18

4.1K 308 1
                                    

Sekarang diriku masih mencoba mencerna situasi yang sedang terjadi. Bertanya pada diri sendiri apakah aku tadi hanya berhalusinasi.

Tangannya meremas pundakku lebih kuat membuatku langsung menoleh dan mendongak pada sang empu. "Apa kau tidak tahu jika kau lebih kuat lagi meremas pundakku, kemungkinan tulangku bisa retak?"

Alisnya berkerut tapi setelah itu kurasakan remasan pada pundakku melonggar. "Apa yang terjadi tadi? Kenapa kau sampai berteriak?"

"Ya! Apa yang terjadi pada Nona sebenarnya?! Saya sangat khawatir bila sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Nona!" Anne ikut menyahut dengan menggebu.

Aku mengalihkan pandanganku dari netra kelam milik Derren, karena tatapan menuntut ingin tahunya membuatku gelagapan sendiri.

Aku melirik tempat Camilla berdiri sebelum menghilang entah kemana. "Aku..."

"Tidak bisakah bicara dengan benar?" Tiba-tiba tangannya memegang pipiku menahan wajahku agar menatap padanya.

"Bawakan teh hangat untuknya!" titahnya pada Anne. Lalu dengan sigap wanita yang berdiri di belakang Derren itu mengiyakan dan langsung keluar dari kamar.

"Apa aku harus mengajarimu cara menggunakan mulut untuk berbicara?" Ibu jarinya berada di bawah daguku membuatku semakin mendongak menatapnya.

"Apa, sih! Aku tidak apa-apa. Lihatlah memangnya ada yang berkurang dari tubuhku?! Enggak kan? Ya, sudah, lepaskan tanganmu dari wajahku, Derren!" Aku mencekal tangannya.

"Lalu, ta--"

Kusela kalimat yang hendak ia lontarkan dengan cepat, "bukan apa-apa. Tadi aku hanya terkejut saat tiba-tiba ada hewan berwarna coklat sedang jogging malam di bawah situ!" Jariku menunjuk rak buku bagian bawah.

Tangannya melepas wajahku lalu pandangan Derren mengikuti arahan petunjukku. "Hewan berwarna coklat? Jogging?"

Aku berpindah posisi menjadi berdiri di sampingnya. "Iya! Tapi, sekarang sudah kabur sepertinya," ujarku.

"Hewan apa yang kau maksud sebenarnya? Apakah tadi ada beruang Grizzly yang masuk ke kamar ini? Lari kemana hewan itu, biar kuburu sekarang juga?!" katanya antusias.

Aku langsung menoleh cepat lalu menepuk dahi. Bukan beruang yang aku maksud!

Alisnya naik sebelah. "Ada apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?"

Katakan padaku, bagaimana caraku menjelaskan pada manusia ini?!

Aku menghela napas kasar. "Ah, sudahlah, lupakan!" ujarku.

"Dia sudah kabur. Tidak perlu sampai repot memburu hewan tidak bersalah itu! Kau tahu, beruang Grizzly salah satu hewan yang dilindungi oleh undang-undang perburuan karena populasinya yang semakin memprihatinkan! Semua itu karena manusia dengan seenak jidat memburu mereka dan mengambil kulit dan dagingnya untuk menunjang keperluan manusia sendiri," kataku memberitahunya. Aku menepuk dada, sok bijak.

"Omong kosong! Tidak ada undang-undang seperti itu di Balethiva!" Ucapan Derren membuat tubuhku menegang.

"A-ada! Kau saja yang tidak tahu!" Oke, dengan tidak tahu diri aku masih mencoba membela diriku sendiri. Ada pepatah mengatakan bahwa, perempuan selalu benar dan laki-laki selalu salah. Dan Derren harus tahu pepatah penting itu!

"Terserah!"

Aku tersenyum senang dengan jawaban pasrahnya itu.

Pandanganku mengedar menyapu lantai. "Oh, ya. Kau tadi kemana saat makan malam? Kenapa tidak datang bersamaku?" tanyaku mengalihkan perhatian. Sedangkan aku melangkah mendekati ranjang lalu dengan gerakan pelan kakiku menggeser buku yang sempat kulempar beberapa saat lalu ke kolong.

Duchess LouisWhere stories live. Discover now