenuhi seantero Onderzorg. Semua fokus masyarakat teralihkan ke satu pusat kota.

"Apa yang terjadi?" Asmosius berbisik kepada Cateo.

Cateo terdiam cukup lama. "Entahlah namun kurasa tidak mengartikan kita aman."

Aneh, beberapa penduduk berkumpul di atas gedung, berdiam di sana kemudian melompat secara bersamaan ke lantai dasar. Asmosius menganga mendapati ratusan rakyat terjatuh lalu mati dengan kepala pecah. Lebih buruknya mereka sengaja melompat dan melakukannya secara serentak.

"Pesta bunuh diri di Onderzorg, heh?" Asmosius tersenyum miring. "Wabah yang menarik."

"Berhentilah berbicara omong kosong. Ini malapetaka, jika penduduk melakukan pesta bunuh diri mengartikan bahwa Doutzen berada di sekitar mereka. Karena wabah ini berasal darinya dan akan bertambah parah jika berada di dekat sumbernya langsung. Aku tidak pernah melihat wajahnya, yang kudengar dia sangat cantik dengan tudung hitam menutupi setengah rupa. Semenjak dia tiba di Onderzorg, ayahku—wali kota terdahulu mati bunuh diri—dan tentakel Doutzen mampu mengeluarkan racun yang membuat para tikus mati kemudian kucing bermutasi dan membawa virus tersebut. Sayang sekali, Doutzen jarang memunculkan dirinya, pergi dalam waktu lama namun kurasa dia kembali sekarang. Kita datang di waktu yang pas." Cateo memberikan satu belati berwarna perak kepada Asmosius. "Jika kau melihat Doutzen maka segeralah bunuh dia dengan belati khusus ini. Benda yang kau pegang itu diciptakan untuk membunuh monster dan akan mempan kepada Doutzen."

Asmosius sempat melirik belati itu dalam diam kemudian menerimanya dengan kesungguhan. "Aku akan menyimpan pesanmu di dalam kepalaku."

Emma terdiam.

Asmosius melirik Emma. Dia tersenyum menenangkan. "Kau tidak mati 'kan?" ujarnya pelan. "Setelah ini berakhir aku akan mentraktirmu teh bunga."

Emma tampak pucat, masih dalam dekapan si putra sulung Leanders. "Asmosius, kau ingat dulu aku pernah mengatakan bahwa aku lupa ingatan bukan? Kini ingatanku kembali setelah memakan kue itu—"

"Aku ingat, namun simpan itu untuk nanti Emma. Kita harus segera bergegas pergi dari sini." Asmosius memotong kalimat Emma, segeralah dia beranjak berdiri tak lupa menggandeng tangan asistennya. "Cateo, motel yang mana tujuan kita sekarang? Aku perlu menyusun rencana. Dan berhati-hatilah karena mata penduduk masih mencari di sela-sela pesta bunuh diri."

***

Ketika seluruh mata mencari di tengah kegelapan Kota Onderzorg ... Cateo, Asmosius dan Emma bersembunyi di motel terdekat—menyewa satu kamar yang untung saja berhasil mengingat resepsionisnya hanya berupa tengkorak mati. Emma menghela napas keras-keras bersyukur bahwa dirinya masih selamat. Asmosius duduk di sofa mencoba memikirkan strategi baru mengingat jika mereka keluar dari tempat ini Emma akan diserbu kembali. Sementara Cateo berdiri bersender pada tepi jendela, memantau perkembangan situasi luar motel.

Asmosius menoleh memandangi Cateo. "Katakan sebenarnya apa yang terjadi, aku sangat tahu bahwa kau menyimpan sesuatu."

"Kue yang kalian makan mengandung ramuan herbal. Maksudku, aku lupa memberitahu bahwa Warga Onderzorg sangat suka mengonsumsi tumbuhan obat-obatan yang berkhasiat menyembuhkan sel rusak. Mereka menamakannya Tanaman Fu, sayangnya benda itu tidak mampu membasmi wabah sehingga belum ada penawar untuk menghilangkan pandemi. Lalu Emma—asistenmu—kurasa memiliki sel yang rusak dalam tubuhnya, sel rusak itu yang membuatnya selalu abadi dan berubah wujud menjadi tikus. Sehingga ketika ramuan itu memasuki tubuhnya maka ia akan kembali menjadi manusia normal kemudian menyembuhkan amnesia. Berbeda denganmu, Asmosius. Kau memang dirancang sebagai monster bukan manusia sehingga kau bukan manusia sejak muncul ke dunia."

"Maksudmu Emma tidak bisa merubah wujudnya lagi menjadi tikus perak dan kembali mortal?" Asmosius mencoba memastikan.

"Ya, tepat sekali. Asistenmu dalam bahaya."

Emma tidak memasang ekspresi, segeralah dia pergi ke kamar mandi.

Asmosius memandangi pintu yang tertutup dalam diam sementara Cateo menghela napas lalu merapikan letak magun-nya.

"Beri dia waktu." Cateo berujar tenang. Namun alih-alih menuruti, Asmosius justru beranjak bangun menuju ke kamar mandi tempat Emma bersembunyi. "Heh! Kau benar-benar pria mesum! Ada wanita di sana, bodoh!"

"Diamlah, kau berisik." Asmosius berujar cepat lalu mengetuk pintu kamar mandi sejenak kemudian beralih masuk tanpa berpikir panjang. Ditemukannya Emma yang sedang meringkuk suram di sudut dinding, tepat pada kolong wastafel. Sekilas ia tampak depresi, rambut indah yang selalu dilihat Asmosius sekejap berantakan. Tidak ada wajah sarkas Emma melainkan raut tanpa ekspresi.

Asmosius menutup pintu kamar mandi—segeralah dia pergi menuju Emma—turut berlutut menyamakan tingginya dengan si gadis. "Kau ingat pertemuan pertama kita?"

Emma terdiam, masih pada posisi yang sama.

"Tahun 1730 ... seperti yang kau lakukan dulu, menggigil ketakutan dan aku berlutut di depanmu. Dulu aku mengira kau akan mati jika kubunuh dengan tikus, namun Nona Tiga Belas yang kutahu cukup menawan dan tangguh ketika berada di pelelangan. Alasan mengapa aku menjadikanmu asisten karena aku ingin merasakan apa arti dari memiliki hati. Kau ... sial! Berhentilah memasang posisi seperti itu! Kau perempuan kuat, Em. Berhentilah—"

"Aku akan menjadi beban. Sebaiknya bunuh saja aku. Emma yang kamu kenal sekarang bukan lagi Nona Tiga Belas ataupun Nona Tikus. Hanya makhluk lain yang sudah tidak lagi berguna, atau tinggalkan saja aku dan biarkan seluruh warga memangsa ragaku—"

"Dasar bodoh!" Asmosius mencengkram bahu Emma, suaranya sedikit meninggi. Ini kali pertamanya ia mendapati ekspresi khawatir dari Asmosius. "Nona Tiga Belas, Nona Tikus atau apapun dirimu ... kamu tetap Emma, asistenku! Bahkan jika dirimu sudah tidak abadi lagi, kamu tetap bagian dari diriku! Sadar Emma! Berhentilah bertindak bodoh! Kau tetap Emma!"

Emma terdiam sejenak memandangi Asmosius. Dia tersenyum. "Asmosius apa kau sadar ... aku bukanlah Emma yang kau tahu. Wujud itu bukan tikus perak sesungguhnya lebih tepatnya aku bisa merubah banyak wujud selain satu objek. Namun ini bukanlah wujud asliku."

"Apa maksudmu?"

"Ingatanku telah kembali." Emma tersenyum. "Aku adalah Doutzen, Sius."

•••

Jangan lupa mampir ke seri Leanders bersaudara lainnya! Mari bertemu dengan si sulung Asmosius

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Jangan lupa mampir ke seri Leanders bersaudara lainnya! Mari bertemu dengan si sulung Asmosius ... pengendali tikus disertai otak jenius, Wulfer sang werewolf, Eber sang cacat yang mengawasi segala langkah maju dunia, Debora dengan tangan leburnya dan Ignicia si bungsu yang dijuluki sebagai gadis dari neraka.

Leanders Series:
1. Asmosius: The Master of Rats @ralorra
2. Wulfer: The Black Snout ashwonders
3. Eberulf: The Black Fang Azza_Fatime
4. Debora: Vervloekte Hand Aesyzen-x
5. Ignicia: Girl From Hell ZiviaZee

Ayo segera lanjutkan petualangan imajinasi liarmu bersama lima bersaudara gila! Sudah siap?

Asmosius : The Master of Rats [Leanders Series]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant