8. TIUPAN NAFAS BRUNO

1.8K 55 0
                                    

Bruno bukan penyandang tuna rungu. Cowok sembilan belas tahun itu cukup jelas mendengar apa yang barusaja Evan katakan. Biar kelihatan bego, Bruno masih punya hati, akal dan pikiran. Bruno tahu diri kok. Bruno sadar kalau dia jelek, lemot dan sedikit bloon. Bruno juga ceroboh orangnya. Sebenarnya Bruno tidak jelek-jelek amat jika diamati. Bruno itu termasuk ganteng dengan bentuk hidung yang tinggi, postur tubuhnya juga bagus, tapi karena penampilannya nggak pernah keurus Bruno jadi kelihatan jelek.

Rencana Bruno untuk menikahi Evan sebagai bentuk pertanggungjawaban pupus sudah, Sean sebagai sahabat karibnya yang diharapkannya bisa membantu berbicara dengan Evan dan Segara tenyata tetap tak bisa melembutkan keras hati dua kakak beradik itu.

"B...Bos...," ucap Bruno kehilangan kata-kata. Bibir Bruno bergetar menahan tangis.

Speechless....

Bingung...

Bruno tidak bisa mengatakan apa-apa lagi saking bingungnya dengan jawaban Evan. Adegan ranjang yang dilakukannya dengan Evan memanglah karena kecelakaan, tapi Bruno beneran terlanjur cinta sama Evan sekarang.

Bruno mau terus-menerus menempel pada Evan. Bruno ingin menyentuh Evan. Bruno ingin mencium Evan. Bruno ingin memeluk Evan. Bruno ingin menghirup aroma tubuhnya yang wangi. Bruno ingin semua tentang Evan. Bruno ingin memiliki Evan. Bruno ingin terus memperhatikan setiap gerak-gerik Evan dan terus ingin tahu apa yang sedang dilakukan Evan. Bruno ingin terus menatap wajahnya. Bruno ingin mengelus juga bagian perutnya dimana calon bayinya berada. Bruno ingin semua itu!

Biarlah semua orang menganggapnya sudah kelewat gila. Bruno rela melakukan apapun demi Evan. Bruno sudah cinta mati sama Evan. Biarpun sebenarnya Bruno sudah jenuh dan capek, Bruno tetap tidak akan menyerah mencintai Evan.

"Nggak peduli aku Boss!! Cinta aku ke Boss sudah cinta mati!! Pokoknya aku tetap cinta sama Boss. Aku mau menikahi Boss sebagai bentuk tanggung jawab. Dalam perut Boss itu ada bayi aku. Boss harus nerima cinta aku. Bayi itu bukan bayi Boss saja. Aku bapaknya. Aku akan melamar Boss sekarang juga. Aku akan menikahi Boss." Bruno berucap mantap sambil dengan begitu lantangnya.

Segara seketika tertawa, sementara Evan tetap masih diam saja seolah tidak peduli sambil menghembuskan napas malas.

"Hahahaha. Mau nikahin adek gue lo bilang? Lo mau lamar Evan? Mau modal apa lo? Udah miskin, jelek, kerjaan aja masih ngemis sama kita. Mau modal apa lo? Modal dengkul?"

Entah kenapa saat mendengar kata-kata itu malah membuat Evan emosi, Evan bangkit berdiri karena tidak terima Segara terus menerus memojokkan Bruno. Ia kemudian menarik kerah baju abangnya sendiri bersiap untuk mendaratkan sebuah pukulan di wajahnya.

Bruno, Sean dan Jojo seketika syok saat melihatnya. Pun juga Segara dalam syok yang sama karena tidak menyangka Evan akan semarah ini.

"Abang jangan gitu dong!! Mau sejelek apapun Bruno, dia itu tetep bapaknya anak dalam kandungan gue. Gue nggak suka lo hina-hina bapaknya anak gue!!"

Napas Evan terdengar memburu karena tengah menahan emosi. Satu tangannya masih mengepal kuat di udara, sementara tangan satunya masih mencengkeram kuat kerah baju Segara.

"Kok lo jadi belain dia sih?" Segara yang tidak terima atas perlakuan Evan mendorong Evan kuat hingga membuat cengkeraman tangan Evan di kerah bajunya terlepas. Evan terjerembab jatuh ke lantai hingga membuat tulang punggungnya terasa sakit.

Bruno yang menyadari hal itu seketika berlari menghampiri Evan, lalu membimbingnya berdiri dengan hati-hati. Setelah mengecek keadaan Evan yang syukurnya dalam keadaan baik-baik saja, Bruno dengan begitu marah menghampiri Segara dan meninju rahangnya berkali-kali dengan begitu kesal.

BUGH!!

BUGH!!

BUGH!!

Bruno mungkin masih saja terus menghajar Segara jika saja Jojo tidak lekas mendekat dan menghentikannya.

"Cukup Bruno... Cukup..." nasehat Jojo berusaha menenangkan Bruno. Evan tampak ketakutan. Sean yang sedang menyusui baby Nakoa bergerak agak menjauh karena khawatir bayinya terkena pukulan.

Semua ternyata tidak dapat dikendalikan. Bruno terlepas dari tangan Jojo yang tengah menahannya dan keduanya kini berakhir berkelahi, saling memukul dan saling menarik kerah baju. Evan yang hendak melerai perkelahian mereka malah terdorong kesana kemari dan berakhir terpental hingga membuat dahinya menghantam meja.

Perkelahian baru berhenti saat mereka menyadari bahwa dahi Evan berdarah. Bagian itu mengalami luka robek yang cukup serius hingga mengeluarkan banyak darah. Bruno bergegas menghampiri Evan karena mengkhawatirkannya.

"BOSS!! BOSS!! BOSS EVAN!! BOSS!! BANGUN BOSS!! MAAFIN AKU," ujar Bruno panik. Ia lantas bergerak cepat membopong tubuh Evan untuk membawanya ke rumah sakit. Evan yang dalam keadaan setengah sadar melihat dengan jelas bagaimana kepanikan Bruno saat mengangkat tubuhnya. Evan cukup merasa bersalah dan sedih saat melihat Bruno karena sempat melukai perasaan Bruno yang memiliki hati setulus ini.

"Jo!! Bantuin gue Jo... Anterin gue bawa Boss Evan ke rumah sakit. Gue mohon Jo... Hiks..." teriak Bruno panik sembari menangis. Mau bagaimana pun, Bruno belum tergolong sebagai bagian dari orang dewasa. Rasa takut dan sikap cenderung cengeng itu masih melekat pada dirinya.

Jojo bergegas berlari menuju mobil untuk mengantarkan Evan ke rumah sakit bersama Bruno dan Sean dengan baby Nakoa yang masih dalam gendongan Sean, sementara Segara dibiarkan meringis kesakitan begitu saja akibat pukulan membabi buta Bruno.

"Boss.. hiks... Jangan begini Boss.. Jangan bikin aku takut. Aku nggak mau Boss Evan dan dedek bayi kenapa-kenapa." Bruno tampak menangis sambil memeluk Evan di dalam mobil, diciuminya puncak kepala si Boss dengan derai airmata. Jojo dan Evan sampai terenyuh saat melihatnya.

Evan yang dalam keadaan setengah sadar tersenyum. Bagaikan sebuah mantra kecupan Bruno yang dirasakan di puncak kepalanya membuat rasa sakitnya sedikit berkurang.

"No..." panggil Evan lirih, tapi Bruno mampu mendengarnya.

"Iya Boss. Maafin aku ya Boss. Gara-gara aku, Boss Evan jadi begini.. hiks..." katanya sambil menciumi punggung tangan Evan.

"Gue baik-baik aja kok No."

"Tapi aku khawatir Boss Evan kenapa-napa... hiks..."

"Cuma luka kaya gini nggak bakal bikin gue mati No." Evan malah tertawa dalam kondisi lemahnya, berniat menghibur Bruno. Ia sebenarnya sedih melihat Bruno menangis seperti ini. Bruno itu anak yang tulus. Evan merasa bersalah karena terus menyakiti perasaannya.

"No..."

"Iya Boss. Hiks..."

"Jangan nangis No. Berisik soalnya. Gue mau tidur." Evan tanpa permisi memeluk Bruno begitu saja, menyandarkan kepalanya di dada bidang Bruno yang sebenarnya juga tercium wangi aroma maskulin minyak wangi. Meski minyak wangi Bruno itu murahan, entah kenapa begitu mendamaikan perasaannya.

Bruno tersenyum, tapi juga menangis. Ia tersenyum karena bossnya bersikap manja, dan ia juga menangis karena mengkhawatirkan bossnya.

"No...."

"Iya Boss..."

"Usap lembut pipi gue ya No... Gue mau tidur soalnya."

"Iya Boss.. hiks... Tapi, jangan bikin aku takut dong Boss." Bruno menuruti titah si Boss dengan perasaam khawatir di dalam dada. Evan daritadi mengatakan kalimat ingin tidur terus yang dalam otak Bruno mengartikannya dengan tidur selama-lamanya.

"Sakit No..."

"Iya Boss. Aku tiup-tiup ya?"

"Uhm."

Bruno lekas menyibak poni Evan dengan gerakan pelan dan hati-hati, lalu meniup-niup lembut luka di dahi Evan dengan penuh perhatian.

"Fuh...fuh..."

Evan yang merasakan tiupan itu seperti mendapat hembusan napas baru. Meski terlihat katrok dan berwajah pas-pasan, aroma nafas Bruno mampu menggetarkan jantung Evan.

Sean dan Jojo yang berada di dalam mobil yang sama dengan Bruno dan Evan bernapas lega melihat momen haru ini. Mereka berdo'a semoga saja setelah kejadian ini Evan mau menerima cinta Bruno dan bersedia menikah dengannya.

[]

Tbc

BODYGUARD SLEBOR [R21+]Where stories live. Discover now