06 || Sahabat?

13.1K 695 1
                                    

بِسْـــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Selalu bahagia dan ceria belum tentu sejalan dengan hati.

—Arsyila Antharisa—

—Arsyila Antharisa—

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

"Syi ... udah, jangan nangis lagi dong! ini udah 2 jam lho kamu nangis." bujuk Fiya.

Intan dan Fiya masih setia menemani Arsyi yang sedari tadi menangis sambil memeluk foto mamanya. Setiap cucuran air mata yang jatuh di foto tersebut, adalah sebuah tanda rasa kerinduannya terhadap sosok wanita berhijab di balik bingkai putih itu.

"Syi ... kami tau kok, gimana perasaan kamu, tapi kami juga minta maaf, karena kami juga nggak tau kalau ... Mama kamu...." Intan tidak mungkin meneruskan perkataannya, pasti hal itu akan semakin membuat Arsyi bersedih.

"Ustadzah Rani, Alya dan teman-temannya juga minta maaf karena mereka sudah menyakiti perasaan kamu tadi." tutur Fiya.

"Arsyi, jika kamu terus-menerus menangis seperti ini, yang ada Mama kamu tidak akan tenang di sana. Nabi Muhammad pernah bersabda. Sesungguhnya seorang mayat akan diazab di karenakan tangisan keluarganya."

"Jadi kamu jangan terus-terusan nangis seperti ini, kita sebagai seorang anak sepatutnya mendo'akan saja orang tua kita, agar mereka bisa tenang dan di berikan tempat yang layak di sisi Allah. Dan semoga saja di akhirat nanti kita bisa bertemu kembali dengan orang-orang yang kita sayang."

Apa yang di katakan oleh Intan itu benar, tidak ada gunanya menangisi kepergian seseorang karena kenyataannya orang tersebut tidak akan pernah kembali lagi.

"Kalian ... kenapa kalian masih mau tenangin gue kaya ini? padahal selama ini ... gue sudah kasar sama kalian, harusnya kalian nggak usah baik kaya gini sama gue!" lontar Arsyi.

"Berteman itu tidak butuh persyaratan apapun, justru dengan sikap kita yang berbeda-beda, kita akan saling melengkapi." terang Intan.

"Betul, lagipula sejak bersahabat sama kamu, aku juga sudah belajar satu hal, yaitu menjadi seorang yang percaya diri dan tidak pernah peduli dengan tanggapan buruk orang sekitar." ujar Fiya.

"Sahabat? kalian nganggap gue sahabat?"

"Iya."

Sejak kecil, Arsyi belum pernah merasakan adanya sahabat, semua orang menjauh dari dirinya karena sikapnya yang terlalu sombong. Tapi ketika melihat Intan dan Fiya, sekarang Arsyi sadar betapa pentingnya sahabat di hidup ini.

Ais & Syi [Revisi]Where stories live. Discover now