PERJUANGAN RASYID

172 31 15
                                    

Lamaran dadakan yang Rasyid minta, benar-benar jadi bahan ejekan teman-temannya. Salah sendiri, datang main nyuruh minta di nikahin. Lagipula, mana ada laki-laki minta di nikahi oleh perempuan.

Memang hanya Rasyid seorang.

Dan selama di tempat kerja, Kayara selalu mengindari Sasi. Pasalnya, Sasi jadi semakin kepo akan hubungannya dengan Rasyid. Padahal, hubungan mereka masih biasa saja. Bisa di kategorikan hanya sebatas dekat tidak lebih.

Kayara bertemu Rasyid, bisa adu mulut sampe berjam-jam, apakah itu di namakan hubungan? Kayara saja tidak yakin.

"Aya."

"Sas, plis ya. Kagak ada hubungannya."

"Yaudah di coba dong."

"Males gue."

"Kenapa? Trauma?"

"Ya kali gara-gara gue putus sama Samuel langsung trauma."

"Lalu?"

"Kagak ada."

"Anjirr emang."

"Ya, kenapa lo yang ngamuk bego!?"

"Geregetan gue."

"Derita lo."

"Stop kalian ribut" Sela Shila yang sudah duduk di tengah mereka berdua. "Ini yang di ributin pasti bang Rasyid."

Kedua perempuan tersebut mengangguk kompak. Niat Kayara ke tempat Shilla untuk menghindari Sasi, justru malah jadi semakin rumit. Sasi akan terus mengikuti sampai dia puas mendapatkan jawaban.

Tentu saja Kayara juga bingung, jawaban macam apa yang harus ia jelaskan.

Dan semuanya gara-gara Rasyid.

"Sape lagi laki yang nyuruh gue nikahin dia, udah jelas pasti sejenis Rasyid." Ujar Yaya kesal. Lalu Yaya mengambil minumnya, meneguk dengan puas. Memang pria satu itu ya, selalu saja membuat Yaya kesal.

"Ya ampun Sasi, anak lo butuh makan." Shilla menyela untuk mengalihkan Sasi agar dia ingat bahwa harus segera pulang. Agar apa? Agar Shilla leluasa interogasi Kayara.

"Diem lo mantan RT. Gue lagi bujuk Aya."

"Di kata dia anak kecil?"

"Apa salahnya dia nyoba sama bang Rasyid?"

"Salah lah."

"Apa?"

"Hati dan perasaan seseorang tidak bisa di paksa."

"Widih." Sasi kagum dengan ucapan Shila barusan. "Gila-gilanya bisa bijak, ketempelan apaan?"

"Setan Cinta." Keduanya terbahak, sedangkan Kayara menatap mereka takjub. Benar-benar memang dua sahabat di hadapannya ini, gila. Lebih baik Kayara pergi, yang ada dia juga akan ikutan gila.

Suara ponsel membuat Kayara urung untuk beranjak dari tempat duduknya.

Rasyid lagi.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
RASYIDWhere stories live. Discover now