13

4.2K 329 10
                                    

Hari pertunangan para pemeran utama sudah tiba, malam ini pesta meriah diakan di aula Kerajaan. Usai dengan persiapan, aku dan Derren menjelang sore sudah berangkat menuju tempat tujuan. Seperti biasa, Derren akan menunggangi kuda hitam kesayangannya dan aku dengan pasrah menaiki kereta kuda. Sepertinya perjalanan ini tidak akan berakhir cepat dan mudah.

Anne juga ikut bersamaku tetapi ia berbeda kereta denganku. Dan di sini rombongan kami berangkat dengan beberapa pengawal dan tak lupa pengikut setia Derren pun juga ikut dalam perjalanan ini.

Aku meringis mengingatnya. Yang diundang adalah Derren, tapi asisten, pelayan dan abdi setianya juga ikut-ikutan menghadiri tanpa diundang.

Akhirnya setelah perjalanan yang sama sekali tidak menyenangkan itu pun berakhir. Pestanya kira-kira akan di mulai dua jam lagi, yang tepat pada jam delapan malam nanti. Dan sekarang diriku sedang merebahkan tubuh yang encok akibat kejadian tadi. Seperti tempo hari, Raja Arthur juga menyiapkan kamar untuk para tamu pentingnya hari ini.

Aku melirik pria yang sedang duduk di sofa sudut, tangannya bersedekap sambil menengadahkan kepala dan matanya tertutup. Sepertinya ia juga terserang penyakit encok, pegal, linu akibat perjalanan dengan kudanya tadi.

***

Tanganku melingkar di lengan Derren kemudian kakiku melangkah menuju aula kerajaan. Pandanganku lurus ke depan mencoba bersikap biasa saja dengan segala keindahan dan kemewahan yang tersaji di hadapan. Sama seperti saat pertama mengunjungi istana ini, nuansa putih serta emas mendominasi sehingga memperlihatkan kemewahan seolah memamerkan betapa kayanya mereka.

Acara di mulai ketika Sang penguasa tanah Balethiva beserta pasangan yang menjadi tokoh utama di acara ini telah sampai lalu memberikan beberapa pidato sambutan dan segera menuntaskan tujuannya mengadakan acara pertunangan ini.

Malam semakin larut tak meluruhkan suasana di ruangan ini. Sekarang diriku dibuat pusing tujuh keliling karena acara dilanjut dengan dansa. Mataku meliar mencoba mencari alasan yang tepat kepada pria di sampingku yang sedang menunggu jawaban apa yang akan kuberikan ketika tadi ia menanyakan, "tidak ingin seperti mereka?" Ia menunjuk menggunakan tatapan matanya pada beberapa pasangan yang sudah mengikuti alunan musik dan meliuk-liukkan tubuh—berdansa.

"Emm... aku sedang tidak ingin! Tubuhku juga terasa pegal sekali karena perjalanan tadi, jadi sekarang kita tidak usah berdansa, ya?" jawabku akhirnya. Ia mengalihkan tatapannya dariku karena memang aku sekarang sedang menampilkan raut paling melas.

"Terserah." Aku menghembuskan napas lega.

Tiba-tiba ia melepas pakaian luar—jaket mantel yang tadinya hanya disampirkannya dipundak itu diarahkan padaku.

Dahiku mengernyit bingung. "Kenapa dilepas?" Tanganku mengambil mantel itu darinya dan kusampirkan di lengan bawahku.

"Pakai!"

"Untuk apa? Aku tidak merasa dingin." Tatapannya itu sangat tidak bersahabat sama sekali.

Kulihat tatapannya padaku menurun, aku pun ikut menunduk penasaran dengan apa yang dilihatnya itu. Tepat pada bagian dadaku yamg terbuka karena memang gaun yang kupakai ini jenis off shoulder yang kubeli dengan hutang kemarin. "Kenapa?" tanyaku bingung setelah tatapannya kembali pada mataku.

"Tidak bisakah memakai gaun yang benar?" tanyanya.

Aku semakin pusing dengan pertanyaan yang dilontarkannya. "Memangnya cara pakaiku salah, ya? Haruskah bagian depan gaun ini untuk belakang? Apa aku memakainya terbalik?" bingungku. Aku tidak memerhatikan cara memakaikan gaun ini, aku tadi hanya pasrah saja saat Anne memasangkan gaun ini.

"Pakai itu!" suruhnya lagi melirik mantel miliknya yang kubawa.

"Ya sudah, baiklah." Kali ini aku hanya mengikuti kemauannya saja karena sedang malas berdebat. Seperti apa kelihatannya jika aku memakai gaun lebar tapi juga memakai  mantel berukuran dua kali lipat tubuhku ini?

Duchess LouisWhere stories live. Discover now