18. MAKAN BARENG

4.3K 103 17
                                    

"Astaga!"

Eira berlari menjauh dari kantin ketika ia bertemu dengan Savier. Ia masih sangat kesal dengan manusia satu itu. Gue harus jauh-jauh dari Savier batinnya.

Eira bersembunyi di balik tembok agar tidak keliatan oleh Savier. Ia terus melirik dibalik tembok itu untuk melihat apakah ada Savier atau tidak. Setelah merasa aman dari manusia menyebalkan itu. Eira memutuskan untuk keluar.

"Untung orangnya udah gak ada." Eira melangkah keluar dari sana namun tiba-tiba seseorang menariknya.

"Aaa!" pekiknya ketika tubuhnya disudutkan ketembok.

"Savier!"

"Hmm."

"Sejak kapan lo disini?" tanya dengan kening mengerut.

"Sejak lo sembunyi disini. Gue dibelakang lo dari tadi."

Eira menatap heran kearah Savier. "Lepasin gue! Lo ngapain sih ikutin gue? Gak ada kerjaan?"

Savier terus menatap Eira tanpa membalas perkataan gadis itu.

"Heh!" Eira mengagkat tangannya untuk memukul Savier namun Savier dengan cepat menahan tangan mungil gadis itu.

"Lo kurus, gak usah sok mau mukulin gue," ujar Savier lalu melepaskan tangan Eira yang sedari tadi telah menatapnya kesal.

"Lo nyebelin banget sih," kesal Eira sambil mendorong tubuh Savier agar menjauh darinya. Eira pun memilih pergi dari sana namun Savier kembali menahannya.

"Kenapa lagi sih?" garangnya.

"Temanin gue ke kantin."

Dahi Eira berkerut bingung, "Ngapain ngajak gue? Sama teman lo aja sana," tolaknya mentah-mentah.

"Udah ikut aja."

Savier menyeret Eira dengan paksa walau tangannya menjadi sasaran pukulan gadis itu. Namun Savier tidak merasa sakit sama sekali.

"Lo mukul gak ada rasa sama sekali makanya gue ajak lo makan supaya lo ada tenaga. Biar tenaga lo gak kayak bayi."

"Gak mau! Lepasin ih!" seru Eira sambil meronta, tersadar bahwa keduanya menjadi pusat perhatian.

"Lepasin kek Savier! Gue gak mau jadi bahan gosipan lagi sama lo," ujar Eira, memohon.

Savier melepas tarikannya dari tangan Eira. Hal itu mebuat gadis itu berpikir Savier melepaskannya namun ia salah.

Savier mendekatkan tubuhnya pada Eira lalu berbisik, "Gak usah dengerin kata mereka. Lo masih ingatkan gue tahu muka asli lo." Kemudian Savier menjauh dari Eira dengan tatapan tengilnya.

Anjir nih anak! batin Eira.

Dengan terpaksa ia mengikuti Savier ke kantin. Ia sudah pasrah lagi pula ia juga lapar.

***

Saat ini kantin benar-benar sangat ramai bahkan antrian pada setiap penjual benar-benar membludak.

"Sav, lama banget lo," seru Kenzo, sambil memakan kerupuk.

"Eh, ada Eira. Sini-sini duduk samping gue," ujar Joseph sambil menggeser tubuhnya memberikan tempat untuk Eira.

Lorenzo bersuara. "Modus lo, disamping gue aja Eira."

Kenzo menyenggol Lorenzo. "Sama aja lo. Bagusan sama gue aja. Gue jajanin deh."

Arwana melempar bekas kulit pisang yang ada dimeja kearah Kenzo, "Gak ada abis-abisnya lo deketin cewek."

Eira hanya diam saja, gugup lebih tepatnya. Ia merasa tidak nyaman jika harus semeja dengan anak Salvanior.

SAVIERWhere stories live. Discover now