11 ▪️ Terjebak

46.3K 6.4K 150
                                    

' Jadi yang terkuat? Jangan lupa, lo punya sisi lemah atas apapun kekuatan yang lo punya '

✒.Happy reading!

Lentera melangkah gontai ke arah kelas Z-1, raut wajahnya terlihat sangat kecewa dan benar-benar jauh dari kata semangat. Begitupun keadaan hatinya, sama saja.

"Gimana? Udah ketemuan sama pacar?" Alkana bertanya dengan nada mengejek. Lelaki itu terkekeh saat Lentera melihatnya dengan dengkusan keras yang dikeluarkan dari mulut. "Cieee gagal."

"Cowoknya lebih sayang tawuran dibanding pacar," tanggap Alkuna membuat beberapa lelaki di sana terkekeh.

"Miris banget jadi pacar bad boy." Alkena ikut-ikutan mengejek. Tapi tatapannya masih terpaku pada iPad yang ia pegang.

Ketiga lelaki kembar itu kompak sekali. Kompak membuat Lentera semakin lemas di kursinya. Omong-omong, tata letak bangku kelas telah diubah sejak Lentera resmi pindah ke kelas Z-1. Di jajaran paling kiri, tepat di deret pertama terdapat bangku Zilos dan Alkuna. Deret kedua ada Micro dan Coulo. Selanjutnya di jajaran kedua deret pertama menjadi bangku Lentera--gadis itu duduk sendirian. Di deret kedua, ada North dan Sastra. Jajaran ketiga deret pertama ada Archeology dan Alkana, terakhir di deret kedua ada Aeste dan Alkena.

Ini sudah jam pulang, Zwart bersiap-siap merapikan bangkunya untuk segera menuju ke perpustakaan kota seperti yang sudah dijadwalkan dalam kegiatan Zwart. Berbeda dengan Lentera yang setelah bel pulang berbunyi dengan semangat ia berlari keluar kelas hendak menemui kekasihnya, Kael. Namun naas, ia kembali dengan rasa kecewa.

"Ikut kami aja," ucap Aeste seraya menepuk-nepuk kepala Lentera. Ia tidak tega melihat seorang gadis yang bersemangat seperti Lentera malah menjadi murung hanya karena alasan lelaki.

"Ke mana?" tanya Lentera. Kini pandangannya mengedar ke seluruh lelaki yang tengah bersiap.

"Perpus kota, seru lho. Banyak banget buku-buku yang mau gue tata, abis itu gue baca. Pokoknya asik." Archeology menjawab, membuat Lentera meringis di tempat.

Selama ini, Lentera belum pernah mengunjungi perpustakaan kota yang terkenal itu, ia hanya melihat dan melewatinya saja. Bagaimana ya, Lentera sudah tahu isinya pasti membosankan, hanya buku-buku menumpuk dan dipajang di rak. Lentera bisa mendatangi perpustakaan sekolah yang luas jika ingin, tidak perlu repot-repot menuju perpustakaan kota.

"Gue tebak dia gak pernah study date di sana." Micro menggeleng-gelengkan kepala. "Apalagi belajar bareng."

"Sembarangan!" Lentera merengut tak terima. "Gue juga pernah belajar bareng sama Kael, dia yang ngajarin gue, dari pulang sekolah sampe malem, sampe gue bisa!" ucap Lentera dengan nada sombong. Padahal saat itu Kael mengajarinya mengendarai motor, bukan mengajarinya pelajaran seperti yang Zwart duga.

"Gue gak percaya--"

"Guys!" perkataan Alkana terpotong saat sosok wanita dengan heels-nya masuk ke dalam kelas. Kaki jenjangnya melangkah hingga berhenti di tengah-tengah kelas. Helena, wali kelas Z-1. "Ibu menerima titipan dari Pak Rendi. Katanya ini latihan Fisika kalian yang kemarin, Ibu bagikan karena pak Rendi ada urusan."

"Thank you, Miss. Kemarin Pak Rendi udah bilang bakalan dititip ke guru lain." Micro menjawab, membuat Helena mengangguk di depan.

Helena berdeham, ia menyimpan setumpuk buku yang ia pegang di meja guru. "Kalian bisa ambil masing-masing di sini. Tapi ...." ucapan Helena menggantung, membuat semua penasaran dibuatnya.

"Ada yang salah, Bu?" Sastra bertanya, tentu saja tidak sabar ada apa.

"Nilai kalian luar biasa, padahal kalian pernah mengaku pada ibu jika kalian hanya bisa menguasai satu pelajaran." Helena tersenyum tipis, memandang semua muridnya di sana. "Atau ada cara lain yang patut ibu curigai?"

ZWARTWhere stories live. Discover now