6. AKU CINTA BOSS EVAN!!

2.1K 65 2
                                    

Evan yang kini sudah kembali dari rumah sakit sedang duduk bersila di lantai ruang tengah rumahnya untuk melakukan meditasi. Ia butuh menenangkan jiwa dan pikirannya yang sedang kacau semenjak dinyatakan hamil. Namun, beberapa menit kemudian ia terusik lagi dengan kehadiran Bruno yang sangat tiba-tiba dengan membawa peti kecil yang terbuat dari kayu. Bruno bisa memasuki rumahnya atas ijin dari Segara.

Kini, ia mendudukkan diri di depan Evan. Segara barusaja mengetahui masalah yang terjadi di antara keduanya sempat ingin menghajar Bruno, tapi dengan cepat Evan menahannya. Ia sebagai manajer akhirnya diminta Evan untuk duduk tenang di sebelahnya agar ikut tahu apa yang sedang Bruno lakukan.

Bruno tahu ini keputusan yang konyol, tetapi Bruno harus pasrah jika Evan memberhentikannya dari pekerjaan.

"Boss... Boss Evan harus terima ini. Hanya ini yang bisa aku berikan untuk menebus kesalahanku. Berikan ini untuk jabang bayi kita kelak sebagai harta turun temurun dan kenang-kenangan dariku."

Bruno akhirnya pasrah, tapi tidak berarti ia tidak peduli dengan Evan lagi. Ia akan tetap memperhatikan Evan walau dari jarak jauh hingga bayi dalam kandungannya dilahirkan dan anak mereka tumbuh besar.

Bruno mengaku sangat bersalah sekarang. Semuanya adalah murni karena kesalahannya sendiri. Andai saja waktu melakukan sex dengan Evan ia memakai kondom, kehamilan Evan ini tidak akan pernah terjadi.

Ini adalah konsekuensi dari tindakan cerobohnya sendiri. Ia juga sudah salah memberikan obat perangsang padanya. Akibatnya, Evan sekarang hamil dan tengah mengandung anaknya. Bruno harus bertanggung jawab atas bayi tak berdosa yang tiba-tiba berada di dalam perut Evan.

Bruno mengulurkan peti berharga pemberian dari kakek buyutnya itu pada Evan. Evan menatap malas peti kayu yang masih dalam keadaan terkunci itu. Ia tak mengucapkan sepatah kata apapun seolah enggan untuk mengambilnya. Bruno mendorong peti itu agar lebih mendekat lagi padanya.

"Ini barang-barang berharga turun temurun dari leluhurku Boss. Kaos kaki turun temurun dan juga syal ini aku berikan kepada Boss. Kalau soal peti berharga ini, kakek buyutku mengatakan padaku, aku baru boleh membukanya sebagai hadiah pernikahanku nanti. Tetapi, semua sudah berakhir hari ini. Aku telah menghamili Boss Evan dan aku cinta mati sama Boss Evan. Aku tidak mau menikah dengan orang lain kecuali Boss Evan. Hanya barang-barang ini barang paling berharga yang aku punya. Besar harapanku, Boss Evan mau menerimanya sebagai ganti rugi atas denda sebesar 20 juta."

Evan menatap iba pada Bruno. Walau sesungguhnya ia kesal pada Bruno, tapi ia tahu bahwa Bruno bersungguh-sungguh mencintainya dan ingin bertanggung jawab. Bruno menyerahkan sebuah kunci padanya. Kunci itu akan digunakan untuk membuka peti berharga turun temurun itu.

Di atas peti berharga itu, mereka menatap sepasang kaos kaki bayi turun temurun dan sebuah syal berwarna biru tua yang sudah tampak lusuh dan robek ujungnya karena dimakan masa.

Segara bergeser pada Evan di sebelahnya, lalu berbisik di telinganya. "Lo yakin mau nerima kaos kaki itu? Lihat!! Satu dari kaos kaki itu bolong di ujung jempolnya."

Bruno seketika tergagap saat mendengarnya. Evan menatap kesal padanya. Bruno lantas bergerak cepat meraih kaos kaki yang bolong itu dari tangan Segara dan hendak menjahitnya.

Bruno baru teringat saat musim hujan terakhir ia memakaikan pada Kalka kecil beberapa tahun lalu, tikus tidak bertanggung jawab telah menggigit-gigit di ujung jempolnya hingga membuat benda itu bolong. Bruno lupa menjahitnya.

Serendah apapun suara Segara, Bruno tetap mendengarnya. Apalagi tatapan mengerikannya itu yang seketika membuat Bruno merinding.

"Maaf Boss.. Aku akan segera menjahitnya," sahut Bruno dengan nada panik, lalu mengambil sebuah jarum dan segulung benang dari dalam tasnya. Di depan tatapan aneh Segara dan Evan, Bruno menjahitnya dengan tangan bergetar dan tiba-tiba menangis sesenggukan. Kaos kaki ini menyimpan banyak kenangan.

Kakek buyutnya pernah mengatakan, saat Bruno masih bayi, ia juga sempat akan dibuang oleh orang tuanya, kaos kaki ini yang menyelamatkan Bruno. Bruno yang kala itu nyaris mati terkena hipotermia, mampu bernapas kembali dan menangis kencang setelah kaos kaki itu dipakaikan pada kaki-kakinya.

Kaos kaki ini bukan sembarang kaos kaki. Kaos kaki ini adalah kaos kaki turun temurun dari para leluhur. Semenjak Bruno kecil, kakek buyutnya selalu memakaikannya padanya sebagai penangkal penyakit dan nasib sial saat musim hujan tiba.

Bruno sebenarnya tidak serta merta mempercayainya. Akan tetapi, Bruno berpikir kembali, mungkin saja Tuhan melindungi dan menyayanginya dengan perantara benda-benda seperti ini.

"Aku... Aku juga akan memberikan hape android hadiah dari adikku padamu Boss." Bruno meletakkan hape android pemberian dari Kalka di atas peti berharga itu.

Bruno tidak punya apapun sekarang, hanya beberapa helai baju dalam tasnya dan pakaian yang menempel di tubuhnya itu. Sepeser uang pun Bruno tak punya karena Bruno baru satu bulan bekerja dengan mereka dan hanya dengan upah 25% saja. Itu pun sudah habis untuk biaya pengobatan Kalka.

Evan diam. Dia juga enggan mengambil hape android itu.

"Emang peti dari lo ini isinya apa? Bukan bom 'kan?" Segara bertanya sarkas.

"Bukan Bang. Dibuka saja pakai kunci itu. Aku sudah menyerahkan semuanya pada Boss Evan. Semua barang-barang ini semua milik Boss Evan. Kakek buyutku pernah bilang nilai harga jual barang dalam peti ini lebih dari dua puluh juta rupiah. Ada rahasia besar di dalamnya."

"Apa??? Lebih dari dua puluh jutaan rupiah???" Segara berteriak tidak percaya sampai kedua mata membola. Bruno mengangguk mengiyakannya.

"Kalau lo lebih membutuhkan barang-barang ini, ambil aja. Gue nggak butuh. Gue juga nggak peduli berapapun nilai harga jualnya. Gue nggak peduli dengan utang piutang lo itu dan udah gue anggap lunas. Dan gue cuma pengen bilang sama lo. Nggak usah peduli sama gue dan bayi dalam kandungan gue ini. Maaf Bruno. Intinya, lo--tetep gue pecat!!"

Bruno seketika sedih hingga menitikkan airmata. Ia tidak pernah menyangka Evan yang terlihat tenang dan lembut memiliki watak keras kepala juga seperti Segara. Segara yang selalu bertindak kejam padanya tertawa puas di sebelah Evan. Segara tidak akan pernah setuju Bruno berpacaran dengan Evan. Sebagai seorang kakak, tentu saja ia memperhitungkan bibir bebet dan bobot untuk calon pasangan adiknya. Bukannya malah merelakannya pada Bruno yang masih bocah ingusan dan miskin. Terlebih Bruno memiliki wajah yang pas-pasan tidak sekelas artis.

Bruno menjawab terbata di sela isak tangisnya.

"Bbb...boss...  Hiks.. hiks... Ba..bagaimanapun, bayi ini tetaplah anakku Boss meski tinggal di dalam rahim Boss. Aku nggak akan pernah meninggalkannya Boss. Aku akan tetap ada di dekat Boss meski Boss mengusir dan memecat aku."

Bulb...

Pletus...

Ingus Bruno saat menangis sampai membentuk sebuah gelembung hijau dan kemudian pecah. Segara dan Evan seketika mengernyit jijik melihatnya.

"Nggak usah sok kebapakan deh lo. Nangis aja ingusnya masih menggelembung kaya gitu. Bagaimana lo mau ngurus adik gue sama calon bayinya? Yang ada. Ingus ponakan gue lo biarin rata kemana-mana. Lo tuh masih bocah ingusan. Usia aja tuaan adik gue!! Usia lo belum ada dua puluh tahun 'kan? Sok-sokan mau tanggung jawab."

Evan yang mendadak merasakan pusing bangkit berdiri dengan perasaan kesal, lalu meninggalkan Bruno dan Segara.

"Pergi lo dari sini!! Nggak usah maksa. Nih, bawa barang-barang berharga lo." Segara menyeret Bruno keluar dari rumah sembari melempar barang-barang yang dibawanya tadi.

Bruno tetap bersikukuh tak mau pergi dengan memanggil-manggil nama Evan meski Evan terus mengabaikannya.

"Boss Evan!! Aku cinta Boss Evan."

"Boss!!"

"BOSS!!"

[]

Tbc

BODYGUARD SLEBOR [R21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang