Bab 4

967 4 0
                                    


Sebelum melakukan pendakian, mereka bertujuh pun menyempatkan untuk berswafoto terlebih dahulu di jalur pendakian cikajang untuk dijadikan kenang-kenangan nantinya. Setelahnya mereka pun mulai melakukan pendakian.

Sepanjang perjalanan banyak perkebunan sayur milik warga, rasanya benar-benar menyejukan, tak lama setelahnya mereka pun mulai masuk ke jalur hutan, tak ada hal aneh saat mereka mulai masuk ke jalur tersebut. Semuanya baik-baik saja. Saat kami mulai masuk lebih dalam lagi, kami pun dikejutkan dengan jalur yang mulai bercabang.

"Jalurnya bercabang nih, menurut kalian jalan yang sesuai jalur kanan atau kiri??" tanya joni membuka obrolan

"Ambil kiri aja bang" ucap Dika

"Yang lain gimana??" ucap Joni

"Ambil kiri" ucap teman yang lainnya

Di persimpangan pertama mereka pun memilih jalur kiri, dan ternyata jalur yang mereka pilih adalah jalan yang benar, sebab mereka menemui jalur pendakian yang terlihat sering dilintasi oleh orang lain. Tak lama setelahnya, terdapat persimpangan lainnya di hadapan mereka.

"Ambil kanan bang" ucap dika

"Apal banget lu dik" ucap joni

"Jelas dong, kan gua cari tahu dulu sebelum pendakian ini, makanya saat lu tanya mau via apa gua langsung jawab cikajang, soalnya sebelumnya gua udah baca dulu tentang jalur ini" ucap dika

"Bagus juga pemikiran lu dik, persiapan awal memang penting banget sih" ucap joni

Setelahnya mereka pun mengambil jalur kanan dan ternyata jalur tersebut pun benar, sehingga mereka menjadi jauh lebih tenang dalam perndakian ini. Ternyata semakin tinggi jalur yang mereka tempuh, maka semakin banyak pula persimpangan yang akan menghampiri mereka sewaktu-waktu, berbekal pengetahuan tentang survival yang mereka dapatkan di kelompok mahasiswa pecinta alam, mereka pun semakin percaya diri dalam setiap langkah pendakian yang mereka lakukan.

Semakin dalam mereka semua masuk ke dalam hutan, semakin menghilamg juga jalur pendakian yang mereka pilih, semua tertutupi oleh semak belukar yang tumbuh dengan begitu lebatnya.

Mereka pun terus melanjutkan perjalanan, hingga akhirnya mereka pun menemui kebuntuan. Sementara hari sudah hampir gelap.

"Hari hampir gelap teman-teman, lebih baik untuk malam ini kita bermalam di sini saja, kita bisa buka tenda di tempat ini" ucap Joni

"Gua setuju sama Joni, soalnya ga baik kalau kita tetap melanjutkan perjalanan sementara kita sendiri sedang dibingungkan dengan banyaknya persimpangan di jalur pendakian kita ini" ucap dika

"Tapi semuanya akan tetep aman kan??" tanya arum

"Selama kita bertujuh kompak, semuanya akan tetap baik-baik saja rum" ucap joni

Semua teman pun menjadi lega setelahnya, mereka semua pun kemudian membagi tugas untuk membangun dua tenda. Satu tenda untuk lelaki dan satu lainnya untuk perempuan. Mereka pun kemudian membuka logistic yang mereka bawa untuk kemudian di santap guna menghilangkan rasa lapar dalam diri mereka.

Maalam pun semakin larut, mereka bertujuh pun memilih untuk beristirahat lebih cepat dari biasanya, sebab mereka merasakan rasa lelah yang sudah tidak mampu mereka bendung lagi. Satu persatu dari mereka pun terlelap.

Saat mereka semua terlelap, tiba-tiba saja terdengar suara rintihan perempuan yang tak jauh dari tenda mereka. Namun anehnya, hanya arum saja yang mampu mendengar suara rintihan tersebut, ia pun kemudian mencoba membangunkan tasya.

"Sya, bangun.. bangun" ucap arum

"Kenapa rum?? Aku ngantuk banget nih" ucap Tasya

"Kamu denger suara rintihan perempuan ngga??" tanya arum

"Ngga ada suara apa pun kok rum, halusinasi doang mungkin" ucap tasya

"Tapi suaranya jelas banget kedengeran sya, ga mungkin aku salah dengar apalagi halusinasi" ucap arum

"Udah ah, aku mau lanjut tidur" ucap tasya

Seketika saja, arum pun merinding karena suara rintihan tersebut. Arum pun memberanikan diri untuk mengeck keluar tenda suara rintihan tersebut.

Bersambung

MALA PETAKA DARAHHAID DI JALUR PENDAKIAN GUNUNG CIKURAIWhere stories live. Discover now