PART 19

9.5K 1.1K 1.6K
                                    

Hallo semua ...

Gimana kabar kalian?
Semoga sehat ya.

Pengen tau dong, kalian asal daerahnya dari mana aja nih?

Apa ada yang sama dengan saya, dari Sulawesi juga? Hehe

Salam kenal ya, buat kalian yang baru baca karya-karya saya.

Owh iya, untuk part kali ini targetnya 1000 komentar dan reads keseluruhannya tembus 45 Rb ya. Setelah itu baru diposting part lanjutan.

Buat kalian yang emang pengen banget tau kelanjutan ceritanya, jangan malas buat comment sebanyak-banyaknya.

Hmm, sama jangan lupa ajakin teman-teman kamu yang suka baca Wattpad buat baca cerita ini juga hehe.

Yuk kita masuk ke ceritanya.🤗
Selamat membaca.🤗

***

Revisi setelah end

Riko mengangguk. Memperlihatkan betapa mudahnya melakukan itu. hanya melacak posisi seseorang sangat gampang baginya. Apalagi dengan pengalamannya yang sudah pernah meretas situs-situs penting milik negara.

Feren mendekat. Menyodorkan HP miliknya sambil memberi penjelasan. “Gue pengen tahu lokasi kontak ini. Terakhir dia terlihat online beberapa jam yang lalu.”

Riko pun mulai menunjukan skillnya. Jarinya menari lincah di atas keyboard. Sementara di layar terlihat banyak sekali angka dan huruf-huruf yang tampil bergantian dengan latar berwarna hitam. Sesekali laman berpindah ke gambar peta. Dimulai dari gambar bumi yang kata Riko itu langkah awal jika ingin mengetahui lokasi seseorang tanpa data lengkap, yaitu pertama-tama meretas satelit. Feren hanya mengerutkan dahi, antara percaya atau tidak, karena nada bicara Riko yang seperti sedang bercanda.

Dari gambar bumi yang bulat kemudian mengecil menjadi peta pulau-pulau. Yang pada beberapa kali klik muncul peta indonesia. Setelah itu makin spesifik menjadi peta kota Jakarta. Riko mengetik banyak angka dan huruf lagi dengan membubuhkan nomor HP Aime. Dan boom, lokasi terlacak. Titik kordinat yang berwarna merah berkelap-kelip di kawasan SMA Cendekia Permata.

“HP dengan kontak nomor tadi, terakhir terlihat di sini.” Riko menggeser kursor dan memperbesar gambar agar terlihat jelas. Gambar lokasi SMA Cendekia Permata terpampang di layar.

“Berarti pembunuh Aime adalah orang terdekat seperti dugaan gue,” gumam Feren.

“Kenapa?” tanya Riko yang mendengar sedikit suara Feren.

“Gak-gak! Thanks Bro, saat ini gue hanya minta bantuin itu aja. Next gue ke sini lagi kalau gue butuh bantuan.” Setelah itu mereka melakukan transaksi. Feren membayar Jasa Riko itu.

***

“Belum pulang, Pak?” Bu Wanda menyapa Pak Adit, tapi lebih tepatnya terdengar seolah menyindir. “Jangan terlalu dipaksain. Guru juga butuh istirahat.”

“Bentar lagi, Bu,” jawab Pak Adit tenang. Ia tidak begitu memedulikan sindiran Bu Wanda itu. Bu Wanda masih terlihat tidak senang dan belum bisa menerima kebijakan terbaru dari kepala sekolah mengenai perubahan ujian siswa.

“Saya duluan kalau gitu, Pak.” Bu Wanda pun berlalu. Meninggalkan Pak Adit yang masih fokus dengan laptopnya. Mendata nilai siswa yang berada di bawah perwaliannya. Kelas XI IPA 1.

Setelah tugasnya selesai. Pak Adit menutup laptopnya. Lalu melirik sebentar ke jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul 19.30 waktu setempat. “Masih ada waktu,” gumamnya. Ia pun menarik tas punggungnya. Menyimpan laptop dan beberapa berkas lainnya kemudian keluar dari dalam ruang guru yang tinggal ia sendiri. Suasana sekolah juga sudah sepi. Tidak ada lagi siapa-siapa. Pak Adit kemudian turun ke basemant. Mengambil motor dan melaju keluar dari lingkungan sekolah.

THE BLOCKADE (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang