19

4K 249 1
                                    

Derren menegakkan tubuhnya karena tak kunjung mendapat balasan dari wanita di hadapannya. Dahinya mengernyit melihat Camilla yang tiba-tiba terdiam dengan kepala menunduk dalam. Rasanya aneh ketika tadi wanita itu berkoar sekuat tenaga, tetapi sekarang ia diam tak bergeming sama sekali.

"Apa mulutmu benar-benar tidak bisa kau gunakan untuk berbicara?" ujar Derren.

Camilla mengangkat wajahnya, matanya mengarah intens pada netra kelam seorang yang berdiri di hadapannya.

Bangkit dari duduk, lalu menyunggingkan senyum. "Aku bisa berbicara dengan baik. Seharusnya tidak perlu dipertanyakan lagi, Duke."

Derren sedikit terkejut dengan jawaban wanita itu, hanya saja wajahnya tidak menunjukkan keterjutannya dengan kentara. "Oh, begitukah?"

"Lalu, jeanny? Kenapa kau menyebut dirimu dengan nama itu?" tanya Derren tenang. Kedua tangannya bersedekap di depan dada.

Camilla terkekeh kecil sembari menutup mulutnya dengan tangan lentiknya. "Dan kenapa Duke menganggap serius nama itu? Tidak perlu dipikirkan, mungkin aku hanya ingin sedikit mencairkan suasana?"

Derren berdecih mendengar jawaban itu, "tidak masuk akal."

Netra Derren mengikuti pergerakan Camilla yang melangkahkan kakinya menuju rak buku miliknya, lalu tangannya merapikan beberapa buku yang mungkin berpindah dari tempat aslinya, karena memang wanita itu sangat hafal dengan urutan maupun tempat para bukunya.

"Oh, ya. Bukankah tadi sempat mengatakan bahwa saat aku dengan Ayah makan malam, Duke memeriksa urusan yang berada di hutan itu?" tanya Camilla.

Derren mengangkat sebelah alisnya dengan pertanyaan yang dilontarkan wanitanya itu. "Aku tidak pernah mengatakan jika saat itu aku sedang di hutan," sahut Derren.

Camilla merasa punggungnya sedikit menegang mendengar ucapan Derren. "Aku... aku tahu dari Hugo. Dia yang memberitahuku tentang itu."

Camilla berdehem pelan. "Dan, yah, bukankah Duke belum makan? Baiklah, aku akan menyuruh Anne menyiapkannya untukmu!" Camilla menjawab sendiri pertanyaannya.

"Tidak perlu. Aku akan pergi sekarang!"

"Pergi?" Camilla mengernyitkan dahi bingung, karena baru saja kembali tapi sekarang pria itu sudah ingin pergi lagi, tapi kenapa ia harus peduli? "Baiklah kalau begitu."

Tanpa mengucapkan apapun lagi, Derren melangkahkan kakinya menuju pintu dan menghilang dari baliknya.

***

Kuda itu dipacu cepat menimbulkan suara tapakan kaki yang memecahkan keheningan jalanan yang nampak sepi. Tidak ada seorang pun yang terlihat di jalanan gelap itu kecuali sosok berjubah yang menunggangi kudanya itu.

Pepohonan semakin kerap ditemui dan jalanan mulai menghilang setelah ia semakin masuk ke dalam hutan. Setelah menurutnya sampai pada tujuannya, sosok berjubah itu menarik tali kekang dan turun dari kudanya dalam sekali sentakan.

"Tidak perlu bersembunyi! Aku sudah tahu kau ada di sini!" Sosok berjubah itu berdiri tegak tanpa melakukan pergerakan, tapi aura pekat terasa mencekik siapapun yang mungkin ada di dekatnya.

Beberapa saat berlalu hanya angin yang bersuara bergesek dengan pepohonan. Suasananya gelap, dengan hanya ada beberapa cahaya bulan yang bisa mencari celah dari pepohonan di sana.

Suara tawa tiba-tiba mengisi keheningan hutan itu. "Lucu sekali! Kukira kau akan membawa pasukan kerajaan juga kemari, dan ternyata tidak." Suara berat seorang pria menyeru disusul bayangan hitam yang keluar dari balik semak.

*sringg

Dalam sekali sentakan, sebuah kepala menggelinding di bawah kaki sosok berjubah.  Dan tidak ada yang tahu bahwa ia sedang tersenyum miring sekarang.

Duchess LouisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang