7

5.3K 335 0
                                    

Aku berbaring telungkup dengan kedua tangan berada di bawah dagu untuk menopang kepala, lalu saat ini kedua kakiku berada di kepala ranjang. Sangat tidak mencerminkan sikap bangsawan yang seharusnya selalu anggun dalam setiap sikapnya sekalipun saat tidur. Tapi aku bukan mereka, jadi wajar - wajar saja, oke?

Mataku mengikuti Anne yang masuk ke kamarku setelah ia mengetuk pintu dan mendengar teriakanku untuk langsung masuk saja.

Wanita itu geleng - geleng melihat kelakuanku, ia melangkah menuju meja bundar di dekat jendela lalu meletakkan piring berisi buah yang dibawanya di sana.

"Menurutmu apa aku harus hadir dipestanya Countess Mersia, Anne?" tanyaku lalu berganti posisi menyamping agar dapat melihat apa yang wanita itu lakukan. Ternyata ia sudah berpindah tempat.

Anne menoleh padaku dan menghentikan kegiatannya mengelus hiasan keramik yang dibersihkannya dengan kain. "Nona mendapatkan undangan dari Countess?" tanyanya balik. Aku mengangguk saja mengiyakan.

"Ya sudah hadir saja, nona. Nona kan mendapatkan undangannya," jawabnya lalu melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda tadi.

Aku mengerutkan dahiku, berpikir. Jika nanti aku tidak bisa mengenali Countess Mersia—si tuan rumah, aku harus bagaimana nanti? Pura - pura hilang ingatan atau pura - pura bercanda? Lalu mengatakan, "canda doang, masa baper?"

Tapi, bukankah seharusnya tuan rumah selalu menyambut tamunya di depan, karena menunjukkan rasa hormat pada tamu yang telah diundang kerumahnya. Ya, sepertinya itu benar(?).

Hm, yang penting aku sudah tahu pemilik rumahnya. Yah, sepertinya tidak masalah jika aku datang ke acara minum teh itu, tidak perlu ada basa - basi dengan bangsawan lain. Diriku hanya perlu memasang telinga baik - baik untuk siap mendengar topik pembicaraan yang keluar dari mulut mereka, informasi itu mungkin diperlukan untuk kelangsungam hidupku disini agar tidak terlalu kudet. Setidaknya aku tahu gosip yang sedang hangat di kalangan bangsawan sekarang.

Oke, tidak ada salahnya dicoba kan?

***

Langkahku pelan tapi tegas. Setelah turun dari kereta kuda diriku segera menuju rumah si tuan rumah pesta minum teh sore ini. Sebelum berangkat kemari aku pun telah mengabari Derren melalui perantara Anne.

Kali ini diriku memakai gaun berwarna beige dengan bordir indah dibagian dada. Gaun ini berlengan sepanjang siku dengan kerah tinggi, juga berenda pada bagian ujung gaun.

Rambut cokelatku disanggul dengan sedikit kepangan sebagai hiasan mengelilingi kepala tak lupa sedikit untaian bergelombang di sisi kanan serta kiri wajahku.

Netraku memandang pada seorang wanita paruh baya dengan gaun lebar berwarna hijau gelap dengan gaya rambut sanggul rapi berdiri di depan kediamannya menyambut para tamu yang telah diundangnya.

"Selamat sore, Countess Mersia," sapaku ramah. Semoga wanita di depanku ini benar - benar si Countess!

"Ah, selamat sore juga, Duchess Louis. Saya senang Duchess hadir di pesta saya ini," balasnya ramah pula dengan senyum menghiasi wajahnya.

Aku mengangguk lalu tersenyum, "tentu saja saya datang, Countess."

"Iya. Silakan Duchess, sepertinya tamu saya sudah hadir semua dan yang terakhir adalah Anda. Kita mulai saja acara minum tehnya. Mari!"

Hm, si Countess ini rupanya berhasil sedikit menyentil harga diriku.

Akhirnya diriku pun duduk di meja bagian sudut ini sendiri, sengaja tidak bergabung dengan gerombolan ibu - ibu kaya di sana. Menikmati suasana taman sembari menyesap teh yang telah dihidangkan sedari tadi dan menikmati berbagai kudapan pendampingnya. Pesta minum teh ini memang di adakan di taman kediaman Countess Mersia.

Duchess LouisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang