15. Pesawat jatuh

457 21 2
                                    


"Masak apa, sayang?" Tanya Pak Aldan sembari memeluk pinggang istrinya dari belakang.

"Tempe bacem," balas Arana sambil membalik tempe berbumbu yang sedang dia goreng.

Ia membalikkan tubuhnya menghadap sang suami, Pak Aldan langsung mengangkat kepala yang sebelumnya ia tenggerkan pada bahu perempuan itu.

"Jadi kemarin Rana telfonan sama Umi, terus ngga sengaja ngebahas tentang makanan kesukaan, mas. Kata Umi mas suka tempe bacem, bener?"

Pak Aldan menganggukkan kepalanya. "Seratus buat, kamu." senyum Arana mengembang.

"Oiya mas, selama pindah kesini kan kita belum pernah belanja, ya? Jadi dirumah ngga ada bahan makanan. Kalo malam ini Rana gorengin telur aja mas doyan nggak?" Arana merasa tidak enak hati apabila hanya menghidangkan telur goreng dan tempe sebagai lauk makan malam suaminya.

"Lah, emang mas pernah bilang kalo ngga mau makan telur? Apa aja juga bakal mas makan selagi halal, Ra." Tangan laki-laki itu terangkat mengacak rambut Arana hingga berantakan.

Kepala nya ia dekatkan ke telinga istrinya, lalu berbisik, "jangankan makan telur. Kalo disuruh makan kamu aja, mas jabanin."

Plak

Geplakan manjalitah ala Arana mendarat di lengan atas Pak Aldan. "Itu beda ya, mas."

"Hahah iya-iya beda. Soalnya kalo yang opsi kedua lebih enak, kan?" tanyanya menaik turunkan alis.

Sudah seminggu berlalu sejak kejadian dimana Arana mendapat siraman rohani karena tangannya yang di pegang Reza. Dan semenjak pertikaian itu usai sikap Pak Aldan jadi jauh berubah. Lelaki itu kini jadi lebih manis dan begitu lemah lembut. Berbanding terbalik dengan sikapnya dulu yang begitu ketus dan irit bicara.

Saking parahnya bahkan dulu Arana sempat ingin menghentikan rencana pernikahannya dengan pria ini. Semenyebalkan itu masa lalu Pak Aldan.

"Nanti malam kita ke supermarket buat belanja, mau?" ucap Pak Aldan membenarkan letak rambut Arana yang sebelumnya dia acak-acak.

"Tapi 'kan ini udah malam, mas. Emang gapapa?"

"Gapapa, nanti abis shalat isya kita berangkat."

Arana menaruh tangan hormat. "Siap, komandan."

Sempat saling diam beberapa saat, hingga akhirnya indra penciuman Arana mencium bau gosong yang begitu kentara.

"Nyium bau gosong nggak, mas?" tanya Arana dengan hidung mengendus-endus.

"Liat belakang, sayang. Tempe nya jadi arang." Pak Aldan memutar balik tubuh Arana hingga kembali menghadap wajan.

Matanya melebar melihat bentukan tempe olahannya yang sudah menghitam dan sedikit menciut.

Walau begitu ia tetap mengangkat hasil gorengan tersebut ke piring. "Mas... Ini gimana?"

"Yaudah gapapa."

"Gapapa gimana, kita makan apa dong?" Arana mendongak menatap mata suaminya yang begitu redup.

"Saya sih mau makan, kamu. Kalo kamu ya terserah."

"Mas, serius!"

•••

Pasangan suami istri itu masing-masing mengambil satu troli dan mendorongnya beriringan.

Jangan heran dengan jumlah trolinya, karena barang yang akan mereka beli malam ini bukanlah sedikit. Kulkas yang ada di rumah itu harus segera diisikan bahan makanan.

"Kamu mau beli apa aja?"

"Emang Rana boleh beli apa aja, mas?"

"Terserah kamu, apa yang kamu perlu beli aja semua."

Senja Yang AbadiWhere stories live. Discover now