17. Fii amanillah, Jannaty

429 19 1
                                    

بِسْـــــــــــــــــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم

اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ




Jangankan manusia, senja pun akan hilang pada waktunya dan menyisakan gelap sebagai ganti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangankan manusia, senja pun akan hilang pada waktunya dan menyisakan gelap sebagai ganti.


Melepaskan dan mengikhlaskan, dua kata yang mudah diucapkan, namun begitu sulit bila diterapkan. Terlebih bila kata tersebut terpaksa kita juntai untuk melepas sesuatu yang kehadirannya lebih berharga dari yang paling mahal sekalipun. Yang mana sebelumnya masih dalam genggaman.

Bunda. Sosok yang selalu dijadikan motivator hidup seorang Arana. Tapi takdir yang Allah tetapkan hari ini malah mengatakan bahwa mulai sekarang mereka harus membentang jarak.

Kini, wanita paruh baya yang merupakan sebagian nafasnya itu terbaring di ruang tamu rumah dengan balutan kain putih yang membungkus sempurna tubuhnya.

Proses pemandian jenazah sudah dilakukan sejak dua jam yang lalu saat jasad Bunda Naya tiba di kediamannya. Dikarenakan kondisi sudah menggelap, hari pun sudah malam, jadilah pemakaman beliau harus ditunda hingga esok pagi.

Arana, perempuan dengan mata sembab itu ikut terbaring dalam dekapan ibu mertuanya. Ia kehilangan kesadarannya karena tak sanggup menghadang keadaan yang terjadi secara tiba-tiba ini. Beban tubuhnya seolah tak sanggup ia tahan lagi saat mulai melantunkan ayat-ayat Yassin untuk Bunda Naya.

"Al, umi khawatir. Arana udah hampir setengah jam belum siuman." risau umi Aisyah terus mengusapkan minyak kayu putih pada pelipis dan area bawah hidung menantunya.

Sama, Pak Aldan yang saat ini sedang memijat kepala Arana pun merasakan hal itu. Cemas dan gelisah bercampur menjadi satu. Apalah daya, semua yang Allah kehendaki tak akan mungkin bisa kita cegah dengan kata henti.

Yang lebih menyesakkan lagi, jasad Bunda Naya dipulangkan dalam keadaan anggota tubuh tak lengkap. Salah satu lengan wanita itu dinyatakan hilang dan tak bisa ditemukan.

Ratusan orang dari berbagai kota berdatangan ke kediaman Almarhumah wanita ini. Bukan sedikit orang yang pernah mendapat bimbingan keagamaan dari Bunda Naya.

Setelah Ayah Arana meninggal, Bunda Naya lah yang menggantikan posisi suaminya sebagai ustadzah Majlis Ta'lim yang berkeliling ke kota-kota tetangga.

Senja Yang AbadiWhere stories live. Discover now